The controller V

"Jangan sok jagoan deh, kalau cuman berlindung di balik tameng bokap," ejek Agung mulai kesal kepada Angkasa.

"Kau..."

Mendengar ucapan Agung jelas sangat melukai harga diri Angkasa. Jelas karena ucapan itu benar adanya.

"Kenapa? Itu semua benar bukan?" Agung justru memanas manasi keadaan.

"Bre*ng*sek!" Angkasa mengumpat, karena merasa terpojokkan. Angkasa segera mencengkram kerah Agung ingin segera mendaratkan bogem mentah di pipinya.

"Kenapa? Kesal? Seandainya mereka tidak takut akan kekuasaan ayah mu, apa kau aka di biarkan berbuat sesuka hati? Tentu tidak bukan?" Agung kembali memanaskan keadaan. Semkin terpancing pula emosi Angkasa.

"Dasar anak haram... Hanya anak panti asuhan saj kau berlagu," ujar Angkasa keras dengan nada berteriak.

Mendengar kata kata tersebut Agung naik pitam dan balik mencengkram erat leher Angkasa.

Karena emosi tersebut Agung tanpa sengaja mengaktifkan sesuatu di dalam dirinya.

Angkasa terkejut melihat perubahan bola mata Agung, yang tampak berubah menjadi ke emas. Bahkan tekanan dari Agung terasa sangat besar. Angkasa sangat tertekan, namun pasti gengsi untuk mengakuinya.

"Kau..."

"Ada apa ini?"

Agung segera melepaskan cengkeramannya, dan meninggalkan Angkasa. Bohong jika Agung tidak terkejut, ia melihat jelas bayangan dirinya di lantai tadi, matanya berubah. Agung tak mengerti ada apa sebenarnya.

Angkasa segera bangkit dan memperbaiki pakaiannya, memandang lekat ke arah Agung. Angkasa jelas tahu semua orang pasti akan membicarakan hal ini, sudah pasti itu masalah untuk nya, ada seseorang yang berani melawannya, jelas itu mengganggunya.

Angkasa segera berjalan meninggalkan kerumunan, di susul Purwono dan Malik. Dua orang ka*cung yang seolah menjadi seseorang yang di takuti, karena orang milik Angkasa.

Mereka berjalan selalu bak seorang jagoan yang mana semua orang harus hormat padanya, padahal bila tidak ada Angkasa maka mereka hanya pengecut di sekolah tersebut. Orang tuanya jelas hanya seorang pegawai swasta, meski dengan gaji yang tinggi, namun kedudukannya di sokong dengan mereka menjadi anak buah Angkasa.

Milla Anastasyi, memperhatikan kejadin tersebut sejak tadi bersama teman teman yang selalu mengikutinya sejak tadi. Milla menyebut mereka dengan sebutan lalat.

Milla jelas memunculkan senyum di bibirnya, Milla tahu apa yang akan meninggikan posisinya nanti, karena saat ini di sekolah ia masih menjadi nomor dua. Posisinya sebagai wanita terpopuler di sekolah hingga saat ini masih di pegang oleh Fadila, gadis cantik dengan tingkah arogan, ketua kelas mereka.

Seperti biasa, saat masuk ke dalam kelas Milla selalu di buat kesal karena melihat Angkasa the geng mendekati Fadila. Bohong jika dirinya tidak iri. Sejak dulu Fadila selalu bisa mengalahkannya, padahal gadis itu tomboi dan tak terlalu memperhatikan riasannya.

Milla sejujurnya sejak dulu menyukai Angkasa, namun apa daya Angkasa hanya melihat ke arah Fadila. Baginya untuk apa para laki laki selalu melihat ke arah nya, jikalau para Angkasa sang pujaan hatinya tidak bersama dengannya.

Milla dengan gaya arogannya berjalan ke arah Agung, namun sialnya saat akan sampai Agung justru berjalan ke arah Fadila. Ia seolah melepaskan kejadian di perpustakaan tadi.

"Dil ini tugas aku sana Anggi," ujar Agung menyerahkan tugas yang pasti sebentar lagi akan segera di minta oleh ketua kelas mereka.

"Nah gini dong, kan ga payah teriak teriak, contoh baik ni," ujar Fadila memuji Agung, namun sorot matanya memandang ke arah Angkasa, tanda menyindir tiga orang yang sejak tadi mendekatinya.

"Cih, pamer," ujar Angkasa merasa tidak suka dengan kehadiran Agung.

"Ngomong ngomong pacar mu gimana?" Fadila dengan santainya menanyakan hal tersebut, namun tidak membuat Agung risih, ia tahu siapa yang di maksud.

"Lecet dikit, cuman di minta dokter untuk istirahat dulu di rumah sakit," ujar Agung menjelaskan.

"Kalau ada apa apa telfon ya," ujar wanita itu, namun gaya angkuh dan arogannya jelas tak bisa lepas. wanita itu terlahir dan tumbuh dengan sendok emas di tangannya.

"Jangan sok perhatian, sana duduk," Angkasa jelas tidak menyukai perhatian wanita incarannya itu jatuh kepada Agung, musuhnya saat ini.

"Orang Anggi kok yang ku perhatikan," ujar Fadila menjelaskan.

Melihat Agung telah kembali ke tempat duduknya, Milla segera mendekati Agung Namun Fadila membaca langkah Milla.

"Kumpulkan tugas sekarang," teriak Fadila membuat Milla menghentakkan kakinya. "Eh kalian juga, jangan bilang tidak membawanya."

"Iya sayang ini," ujar Angkasa mengeluarkan bukunya, dan memberikannya kepada Fadila.

"Siapa lagi yang mengerjakan tugas mu?" Fadila memicingkan matanya ke arah Angkasa.

"Ya tentu aku lah, jangan khawatir," ujar Angkasa menyerahkan papper klip yang ia beli, karena jelas ia terlalu malas untuk mengerjakan tugasnya.

"Kita sudah semester akhir, kalau kau tidak keberatan mari kita belajar bersama. Aku rencananya akan mengatur jadwal belajar bersama dengan Agung dan Anggi," ujar Fadila membuat Angkasa jelas merasa kesal.

"Ngapain sih?" Angkasa seketika protes akan hal tersebut, baginya tidak level berada di satu tempat dengan kedua orang tersebut. Jika saja bukan nilai dan kepintaran yang Membuat mereka berada di tempat yang sama.

"Ya semua orang juga tahu kalau merek berdua itu genius," ujar Fadila enteng.

Agung yang mendengar perdebatan mereka hanya diam dan memandang ponselnya. Ia menunggu Anggi untuk membalas pesannya.

Tring...

Anggi sudah membalas pesannya. "Aku baru saja bangun, bagaimana di sekolah?"

"Semua baik baik saja, tadi aku sempat adu mulut dengan Angkasa namun semua sudah baik baik saja, Angkasa juga sepertinya tidak mempermasalahkan nya," Agung mengirimi pesan tersebut ke pada Anggi.

"Nanti cepat saja pulangnya, aku takut mereka akan melakukan sesuatu kepada mu," tulis Anggi di dalam pesannya.

"Tenang saja, guru sudah datang, jangn mengkhawatirkan ku, nanti ku jemput dari rumah sakit," tulis Agung kemudian meletakkan ponselnya, dan tepat setelah itu guru benar benar masuk, entah kenapa ia rasanya dapat merasakan langkah kaki setiap orang yang ada di luar sana.

Bahkan menurut Agung mereka memiliki langkah yang berbeda beda, seperti berlari, langkah tegas, langkah terburu buru dan lain lain. Agung yang mulai bingung segera mengangkat tangannya hendak ke kamar mandi.

Agung memandangi pantulan dirinya di wastafel, ia sayup sayup mendengar suara dari toilet ujung, yang jelas rusak sejak kemarin. Agung mencoba membukanya, namun tampak di gembok.

"Tolong..." suara tersebut terdengar lemah, agung kembali mencoba membukanya, namun tak bisa ia buka.

Agung yang kesal sejak tadi tak dapat membuka kuncinya segera meremas gemboknya dan mendorongnya sedikit keras kebawah. Anehnya tiba tiba gembok tersebut rusak, dan pintu dapat di buka. Agung segera memapah siswa tersebut. Tampaknya ia adalah korban bullying.

Saat kembali ke dalam kelas Purwono yang penasaran segera mendorong bangku yang di duduki agung dari belakang.

"Kenapa dia?" Agung dapat melihat jelas bahwa Purwono bingung.

"Habis di kerjain," ujar Agung, ia diam diam melirik ke arah Angkasa yang tampak melongo.

Angkasa memang suka membuli anak anak, namun Agung tahu jelas Angkasa tidak pernah melakukan hal tersebut, lalu siapa yang berani melakukannya?

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Josss...

2022-09-19

0

Dwi ratna

Dwi ratna

kekuatanny udh mulai kelihatan hilalny dkt2,

2022-09-12

4

Anonymous

Anonymous

wah kekuatannya mulai muncul

2022-08-28

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!