Suasana kantin siang ini tampak ramai. Jam makan siang. Seperti biasa, ketiga wanita muda yang baru menyelesaikan kuliah mereka sedang duduk sambil menghadapi sepiring gorengan dan softdrink.
"Masih siang, masih terlalu malas untuk pulang." Suzan mengeliatkan badannya, menarik tangannya ke atas. Mengusir kebosanan.
"Bagaimana kalau kita menonton saja." Ide Windy.
"Sebentar sodara, aku menanyakan tugasku dulu kepada Victor." Sunday mengambil ponsel dan menanyakan tugasnya kepada sang laboran.
"Yess, hari ini aku bisa bebas tugas. Mari kita nonton." Sunday bersemangat.
"Tumben Laboran itu memberimu libur." Windy menyeletuk.
"Sepertinya suasana hatinya sedang baik. Pagi tadi saat aku mengisi daftar hadir, dia seperti banyak sekali tersenyum."
"Baguslah..." Suzan menimpali. Ia selalu kasihan kepada Sunday yang hampir setiap hari mendapat tugas yang kadang tidak manusiawi sebagai peserta magang.
Sunday memang mendaftarkan diri sebagai peserta magang di kampusnya. Bukan suka rela, tapi salah satu syarat pengajuan bea siswa uang kuliah adalah harus menjadi peserta magang yang akan ditempatkan di berbagai instansi kampus. Mulai perpustakaan, laboratorium-laboratorium, kantor sekretariat fakultas dan bahkan pengelolaan kantin. Untuk mendapatkan bea siswa uang kuliah pun tidak berlaku selamanya. Setiap tahun harus melakukan tes tulis lagi yang diambil dengan menggunakan skor tertinggi peserta dan juga melakukan magang lagi setelah lolos dari tes tulis.
Untungnya, setiap tahun Sunday selalu lolos di seleksi tes tulis sehingga selalu mendapatkan bea siswa gratis uang kuliah selama satu tahun yang artinya dua semester. Dan karena Sunday adalah mahasiswa jurusan Sistem Informatika, maka pihak kampus menempatkannya sebagai peserta magang di laboratorium fakultas teknik.
Ini semester keenamnya, sudah 3 kali ia mendapatkan bea siswa uang kuliah. Pengambilan bea siswa ini sengaja ia lakukan untuk meringankan beban mamanya yang single parent.
Papa dan mama Sunday sudah berpisah. Dan meskipun Papanya tidak pernah meninggalkan tanggung jawabnya, masih membiayai kebutuhannya termasuk kuliah dan bahkan masih selalu mengiriminya oleh-oleh yang dibawa setiap pulang berlayar atau dititipkan pada teman-temannya saat pulang, tapi itu belum bisa merubah pandangan Sunday terhadap Papanya. Baginya, Papanya yang pergi meninggalkan Mamanya untuk bersama wanita lain sangatlah jahat. Dan Sunday merasa sangat tersakiti karenanya.
Sedang sibuk Sunday menekuri ponsel melihat jadwal magangnya, Windy mencolek tangannya yang sibuk memainkan hp sambil berkata,"Sun, yang aku lihat bukan mimpi kan?" Lalu menunjuk ke arah jam 12. Sunday melempar pandangan yang ditunjuk Windy.
"Lee Min Hoo..." Suzan bergumam dengan pandangan mata berbinar. Jiwa K-Dramanya keluar begitu saja.
Seorang pria tampan mendekati area kantin tempat mereka mengobrol. Rambut lurus hitam pekat yang kilaunya serupa model iklan shampo, Tshirt warna putih dengan huruf-huruf kecil di bagian dada, dan semakin mendekat tulisan itu semakin jelas terbaca 'Calvin Klein'. Celana jeans berwarna navy dan kaca mata hitam yang melindunginya dari silau matahari siang ini. Kulit putihnya tampak merona diterpa matahari.
'Hai... apa kabar." Sapanya saat sudah mendekat sambil menampakkan senyum malaikatnya.
"Baik..." Jawab Suzan & Windy bersamaan. Suzan & Windy masih takjub. Meskipun ini pertemuan mereka yang ke sekian kali. Tapi demi makhluk indah di depan mereka, mereka rela terpesona. Hanya Sunday yang tampak biasa saja sambil mengaduk es tehnya.
"Kapan datang?" Tanya Sunday menggeser duduknya memberi tempat kepada Faris yang memberinya isyarat bahwa dia harus duduk di sebelahnya karena kursi panjang itu bisa untuk dua orang.
"Bukankah aku sudah bilang akan segera pulang." Jawab Faris.
"Tapi hanya itu informasi yang aku tau."
"Kamu tidak menanyakannya."
"Kamu tidak memberi tau."
Terdengar seperti akan ada perang, Suzan buru-buru menengahi. "Sudah... sudah... sudah yaa. Mari pertemuan yang saklar ini..."
"Sakral... "Ralat ketiga temannya yang lain bersamaan.
"Oh iya itu maksudku. Mari pertemuan yang sakral ini kita maknai dengan nilai-nilai persahabatan yang damai, aman, sejahtera sepanjang masa." Celoteh Suzan dengan gaya sok bijaknya. Kemudian melempar pandangan lagi kepada Faris demi menikmati wajah tampan didepannya.
"Kak, koq bisa seganteng ini, rahasianya apa sih?" Celetuk Suzan dengan senyum ganjennya.
"Hahaha." Faris tertawa.
"Iya Kak, doa & ritualnya apa sehingga bisa memiliki wajah sebening ini?" Windy tidak mau kalah.
"Begini ya, pertama, jangan panggil aku kakak. Aku jadi merasa tua." Faris masih menyisakan tawa dalam kalimatnya.
"Memang sudah tua kan." Gumam Sunday tapi tidak ada yang menghiraukannya.
"Panggil namaku saja, Faris. Kedua, aku tidak melakukan perawatan apalagi ritual khusus apapun."
"Baiklah, boleh kan ku panggil Oppa Faris." Suzan yang hobi menonton film drama korea mengusulkan.
"Opa? Apa aku setua itu?" Faris menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Bukan... bukan opa yang berarti kakek. Oppa. Oppa itu panggilan kakak dalam bahasa korea." Suzan menjelaskan. Windy manggut-manggut mengiyakan. Sunday mulai bosan.
"Oh, begitu ya." Faris hanya tersenyum nyengir menanggapi Suzan. "Ya sudah suka-suka kamu lah, Suz."
"Ahh, oppa..." Suzan dan Windy berbarengan dengan pandangan kagum. Sunday memutar bola matanya tanda muak.
"Ehh, bagaimana ini jadi tidak nontonnya?" Sunday yang mulai bosan mulai bersuara lagi.
"Jadi dong." Jawab Windy.
"Nonton?" Faris tampak tertinggal pembicaraan ketiga gadis itu.
"Oh iya, kami bertiga mau nonton. Jadi ikutlah bersama kami." Ajak Windy.
"Tidak... tidak... " Tolak Sunday. "Kalau dia ikut, namanya bukan ladies time. Atau kalau dia mau memakai rok, baru boleh ikut."
"Apa?!" Pekik Faris.
"Tidak, Oppa Faris boleh ikut. Yang memiliki ide adalah aku. Jadi aku memperbolehkan Oppa Faris ikut." Bela Windy.
"Aku juga setuju." Suzan mendukung.
"Tuh kan." Faris merasa senang mendapat dukungan.
"Ahh... terserah kalian." Sunday melambaikan tangan kesal kemudian meninggalkan kursinya yang diikuti oleh kedua sahabatnya dan Faris dibelakangnya.
Faris hanya tersenyum melihat gadis-gadis itu. Faris memang lumayan akrab dengan teman-teman Sunday. Karena setiap Faris ber-holliday dia selalu menyempatkan untuk menyapa Sunday atau mengajaknya main. Dan tidak jarang Sunday mengajak Suzan dan Windy juga.
Memang sejak pertemuan Sunday dan Faris beberapa tahun lalu saat tragedi dompet tertinggal di kedai es krim itu mereka mulai bertukar nomer ponsel. Tentu saja itu inisiatif Faris.
Faris merasa ada yang unik dari Sunday. Faris dengan wajah tampan dan postur tubuh proporsionalnya selalu menjadi pusat perhatian. Setiap gadis yang memandang pasti terpesona. Tapi Sunday benar-benar berbeda. Faris tidak mendapatkan reaksi itu dari Sunday. Sehingga Faris sangat penasaran.
Tapi akhirnya semakin lama mengenal Sunday ia tau bahwa gadis itu memiliki ketidaksukaan terhadap pelaut. Karena papanya yang pelaut dan meninggalkan mamanya demi wanita lain itulah penyebah ia tidak menyukai pelaut, secara umum.
Karena itu Faris merasa punya misi untuk membuka pandangan Sunday bahwa tidak semua pelaut seperti papanya. Seperti pembicaraan mereka suatu ketika melalui sambungan telepon.
"Kepribadian seseorang tentu saja tidak ada hubungannya sama sekali dengan profesinya." Penjelasan Faris kepada Sunday di sela coffe break-nya. Dengan masih tetap memakai seragam coverall-nya karena dia masih harus bekerja lagi setelah ini.
"Tapi sebagian besar pelaut selalu mudah mendua, mentiga, men-empat atu bahkan men-tak terhingga." Balas Sunday sengit. Dia selalu sinis jika pembicaraanya tentang profesi pelaut.
"Hahaha... sok tau kamu."
"Lihat saja dirimu. Kau yang belum menikah saja memiliki pacar banyak sekali."
"Hei Nona, aku tidak pernah memacari mereka. Merekalah yang memacariku." Kilah Faris.
"Oh ya? Bukannya itu sama saja?" Cibir Sunday.
"Lagipula aku benar-benar tidak pernah memacari mereka, nona hari minggu." Panggilan Faris pada Sunday. "Tapi mereka yang mau. Aku hanya menemani mereka berbelanja, menonton, jalan-jalan..."
"Ahh, sama saja. Kamu pikir mereka mengajakmu bukan tanpa maksud. Kamu ini bodoh atau bodoh sekali sih. Mereka mengajakmu jalan tentu saja berharap agar bisa menjadi pacarmu."
"Itu kan kamu." Goda Faris.
"Tidak!" Sunday sengit. "Aku sama sekali tidak tertarik padamu dan aku tidak tertarik pada semua pelaut di seluruh dunia ini."
"Benarkah?" Nada suara Faris menggoda.
"Tentu saja." Jawab Sunday mantap.
"Tapi kalau kita berteman kan tentu tidak ada masalah."
"Iya." Jawab Sunday sok cuek.
Seperti itulah pertemanan mereka. Sunday juga bukan gadis kaku. Dia bisa berteman dengan siapa saja. Pun dengan Faris yang seorang Sailor. Walaupun secara pribadi ia membenci hubungan percintaan para pelaut. Dia terlalu takut untuk mendapat mendapat perlakuan seperti mamanya.
Mereka bertiga sampai di tempat parkir.
"Sun, kamu sama Oppa Faris saja ya." ujar Windy sambil membuka Honda Jazz-nya.
"Suzan juga yaa." Ajak Sunday kepada Suzan.
"Hei, aku tidak mungkin meninggalkan pacarku yang cantik ini menyetir sendirian. Dia harus ada yang menemani agar tidak mengantuk." Suzan cengengesan.
"Atau kita pergi bersama dengan mobilku saja." Faris memberi solusi. "Lebih seru kalau berkendara ramai-ramai."
" Jangan, setelah nonton aku harus langsung pulang, tidak ada waktu kembali ke kampus lagi mengambil mobil. Karena sore nanti mobil harus berada di tangan mama. Biasa, arisan. Heheh..." Windy beralasan.
"Baiklah..." Faris memaklumi.
Akhirnya mereka meluncur ke sebuah mall tempat mereka akan menonton.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
sanjiaran
aku sepemikiran dg sunday ttg pelaut, coz aku jg pernh dekat sm pelaut, ntah lg apes ato apa, mang bener dia ga setia n egois. selama dkt ma dia, aku bener² tertekan, makan ati, sering nangis. pokoknya lbh banyak duka drpd sukanya. mungkin saat itu lg dibutakan oleh cinta mkanya aku nrimo aja. tp pada akhirnya aku menyerah, krn aku msh sayang dg diriku sndiri, ga mau bodoh disakiti terus menerus.
2021-10-03
1
Alya_Kalyarha
semangat nulisnya kk, udah aku like ya
kalau sempat mampir baliklah ke karyaku "sahabat atau cinta" dan "berani baca" tinggalkan like dan komen ya makasih
2020-06-01
1