Saat ini sekelompok orang yang berjumlah tiga orang bertopeng tampak mengejar beberapa orang berbaju hitam.
Dor... Dor... Dor...
Saat tengah melakukan pengejaran salah satu di antara mereka hampir terkena tembakan, namun berhasil mereka hindari namun salah satu di antara orang itu topengnya terlepas. Tampak Hiro salah seorang di antara penjual makanan di warung langganan Agung dan Anggi.
“Auh…” Hiro mengusap pipinya yang hampir menjadi mangsa timah panas. “Ba*ji*ngan.” Hiro mengumpat memandang kea rah topengnya yang telah rusak.
"Sia*lan," Doni mengumpat kesal ke arah lawan, dan mulai mengambil pelatuknya yang tersimpan di dalam jas nya.
Dor… dor… dor…
Suara tembakan dari salah satu platuk dari antara ketiga orang bertopeng tersebut menembaki sejumlah orang yang ada di depannya, semnetara yang lainnya lagi kembali mengejarnya.
"Apa kau baik baik aja?" Doni memandang ke arah Hiro, yang tengah mengambil pelatuknya juga.
Dor... Dor... Dor...
“Ba*ngsa*d mau kemana mereka,” Robby mengumpat terus mengikuti musuh mereka.
Robby terus mengejar tiga orang lagi, meninggalkan kedua temannya yang masih menghajar dan menembaki beberapa lawan yang tertinggal, sisah dari beberapa yang telah mereka kalahkan atau bahkan mereka bu*nuh. Robby mengikuti mereka hingga melihat mereka masuk ke dalam sebuah ruangan gelap. Robby mengendap endap masuk ke dalam tempat tersebut, Robby menduga akan ada jebakan yang di sedakan untuknya. Namun sangat di sayangkan Robby tampaknya bergerak tak secepat mereka, tanpa sengaja masuk ke dalam kawasan mereka.
“Robby… Robby… Robby…” terdengar sebuah tepukan tangan menggema di telinga Robby, Robby segera memandang ke arah sumber suara.
“Kau…” kini Robby sadar bahwa dirinya masuk ke dalam perangkap orang yang tengah bertepuk tangan ke arahnya, orang itu melepaskan jasnya, kemudian menggulung kemejanya hingga ke siku.
“Apa kabar?”
Robby berdecih mendengar basa basi dari orag tersebut, sungguh sangat memuakkan. Laki laki itu dulu sama seperti mereka bekerja sama menjadi pembunuh bayaran, bahkan mereka dulu berada di satu kelompok. Namun beberapa tahun belakangan laki laki itu mengkhianatinya, membuat komplotan pembunuh bayaran, yang bahkan kini telah tampak seperti mafia. Dengan jaringan hingga mengarah kepada para petinggi di daerah mereka.
"Kau..."
"Serang, aku bosan melihatnya," ujar laki laki tersebut, kembali memakai jasnya meninggalkan anak buah nya.
"Dasar ba*ji*ngan..." Robby berteriak kesal ke arah laki laki tersebut, menarik pelatuknya dan berhasil mengenai laki laki itu.
Laki laki itu berbalik dan mengambil platuk anak buahnya, menembak Robby tepat mengenai lengan Robby. Karena Robby masih sempat menghindar. "Ba*ji*ngan... Habisi laki laki itu."
Laki laki berteriak keras, rampak urat urat di lehernya. Namun anehnya, tiba tiba laki laki itu dengan secepat kilat berada di hadapan Robby. "Kau akan menyesal karena melawan ku..."
Robby terkejut bukan main, ia tak tahu jika ada kekuatan seperti itu, orang dengan kecepatan yang mat sangat tinggi. Sungguh Robby melihat ini untuk yang pertama kalinya.
"Tapi kau tenang saja, aku tidak kan mengotori tangan ku dengan darah mantan rekan ku," ujar laki laki itu kembali berbalik arah meninggalkan Robby dengan para anak buahnya, laki laki itu segera meninggalkan lokasi dengan mobil mewah miliknya.
Robby yang tampak masih syok, tiba tiba di serang oleh beberapa anak buah dari mantan rekan kerja Robby. Dan perkelahian pun terjadi, menyebabkan Robby begitu kewalahan melawan komplotan mereka. Robby berusaha melawan mereka menangkis dan menyerang.
Saat Robby semakin kewalahan, tiba tiba Hiro dan Dony datang dan membantu mereka, namun baru saja mereka hendak menolong Robby tiba tiba sebuah timah panas mengenai kepala Robby. Seketika Robby kehilangan kesadarannya. Hiro dan Dony yang melihat hal tersebut seketika mengamuk, Hiro segera melawan orang orang tersebut berusaha mendekati tubuh Robby yang tergeletak. Setelah berhasil mengangkat tubuh Robby, Dony segera memberi kode agar mereka segera keluar dari tempat tersebut.
Melihat kepergian ketiga orang tersebut, dengan membawa Robby yang kemungkinan telah meninggal dunia. Membuat mereka semua merasa bahagia. “Itu adalah akibat dari melawan kami, kau mengerti…”
Tawa menggema di dalam ruangan tersebut, menandakan sebuah kemenangan yang mereka dapatkan. Bisa di pastikan ia akan mendapat banyak hadiah dari tuannya nanti.
Sementara di luar gedung Hiro dan Dony segera membawa Robby menjauh dari area gedung tersebut. Mereka segera berlari sejauh mungkin, kemudian memasuki mobil yang mereka bawa tadi dengan Hiro yang membawa mobilnya, di dalam perjalanan Dony menekan sebuah tombol yang ia bawa di dalam sakunya.
Tak lama kemudian sebuah ledakan besar terjadi di dalam sebuah gedung yang mereka gunakan tadi. Orang orang yang tengah berpesta di dalamnya kini di pastikan ikut meledak.
Hiro teringat kembali rencana mereka, yang berencana untuk meletakkan sebuah peledak di dalam ruangan tersebut, dan itu ia lakukan saat dirinya menyelamatkan Robby.
Setelah sampai di rumah sakit, mereka segera membawa Robby ke ras banker. Dony mengisi administrasi dan operasi pun di lakukan.
Sementara Hiro sibuk ke arah tempat mendonorkan darah untuk mendonorkan darahnya, meskipun mereka memiliki golongan darah yang berbeda, namun mereka tetap mendonorkan darahnya sebagai pengganti darah yang akan di sumbangkan kepada Robby.
Di tempat lain, Agung yang saat ini baru saja keluar dari kamar Anggi, segera berjalan menuruni tangga, namun baru saja dirinya akan melangkah menuruni tangga. Agung tanpa sengaja melihat sebuah benda yang bersinar dari arah lukisan, tepat di samping jendela.
Agung mengawasi segala arah berlahan mendekat ke arah lukisan tersebut, tangannya menyentuh benda yang bersinar. Ternyata selama ini lukisan tersebut memiliki sedikit tonjolan. Bahkan Agung baru kali ini melihat lukisan tersebut bersinar.
Tanpa Agung sadari itu adalah lukisan bersejarah yang diwariskan turun temurun hingga sampailah kepada ibu kos mereka. Agung menyentuh lukisan tersebut, sesuatu yang mengganjal mengenai tangannya. Seketika Agung merasakan sakit yang luar biasa.
Agung dapat merasakan sesuatu menggores telunjuknya, padahal dari ukuran benda itu seharusnya jikalau pun mampu menggores telunjuknya, maka dipastikan tidak akan sesakit saat ini. Agung segera menarik tangannya, namun benda tersebut bak lem super kuat yang membuat Agung tak dapat menarik tangannya.
Agung tanpa sengaja melihat ke arah jendela, tampak gorden yang melambai seolah waktu melambat, Agung kembali memandang ke arah telunjuknya, entah kenapa Agung merasa melihat sesuatu yang perlahan mulai memasuki jari telunjuknya tanpa bisa ia hentikan. Tak lama kemudian sebuah cahaya meredup.
Sebuah tepukan mendarat di punggung Agung, mengejutkan laki laki itu. Angung segera berbalik, dan terkejut melihat Anggi yang telah berdiri di hadapannya dengan pandangan yang bingung.
"Kamu ngapain ke sini? Mau di marahi si macan tutul?" Anggi membuat Agung tersadar. Agung segera turun tampak seperti orang yang linglung. "Gung happy birthday ya, maaf ga bisa beli apa apa buat kamu."
Mendengar ucapan Anggi tiba tiba Agung teringat hadiah yang di persiapkan Anggi di kamarnya, Agung hanya menggelengkan kepalanya perlahan karena sedikit salah tingkah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo...
2022-09-19
1
Dwi ratna
msh nyimak dah,
2022-09-12
3
Sitti Soleha
seru Thooor semangat
2022-08-27
5