Agung batu saja selesai mengenakan pakaiannya, tiba tiba mendengar ketukan dari pintu kamarnya. Agung segera membuka pintu kamarnya sembari mengenakan dasinya.
Cklek...
"Happy birthday... Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas tahun Agung..." Anggi datang dengan kue ulang tahun di tangannya beserta sebuah kado.
Di sana juga tampak ibu kos si macan tutul, yang tampak tak ikhlas berdiri di depan pintu kamar Agung.
Jika saja tidak di tarik dan di paksa oleh Anggi maka si macan tutul tersebut tidak akan mau melakukannya, seharusnya ia sudah berada di depan, menggoda abang abang brondong penjual tahu berbusana ala kantoran, sungguh sangat tampan di mata macan tutul.
"Sudah selesai kan? Ibu mau pergi beli tahu," ujar ibu kos tersebut.
"Dandanan cantik amat bu, seperti mau pergi passion week di Citayam," goda Anggi membuat ibu kos tersebut tersipu malu, kemudian meninggalkan kedunya.
"Cih malu malu kucing padahal meong," ledek Anggi kembali.
"Udah ayo masuk," Agung segera menarik tangan Anggi untuk masuk ke dalam kamarnya. "Lilinnya untuk pajangan?"
Anggi terkekeh kemudian mengeluarkan korek api dari sakunya. Anggi kemudian menghidupkan lilinnya yang bertuliskan angka satu dan tujuh.
"Happy birthday to you... Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas..." Ujar Anggi menyodorkan kue tersebut ke arah Agung.
Agung meniup lilinnya, kemudian mengusap kepala Anggi. "Terimakasih selalu ada untuk ku, selalu menemani ku selam ini, you are number one for me," ujar Agung segera menyingkirkan kue ulang tahun yang di pegang oleh Anggi.
Agung segera memeluk Anggi dan mengecup kepala Anggi dengan pelan, agar wanita itu tak menyadarinya.
"Hem pelukan pelukan, lama lama lain dia peluk," ujar suara macan tutul secara tiba tiba.
"Lah kan pintu terbuka, mana mungkin kami berbuat yang tidak senonoh ibu kos tercinta..." Anggi menggeleng, melepaskan pelukan Agung yang tampak tersenyum bahagia.
Jujur saja Agung memang telah mengetahui akan di berikan kejutan ulang tahun, bahkan sudah mengetahui isi kado dari Anggi, namun entah kenapa ia masih sangat bahagia di berikan kejutan tersebut.
"Ya tetap saja, yang lain sudah ke sekolah, lah kalian masih pacaran," cibir ibu kos.
"Iya sebentar lagi, ini Gung, buka kadonya," Anggi memberikan sebuah kotak berbungkus kado.
"Thanks," Agung segera menerima dan membuka isi kado tersebut.
Sesuai dengan dugaannya, Agung menerima topi sebagai kado ulang tahun dari Anggi. Agung segera mengenakannya, tampak sangat pas, dan sesuai keinginannya.
"Bagus banget makasih ya," Agung tersenyum memandang ke arah pantulan dirinya. Binar kebahagiaan tampak di sana.
"Eh cepat berangkat ke sekolah," ujar ibu kos membuyarkan suasana syahdu.
"Iya potong kue dulu dong, emang ibu ga mau kebagian kuenya?" Anggi sungguh sangat kesal di but ibu kos cerewet bawaan lahir tersebut.
"Iya cepetan tapi ibu minta setengah ya," ujar ibu kos tersebut menyebutkan persyaratannya.
"Lah banyak amat bu?" Anggi menggeleng mendengar penuturan ibu kos tersebut.
"Ya iyalah, kan hari ini anak ibu ulang tahun juga, jadi mau di kasih kue juga," ujar ibu itu dengan enteng nya.
"Lah emang uang kos kemarin tidak cukup?" Anggi sedikit kesal.
"Sayang, toh kuenya juga tidak habis," ibu itu tampak cengengesan di hadapan Anggi.
"Udah ayo, lagian kita juga ga habis," ujar Agung melerai keduanya.
"Iya, iya... Tapi Bu numpang di kulkas ibu juga ya," ujar Anggi bernegosiasi.
"Sip, iya deh. Ayo Agung potong kuenya."
Agung segera memotong kue tersebut menjadi dua bagian, kemudian bagian yang lain ia sisihkan untuk ibu kos, sementara bagian yang lain ia potong kecil kecil, kemudian ia suap kan kepada Anggi dan dirinya.
Setelah acara ulang tahun yang tergolong privat tersebut selesai keduanya segera berangkat ke sekolah, namun baru beberapa meter dari tempat tinggal mereka, tiba tiba sebuah mobil yang sedikit oleh mengarah ke pada mereka.
Tabrakan pun tak mampu mereka hentikan, dan sayangnya hal itu juga mengenai Anggi, dan menyebabkan Anggi harus segera masuk ke rumah sakit.
Dengan di bantu warga, Agung segera membawa Anggi ke rumah sakit, Agung terlihat panik dan khawatir.
Sesampainya di rumah sakit, Anggi segera di obati, agung menuju resepsionis untuk segera melakukan pembayaran, namun tampaknya seluruh biaya telah di bayar oleh si penabrak.
"Gung ke sekolah aja kamu, aku ga apa apa kok," Anggi tersenyum memandang ke arah Agung.
"Tapi kan kamu kalau butuh sesuatu," Agung tampak tak ingin meninggalkan Anggi seorang diri.
"Ada suster, pastinya akan membantu," ujar Anggi meyakinkan.
"Tapi kalau kamu butuh sesuatu telfon ya, aku pasti akan datang," ujar Agung segera menggenggam tangan Anggi.
"Iya nanti aku telfon ya," ujar Anggi meyakinkan.
"Nanti kalau istirahat aku telfon ya," Agung tampak tak rela meninggalkan Anggi.
"Iya pergi gih, nanti telat," ujar Anggi tersenyum ke arah Agung.
"Ya sudah aku pergi ya," ujar Agung segera menyambar tasnya.
Agung segeralah berjalan ke arah resepsionis untuk meminta surat keterangan sakit dari pihak rumah sakit.
Setelah semua selesai, Agung segera berangkat ke sekolah.
Agung segera masuk ke dalam kelas sembari membawa surat dari rumah sakit.
Agung masuk ke kelas di saat pembelajaran tengah berjalan. Guru membuka kacamatanya mengerutkan dahinya memandang ke arah Agung.
"Kenapa kamu terlambat?" Pertanyaan tersebut sudah pasti terlontar dari bibir guru tersebut dan Agung sudah menduganya.
"Maaf saya dari rumah sakit Bu," ujar Agung segera menyerahkan surat keterangan dari rumah sakit.
"Siapa yang sakit?" Tangan guru itu membuka amplop berlogo rumah sakit tersebut sembari bertanya.
"Anggi, tadi pagi terjadi kecelakaan dan mengenai Anggi Bu," ujar Agung menjelaskan.
Guru tersebut tampak mengangguk anggukkan kepalanya, sembari membaca isi surat keterangan tersebut.
"Baiklah silahkan duduk," ujar guru tersebut mengembalikan fokusnya ke arah papan tulis. "Baik kita lanjut semuanya."
Agung duduk sembari mengirim beberapa pesan kepada Anggi, ia masih belum tenang karena Anggi tampaknya belum membalas pesan darinya.
Bukan tanpa sebab, pasalnya Anggi saat ini tengah tertidur, pasca meminum obat yang di berikan oleh suster.
"Cie... Lagi mengkhawatirkan sang kekasih," ejek seseorang yang tiba tiba berdiri di belakangnya.
Entah apa keinginan laki laki itu, yang pasti ketiga orang yang sering di sebut Angkasa the geng, itu tiba tiba muncul. Tak biasanya mereka datang ke perpustakaan, pastinya ada sesuatu. Pikir Agung.
"Ada apa?" Agung masih terlihat santai, dan tak berniat membalas ejekan mereka.
"Cieh sok cool lo," ujar Angkasa tertawa mengejek.
"Bisa jangan berisik nggak? Ini di perpustakaan," ujar Agung masih terlihat santai. Bahkan Agung lebih memilih untuk berdiri dan mengambil buku di rak.
"Sombong," ujar Purwono merasa tak senang dengan tingkah Agung.
"Terserah," balas Agung kembali ke meja, dan membuka bukunya.
Karena kesal, dan merasa di abaikan, Angkasa segera menarik buku yang di baca oleh Agung.
"Eh jangan sok cool deh lo, jangan sok iya deh di hadapan gue," ujar Angkasa membanting buku tersebut.
Perlakuan Angkasa tersebut menjadi pusat perhatian di perpustakaan, namun tak ada yang berani menghentikannya, apa lagi jika bukan kekuasaan.
"Jangan sok jagoan deh, kalau cuman berlindung di balik tameng bokap," ejek Agung mulai kesal kepada Angkasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo Gung...
2022-09-19
1
Dwi ratna
lihat aja smpe mna kekuatamu angkasa, plingn bru d tepok angga langsung mleyot...
2022-09-12
3
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Hwaiting Kk
My Bestie mampir
2022-08-28
3