Jatuh Cinta Dengan Badboy
...༻✿༺...
Ramanda baru saja mendapat kabar mengenai kepergian Zafran. Cowok yang tidak lain adalah sahabat sekaligus pujaan hatinya. Zafran memang diketahui memiliki masalah pribadi yang mengharuskannya pindah sekolah.
'Sepi jadinya kalau nggak ada dia. Apalagi pas di rumah,' batin Ramanda. Dia kebetulan tidak pandai berteman. Terutama dengan sesama cewek. Teman-teman Ramanda justru sebagian besar adalah cowok. Itulah salah satu alasan dia sering bergonta-ganti pacar. Namun semenjak jatuh cinta dengan Zafran, Ramanda sering menyendiri.
Kini Ramanda tidak mempunyai teman. Dia lebih memilih menyibukkan diri belajar ke perpustakaan dan membantu guru. Ramanda juga kapok berteman dengan cowok. Sebab kebanyakan cowok yang mengajaknya berteman hanya karena mempunyai keinginan terselubung. Yaitu memacarinya.
Bel pertanda masuk berbunyi. Semua murid berdahuluan masuk ke kelas. Kecuali Ramanda, yang telah duduk semenjak datang.
Selang sekian menit, Bu Sena masuk. Kali ini dia tidak sendiri. Ada siswa yang berjalan di belakangnya. Seorang cowok super tampan yang berhasil membuat semua murid ternganga. Terutama murid-murid perempuan.
"Waaah... gila... ganteng banget."
"Segarnya Ya Tuhan..."
"Anjir... dia ganteng banget. Gue rela berangkat ke sekolah jam lima pagi kalau begini."
"Dia kayaknya blesteran deh. Mukanya kayak bule-bule gitu."
Ramanda tidak memperhatikan sama sekali. Dia baru melihat ke depan setelah mendengar keributan yang dibuat teman-temannya.
Pupil mata Ramanda membesar. Karena dia mengenali siswa baru yang datang bersama Bu Sena. Siswa itu tidak lain adalah Morgan Alexander. Cowok blesteran Indonesia-Inggris. Tidak heran wajahnya sangat rupawan.
Ramanda dan Morgan saling mengenal karena orang tua mereka berteman dekat. Kebetulan ibunya Morgan pernah menjadi pasien ayahnya Ramanda yang memiliki profesi sebagai dokter.
"Semuanya... kita kedatangan murid baru hari ini. Namanya adalah Morgan Alexander," ujar Bu Sena memperkenalkan.
Morgan lantas tersenyum. "Oke, tadi kan nama gue udah disebutin sama Ibu cantik ini. Jadi..."
"Cieee.... Ibu cantik..."
"Ibu bikin iri deh..." seruan beberapa murid sukses memotong perkataan Morgan.
Sementara itu, Bu Sena tersipu malu sambil meletakkan jari telunjuk ke depan bibir. Wanita paruh baya sepertinya saja salah tingkah dengan gombalan dari Morgan. Dia berusaha menutupi rasa malu dengan berlagak menyuruh semua anak didiknya diam.
"Kamu sebaiknya langsung duduk saja!" perintah Bu Sena. Namun Morgan menolak.
"Jangan gitu dong, Bu. Kan kalau nggak kenal, maka tak sayang," tukas Morgan sembari menggerakkan alisnya dua kali. Perkataannya sekali lagi membuat semua murid berseru.
"Kamu bisa lakukan itu nanti. Karena sekarang Ibu nggak mau buang-buang jam pelajaran!" tegas Bu Sena.
Morgan mengangguk. Dia segera menduduki kursi kosong yang sudah disediakan.
"Elaaaah, Bu Sena. Bilang aja baper karena dirayu cowok ganteng," celetuk Erli. Cewek paling modis di kelas. Dia memang dikenal sebagai orang yang tidak bisa menyaring perkataan buruknya.
Usai berucap begitu, Erli segera menoleh ke arah Morgan. Dia mendapatkan senyuman dan tatapan dalam cowok tersebut. Pipi Erli seketika memerah bak tomat matang. Ia buru-buru membuang muka. Jantungnya sudah berdebar-debar tak tertolong.
"Ya ampun. Lo pasti bikin masalah lagi," cetus Ramanda. Dia siswi yang kebetulan duduk di sebelah Morgan.
Mata Morgan membulat. Dia baru menyadari kehadiran Ramanda. "Lo sekolah di sini, Ra?" tanya-nya antusias.
Ramanda tersenyum singkat. Dia memilih tidak menjawab. Lagi pula Ramanda yakin Morgan dapat menyimpukan sendiri saat melihat seragam yang dipakainya.
"Senangnya... gue udah punya teman cantik." Morgan tersenyum lebar. Melirik tajam ke arah Ramanda.
"Gombalan lo itu nggak akan mempan sama gue tahu nggak." Ramanda menjawab tanpa membalas tatapan Morgan.
"Dih! Siapa yang gombal. Lo kan emang cantik." Morgan menopang kepala dengan satu tangan. Memfokuskan atensinya pada Ramanda.
"Iya gue tahu kok. Makanya gue muak dengarnya," balas Ramanda. Dia akhirnya menoleh ke arah Morgan.
"Cantik... cantik... cantik..." godaan Morgan kian menjadi-jadi. Dia melantunkan kata cantik berkali-kali.
Ramanda yang terganggu lantas mendelik. Dia justru menemukan Morgan berhenti menatapnya. Cowok itu bergegas menghadap ke depan. Berlagak seolah sedang fokus belajar.
"Gan! Lo kalau mau bercanda mending jangan pas jam pelajaran. Sekali lagi begini, gue bilangin lo sama bokap nyokap lo kalau--"
"Oke, oke... gue berhenti. Jangan bawa-bawa bokap sama nyokap gue deh." Morgan langsung cemberut. Dia menjeda ucapan Ramanda begitu saja. Seakan ancaman Ramanda benar-benar gangguan serius.
Ramanda memajukan bibir bawahnya. Dia senang Morgan berhenti berceloteh. Cewek tersebut segera fokus untuk belajar.
...***...
Jam istirahat sudah tiba. Seluruh murid saling berdahuluan keluar kelas. Akan tetapi tidak untuk Ramanda. Dia memilih membaca buku pelajaran untuk materi selanjutnya.
Morgan menyurai rambut dengan jari-jemarinya. Banyak orang yang mengajaknya pergi ke kantin. Namun Morgan menyuruh mereka pergi lebih dulu. Dia memilih menghampiri Ramanda sebelum beranjak.
"Nggak ke kantin?" tanya Morgan.
"Malas." Ramanda menjawab singkat.
"Lo nggak punya teman?" Morgan kembali bertanya.
"Punya."
"Mana?"
"Nih!" Ramanda memamerkan bukunya ke depan wajah Morgan. Baginya sebuah buku adalah teman.
"Gila! Lo kutu buku banget ya. Pantes nggak punya teman," komentar Morgan blak-blakan.
"Lo itu mau ngajak berantem atau apa sih?" tanggap Ramanda. Menatap tak percaya.
"Ya mau jadi teman lo lah. Nanti gue dikira cuekin elo lagi. Terus nanti lo aduin ke bokap nyokap lo. Terus--"
"Cukup!" Ramanda menyela sembari mengangkat satu tangan ke udara. "Gue sama sekali nggak masalah sendirian. Jadi lo nggak perlu khawatir. Justru gue bakalan cemas kalau jadi teman lo. Tuh lihat!" ujarnya. Dagu Ramanda menunjuk ke arah beberapa cewek yang sedari tadi memperhatikan Morgan. Mereka juga sesekali berbisik sambil melirik Ramanda.
"Cewek-cewek udah pada pelototin gue dari tadi," ujar Ramanda mengadu.
"Cih! Lama-kelamaan mereka nanti juga pada bosan sama gue. Bagi gue, teman itu adalah yang utama. Bahkan dari pacar sekali pun," ucap Morgan. Dia sedikit memanyunkan mulut. Memasukkan dua tangan ke saku celana.
"Ya udah. Gue tinggalin aja kalau gitu. Hati-hati ada setan." Karena tidak bisa membujuk Ramanda, Morgan memutuskan beranjak.
Ramanda geleng-geleng kepala mendengar ucapan Morgan. Dia kembali membaca buku pelajaran.
Baru beberapa jam di sekolah, Morgan sudah punya dua teman akrab. Parahnya dia lebih memilih berteman dengan orang yang berandal sepertinya. Dua sosok tersebut tidak lain adalah Rangga dan Dimas.
"Lo suka sama Ramanda ya? Kayaknya lo berusaha banget deketin dia," imbuh Dimas. Kebetulan dia dan Rangga berhasil melihat keakraban Morgan dan Ramanda.
"Enggak. Dia itu anaknya teman bokap nyokap gue. Jadi nggak enak kalau gue cuekin dia begitu aja," jelas Morgan. Tangannya sibuk mengobrak-abrik seblak dengan sendok dan garpu.
"Oh... pantesan." Dimas mengangguk mengerti. "Wajar kok kalau lo dekatin Ramanda. Secara dia permatanya sekolah ini. Tapi karena itu juga Ramanda nggak punya teman cewek. Soalnya sebagian besar cowok di sini pada suka sama dia," sambungnya.
"Iya. Ramanda sebenarnya dulu punya teman akrab. Tapi udah enggak karena dibilang merebut pacar teman-temannya. Sempat terjadi pertengkaran hebat tahu nggak." Rangga membenarkan. Ia mengambil minuman sirupnya dengan satu tangan. Namun dia urung minum, ketika Erli tiba-tiba datang.
"Hai, Morgan. Gue boleh gabung?" Erli bertanya sambil melilitkan rambut ke jari telunjuk lentiknya. Dia sengaja bersikap manja agar Morgan merasa gemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Nunu
aaaa.. akhirnya ... makasih othor kesayangan ...😀😀😀 d bkinin cerita tentang ramanda
2022-08-29
1
𝒕𝒉æ𝒍𝒊𝒂̀
cuss langsung terbang aku ke sini
semoga akhir yang membahagiakan~
2022-08-25
1
penahitam (HIATUS)
cantiknya jadi senjata yaaa.
semangat kak.....
2022-08-24
1