Mobil Faris masih melaju sedang. Hujan juga belum reda. Mereka masih mengobrol seperti biasa. Membicarakan tentang banyak hal. Mulai keseharian mereka hingga berita dalam negeri dan luar negeri.
Telepon Faris berbunyi. Sekilas Sunday sempat melihat nama penelepon di layar ponsel Faris. Nama seorang wanita.
Pacarnya yang mana lagi. Baru dua hari dia datang sudah dapat pacar lagi. Batin Sunday.
"Hallo... Iya. Kapan? Baiklah, kita bertemu disana saja. Besok siang kan. Oke." Faris memutuskan teleponnya.
"Yang benar saja, baru kemarin tiba dan hari ini sudah punya pacar baru." Sindir Sunday. Faris tersenyum lebar.
"Cemburu?" Goda Faris lagi.
"Oke oke... kalau tahu kamu akan jadi sepercaya diri ini, anggap saja aku tidak pernah mengatakan apapun."
Faris tertawa. "Dia ini memang baru kemarin aku temui. Kami satu pesawat. Dia duduk tepat di sebelahku. Kami banyak mengobrol. Lalu bertukar nomor. Lalu besok dia ingin bertemu. Mengajakku makan siang. Mana mungkin aku tolak ajakan seorang teman."
Faris memang selalu menceritakan teman-teman wanitanya kepada Sunday, yang katanya bukan pacar & hanya sebatas teman. Hingga Sunday heran, mana mungkin seorang pria hanya punya teman wanita dan tidak pernah menceritakan teman prianya. Kadang Sunday merasa mungkin ada yang salah dengan Faris.
"Apalagi teman wanita. Aku sudah hafal dengan tingkahmu. " Sunday sinis.
"Tingkah apa?" Faris pura-pura bingung padahal dia tau sekali yang dimaksud Sunday.
"Dasar playboy."
"Lihat sendiri kan, bukan aku yang menelpon dia dulan, tapi dia. Aku hanya bersikap ramah saja. Apa itu salah? " Faris masih dengan senyum lebarnya.
"Baiklah, terserah katamu saja. Apapun ucapanku tidak akan memberi hidayah apapun padamu."
Faris malah tertawa terbahak.
Sebuah telepon masuk lagi ke hp Faris.
"Dimana? Oh aku tau tempat itu." Faris menutup teleponnya kembali. "Kita akan ke suatu tempat dulu." Ajak Faris masih dengan pandangan lurus ke depan.
"Ke mana?"
"Hujan-hujan paling tepat makan bakso."
"Bakso?" Faris mengangguk dan terus melajukan mobilnya membelah jalan raya.
Hujan masih belum reda juga hingga mereka tiba di sebuah resto. Faris mengambil payung yang ia taruh dibelakang joknya dan keluar membukakan pintu Sunday.
Berdua mereka memasuki resto setelah melipat payung dan meletakkannya di depan resto.
Seorang wanita melambai pada Faris di meja tidak jauh dari mereka masuk. Faris berjalan menghampiri yang diikuti oleh Sunday.
Dasar, masa iya mengajakku menemui dia. Ehh tapi, bukannya tadi dia bilang besok baru menemui teman barunya itu. Ahh, mungkin mereka menggantinya menjadi hari ini.
Dasar bodoh, bisa-bisanya dia menemui teman wanita dengan mengajakku juga. Sunday sibuk dengan pikirannya.
"Aku pikir aku akan terjebak hujan di sini sampai besok." Gadis itu langsung menyambut Faris.
"Kenapa ada di sini? Sendirian?" Faris duduk disebelah gadis itu. Sunday mengambil kursi diujung meja.
" Mobilku sedang di bengkel dan tadinya aku meeting bersama klien. Menunggu taksi online tapi tidak tahu kenapa aplikasiku lambatnya minta ampun."
"Ooo..." Faris menaggapi. "Ngomong-ngomong, ada bakso tidak disini?"
"Bercanda kamu. Mana ada menu bakso di resto ini. Semuanya makanan timur tengah." Lalu gadis yang ternyata bernama Rima itu tertawa.
Sejak awal memasuki resto Sunday pun sudah curiga dari nama resto yang memakai nama kearab-araban.
Dasar Faris bodoh. Tidak punya bakat analisa sama sekali. Sunday.
"Tapi kopi disini enak sekali." Rima menawarkan.
"Oh, baiklah aku akan memesan kopi. Kamu mau apa?" Tawarnya kepada Sunday.
"Teh hangat saja."
"Aku sarankan teh bunga rosella. Di sini teh bunga rosellanya juara." Sekali lagi Rima merekomendasikan. Dan sepertinya dia sudah sangat hafal dengan seluk beluk resto ini.
"Oh, boleh."
Lalu Faris memanggil seorang pelayan. Dan memberitahukan pesanan mereka.
"Pesan makananmu juga, Sun." Ujar Faris.
"Tidak usah, aku sudah makan di kantin tadi." Tolak Sunday berbohong. Sebenarnya dia tidak suka masakan timur tengah yang biasanya berlemak menurutnya.
"Cobalah nasi kebuli, disini nasi kebulinya enak sekali. Ada ukuran sedang hingga jumbo, ukuran sedang bisa untuk dua orang."
"Tidak, terima kasih." Tolak Sunday sungkan.
"Tidak usah malu-malu kucing begitu." Goda Faris. "Rima ini temanku sejak kecil. Kami sangat akrab." Kini Faris merangkul Rima.
Oh, jadi begitu. Faris memang suka sekali memperlakukan para gadis seperti itu. Buktinya dengan Rima juga begitu. Batin Sunday.
"Siapa yang malu, aku hanya sedang tidak lapar." Penjelasan Sunday agak manyun.
"Ehh tapi, ngomong-ngomong, dia siapa, Ris?"
"Sunday, temanku. Tepatnya anak bosku di kapal."
"Oh ya? Koq bisa kenal?" Rima penasaran.
" Ceritanya panjang dan lama, lain kali aku kasi cerita."
"Koq tumben aku tidak tau bagian cerita yang ini?" Rima masih penasaran dan nada suaranya seperti penuh selidik.
"Stttt... nanti aku ceritakan." Faris menyentuh bibir Rima dan membuatnya diam seketika.
Melihat pemandangan di depannya, Sunday merasa seperti obat nyamuk. Terbakar sendirian demi orang didekatnya tidak digigit nyamuk.
Akhirnya mereka hanya minum saja tanpa makan. Dan setelah menghabiskan minuman masing-masing, mereka meninggalkan resto.
Ternyata Rima menghubungi Faris bermaksud meminta jemput karena tidak segera mendapatkan taksi online. Dan kebetulan juga Faris sedang dijalan jadi bisa sekalian pulang bersama.
Saat Rima menaiki mobil Faris, Sunday yang tau diri lebih memilih duduk di belakang agar Rima bisa duduk di depan bersama Faris. Dan benar saja, mereka berdua sangat akrab. Tentu saja, mereka teman sejak kecil. Rima dan Faris mengobrol asyik sekali. Apalagi Faris yang baru datang, membuat mereka memiliki banyak cerita. Sama seperti dirinya dan Faris.
Udara dingin dan laju kendaraan membuat Sunday merasa nyaman. Perlahan namun pasti, kantuknya pun tak tertahankan. Dan Sunday tertidur.
Hingga sebuah sentuhan membangunkannya.
"Sun... sudah sampai." Faris mengguncangkan pundaknya. Sunday yang menyandarkan kepalanya pada headrest akhirnya terbangun. Mengerjapkan matanya dan menggeliat perlahan.
"Mana Kak Rima?" Tanya Sunday yang sudah tidak mendapati Rima di mobil itu.
"Sudah aku antar pulang." Faris bukannya menyuruh Sunday turun tapi malah duduk disebelahnya.
"Mau apa?" Sunday men-stop Faris dengan tangannya saat Faris mendekatkan tubuhnya.
"Melepas seatbelt-mu. Kamu pikir aku mau apa?" Faris mencibir.
"Tidak, tidak apa-apa." Sunday merapikan rambut bagian depannya menyembunyikan wajah malunya karena sudah berfikir macam-macam.
"Dasar otak kotor." Celetuk Faris turun dari kursi tengah samping Sunday.
"Heh, enak saja. Siapa yang otak kotor." Protes Sunday merasa bahwa ucapan Faris itu untuknya.
"Kamu."
"Tidak. Sembarangan mengatai orang."
"Tadi itu apa?"
"Aku hanya waspada kalau-kalau playboy sepertimu ingin macam-macam denganku."
"Benar kan, itu yang ada di pikiranmu."
"Tapi itu hanya insting untuk melindungi diri."
"Sudah, kalau otak kotor ya otak kotor saja. Tidak usah menutup-nutupi."
Mereka kini sudah berjalan hingga depan teras rumah Sunday.
"Sudah, masuk sana, otak kotor." Goda Faris sambil menahan tawanya. Melihat Sunday yang panik saat ia menuduhnya otak kotor sangat menyenangkan.
"Ya sudah, aku pulang ya, otak kotor." Faris menyundul kepala Sunday lalu dengan kasar Sunday menepisnya. "Mandi sana dan pastikan kamu mencuci otakmu yang kotor itu agar bersih dan bebas dari otak kotor." Faris tertawa juga akhirnya setelah menyelesaikan kalimatnya. Lalu membalikkan badannya dan masuk ke mobil. Sebelum mobilnya berangkat bahkan ia sempat menggumamkan sesuatu dengan bahasa bibirnya yang terbaca Sunday bahwa Faris mengucapkan, "Otak kotor." Lalu pergi dan tertawa.
"Hei, aku bukan otak kotor". Teriaknya kesal. Lalu kemudian masuk ke rumahnya.
Mamanya ada di ruang tengah saat Sunday masuk. Heran dengan sikap anakknya yang cemberut lalu menanyainya sambil masih duduk di depan tv.
"Kenapa, Sun?"
"Tidak kenapa-kenapa." Jawab Sunday sok tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Anonymous
aq lembur bc nya niy...seru veritanya...
2022-05-06
0
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
seru thor.. aku baca nya nyicil ya..
aq mampir bawa boomlike dan komen
.
.
jgn lupa feedback ke cerita aku, makasiiih 🤗
2020-06-12
1