Tekanan Karin [2]

"Ayolah Naomi, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Kau kan bukan tipe cewe yang menyerah begitu saja saat sesuatu hal yang terjadi tidak berhasil," kata Karin mengikuti di belakangku. "Senjata yang selalu kau lontarkan 'Jangan pernah menyerah, coba lah lagi' jadi apa itu juga terjadi pada dirimu? Haa? Kurasa tidak "

"Itu sudah basi tau!" kataku kepadanya, "akan ku pastikan, aku tidak akan kencan buta lagi dengan orang tua yang menjijikkan dan sombong!"

"Ayolah, Naonao ..."

"Jangan panggil aku seperti itu," kataku padanya.

"Itukan sudah lewat seminggu yang lalu.

Pria yang selanjutnya pasti tidak seperti pria sebelumnya. Ingat! Sudah hampir kurang dari empat minggu lagi kau harus membayar uang kuliahmu kan? Kau itu masih butuh bantuan untuk itu, bukan?" Karin bertanya padaku, "Kau masih bisa menemukan orang yang pas untuk dirimu."

"Karin, hal itu sama dengan memeras seseorang. Kenapa kau tidak bisa menerima jawaban tidak?"

"Karena...." -

"Karin, tolong tinggalkan aku sendiri!"

"Tidak, aku tidak akan Naomi. Kau tahu aku juga merasa benar ..."

"Ada apa dengan kalian berdua?" Ibu bertanya saat kami memasuki dapur dan masih berdebat.

"Karin mencoba menekanku untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin aku lakukan," kataku pada ibu saat aku pergi ke arah lemari es untuk mengambil cemilan.

"Itu tidak sepenuhnya benar, Tante," kata Karin kepadanya, "Lihat apa yang terjadi, aku punya teman yang tertarik pada Naomi dan ingin mengajaknya keluar. Aku merasa dia orang yang baik, jadi aku hanya berusaha mendorongnya untuk pergi keluar bersamanya, apa itu hal yang buruk? "

"Tapi itu terkesan seperti memaksa," kataku padanya, "Setelah apa yang terjadi dengan 'dua pria' terakhir yang aku temani jalan,"

"Apa yang terjadi?" Ibu bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Ibu itu seperti kesialan."

Kilas balik...

Kencan - 1

"Hai, kau pasti Naonao," seorang lelaki tua yang tampaknya berusia 55-an berkata padaku saat aku duduk di restoran menunggu teman kencanku.

"Uhmm ... Dan kau pasti orang itu?" Aku bertanya dengan mata menyipit padanya dengan curiga.

"Aku Oscar. Oscar Mahendra? Kita sudah berkomunikasi sebelumnya melalui situs itu, aku teman kencanmu," pria itu tersenyum duduk di hadapanku.

Apa apaan? Apa ini hanya mimpi? Pria yang Karin perlihatkan padaku profilnya mengatakan dia masih berusia 45 tahun dan fotonya jauh lebih muda. Apa yang dilakukan pria tua ini, memasang foto lelaki yang lebih muda. Astaga!! Apakah dia benar-benar mencuri identitas dan mencuri foto orang lain?

"Maaf, aku tidak yakin siapa yang ingin kau temui, tapi aku khawatir anda salah orang," kataku padanya.

"Oh tidak, tidak, tidak. Kau teman kencanku hari ini, kau Naonao, kan? Aku tahu aku tidak terlalu mirip dengan fotoku lagi, tapi aku tahu kaulah orang yang ingin kutemui. Aku mengenali warna rambut indah yang sama dari foto profilmu."

"Tuan, aku minta maaf, tapi aku tidak tahu siapa itu Naonao, itu bukan aku. Mungkin kau salah orang, banyak orang yang memiliki warna rambut yang sama denganku. Aku tidak tau situs apa yang anda maksud atau menyetujui untuk bertemu dengan siapa pun dari situs mana pun, aku pikir seseorang menipumu, aku kesini untuk bertemu pacarku Randy- oh lihat dia sudah datang. Maaf aku harus pergi "aku memberi dia senyuman dan bergegas ke pintu dan menyapa seorang pria yang tidak aku kenal untuk menghindarinya.

Aku memberi tahu lelaki itu bahwa aku suka bau parfum-nya dan menanyakan apa namanya. Dia sangat baik dan mengatakan itu cassablanca. Kami bicara selama beberapa detik sebelum berlari keluar dari restoran untuk memastikan lelaki tua itu tidak pernah melihatku lagi.

Kencan - 2

Aku memutuskan untuk pergi makan malam lagi bahkan setelah apa yang terjadi terakhir kali. Orang yang akan kutemui ini seharusnya adalah seorang pengacara, berusia 40 tahun yang sudah bercerai tanpa anak. Dia bekerja sepanjang hari jadi kencan makan malam adalah yang paling cocok untuknya. Namanya adalah Daniel. Satu hal, Karin tentu tahu bagaimana memilih cowok hanya berdasarkan penampilan dan status pekerjaan mereka - kecuali Oscar, lelaki tua itu. Saat Karin memperkenalkanku kepada pria ini, aku memutuskan untuk memberinya kesempatan lagi.. Jadi aku mengizinkan Karin untuk memilih pakaian untuk dinnerku malam ini dan sebagainya. Dia tentu saja ingin aku terlihat cantik dan membuat Daniel terkesan sehingga dia datang dan memilihkan gaun merah kecil yang lucu dari lemariku karena menurutnya, merah adalah warna yang cocok. Dia bahkan merias wajahku.

Aku terus berharap bahwa orang ini tidak akan berbohong, dan mencuri identitas orang lain . Namun harapanku hancur, aku hampir merenungkan kencan makan siang yang mengerikan saat bersama Bobby dan kencan yang tidak akan pernah terjadi dengan Oscar. Sekarang Daniel memiliki tata krama yang sempurna dan semuanya terlihat baik sejauh ini. Tapi kepribadiannya, astaga benar-benar seperti hewan.

"Kau tahu, aku sudah pernah bertemu dengan gadis berambut cokelat," kata Daniel kepadaku saat makan malam.

"ok." Aku mengatakannya, tidak yakin harus berkata apa.

"Ya, pakaianmu juga sangat rapi," katanya kepadaku.

Oke, serius apa yang orang ini coba lakukan? Apa dia mengajakku dinner hanya untuk menghina dan melampiaskan kebenciannya akan gadis berambut cokelat padaku? Dan omong-omong rambutku sebenarnya pirang cokelat, meskipun orang sering melihatnya sebagai hal yang waras sebagai rambut cokelat..

"Tapi aku pernah menikah. Mantan istriku rambutnya juga cokelat sepertimu, tapi dia wanita penggali emas alias matre. Dia selingkuh dengan seorang pecundang," katanya padaku, aku yakin efek alkohol dalam anggurnya semakin meningkat ke kepalanya sekarang, "Apa aku sudah memberitahumu bahwa pacarku sebelumnya juga berambut cokelat? Dan yah, dia juga seorang wanita penggali emas. Semua yang berambut cokelat adalah wanita murahan."

Aku sangat kaget melihat orang ini mengatakan hal seperti itu di hadapanku.

"Serius?" kataku - dengan wajah jijik.

"Oh, kau kesal? Aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu atau apa pun itu, tapi memang faktanya begitu, kan?" Dia bertanya, "Ayo, apa alasanmu bergabung ke dalam situs kencan itu dan menyetujui acara dinner ini jika kau tidak seperti salah satu wanita rendahan yang haus akan uang itu?"

Benarkah? Ini spertinya masalah yang serius. Dia benar-benar to the point mengatakan hal itu ke hadapanku dan tampaknya tidak merasa menyesal atau apa pun. Itu sangat kasar dan tidak sopan.

"Mantan istriku berselingkuh setiap waktu"

"Aku bisa mengerti kenapa kau bilang begitu," kataku jijik.

"Dia wanita rendah! Tapi aku kemudian menceraikannya dan meninggalkannya tanpa apa-apa, pasti dia sudah gila dan berpikir dia akan mendapatkan sebagian harta dari ku saat dia pisah denganku. Dia datang padaku tanpa apa-apa, jadi dia juga harus pergi tanpa apa-apa - aku memastikan hal itu, dan sejak saat itu aku lebih pintar, aku berkata pada diriku sendiri bahwa jika aku kembali bersama dengan wanita si penggalian emas lainnya, aku bersedia membayarnya selama kita berdua memahami ketentuan perjanjian di antara kita. Seperti kau sekarang, kau bahkan jauh lebih cantik daripada dia dan aku tidak akan memiliki masalah denganmu jika kau mau menghabiskan uangku selama kau tidak menyinggungku karena aku seorang pria yang seperti ini dan aku juga akan menamparmu jika kau seperti wanita yang suka berbohong, aku bukan tipe pria yang takut mendisiplinkan wanita"

"Kau benar-benar ******** yang kurang ajar," kataku sambil bangkit dari meja, "Aku sudah muak, pergi sana dan cari sendiri wanita lain yang membutuhkanmu. Dasar bodoh!"

Aku mengambil sisa minuman yang ada di gelasku dan melemparkannya ke wajahnya sebelum melangkah keluar.

Akhir dari kilas balik

"Apa? Kau melemparkan air ke arahnya?" Mama bertanya dengan heran, "Naomi, pria yang secara terbuka mau mengaku menyalahgunakan wanita dan kau melemparkannya air ke wajahnya? "

"Dia juga secara terbuka menghinaku jadi dia pantas mendapatkannya. Kami ada di restoran yang ramai jadi aku tidak ragu kalau dia mencoba melakukan sesuatu di depan umum, yang dapat merusak reputasinya sebagai pengacara." Aku menjawab, "Dan jika dia mencoba melakukan sesuatu padaku, ayahku seorang polisi ingat?

"Kau harus hati-hati Nak, kau tidak bisa mengambil risiko dengan laki-laki seperti itu," kata ibu kepadaku.

"Ya benar sekali bu, itulah kenapa aku menolak pergi berkencan dengan yang lain. Siapa yang akan tahu latar belakang kriminal macam apa yang mungkin dimiliki lelaki berikutnya," jawabku.

"Tunggu, kukira kau bilang dia temanmu," kata ibu pada Karin.

"Ya memang dia temanku bu, tapi aku tidak tahu kalau dia memiliki kepribadian yang buruk," jawab Karin.

Kami akan memberi tahu ibuku bahwa kami mendaftar untuk pria yang lebih tua secara online.

"Naomi, aku minta maaf atas perilaku kasar Daniel, tapi kau tahu kan kalai aku tidak akan pernah mengenalkanmu untuk orang seperti itu lagi" kata Karin padaku.

"Oh, hanya orang-orang yang memiliki derajat kelas ataslah yang memiliki kepribadian yang sombong seperti itu."

"Naomi, jika Karin sangat berarti bagimu untuk pergi bersama temannya, maka pergilah berkencan. Kau ini pintar, aku tahu kau bisa mengatasi masalah seperti itu," kata ibu kepadaku.

"Ibu ini berada di pihak siapa sih?" Aku bertanya padanya.

"Ibu bilang, kau ini masih muda nak, pergilah keluar dengan orang ini, dan lihat seperti apa orangnya. Siapa tau kau mungkin menyukainya, tapi jika kau tidak mengukainya maka tinggalkan saja. Kau tidak perlu melihatnya lagi. Ini hanya kencan biasa - apa yang harus kau khawatirkan? "

"Serius bu?"

"Itu persis seperti yang ingin kukatakan," Karin menjawab "Terima kasih, Tante."

Terpopuler

Comments

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

mm.. jauhi Karin, Nao..!

2021-08-14

0

safik🆘𝕱𝖘 ᶯᵗ⃝🐍

safik🆘𝕱𝖘 ᶯᵗ⃝🐍

apes kamu naomi

2021-06-03

0

Tri Sulistyowati

Tri Sulistyowati

teman kencanny aneh-aneh

2021-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!