Ketika Danang dan Rani sedang berteduh diwarung tua itu ponselnya berdering, ia menoleh disana nampak wajah mas Toni.
"Hai mas! wah ujan lebat suaranya pecah pecah!" ucap Danang.
"Oh ya udah nanti saja..ga penting ko"
"Mas! ini ada sesuatu keanehan yang terjadi"
"Ada apa Danang?"
"Aku sedang dimakam ketemu dengan..halo mas?!"
Entah mengapa tiba tiba hubungan terputus. Ia mengumpat..ya sudah nanti kalau sudah berhenti hujan aka dihubungi lagi. Memang, cuaca sangat ekstrim saat itu bahkan dari radio terdengar bahwa seluruh Semarang dari kabupaten Ambarawa sampai Getasan hujan deras.
Pak tua pemilik warung datang membawa kopi dan teh sambil tersenyum ia menyodorkan minuman itu.
"Saya masih goreng ubi dan pisang goreng..sebentar ya" katanya.
"Njjih pak..terima kasih"
Danang menghentak hentakan sepatunya dan menepis air yang membasahi rambutnya. Ia melihat Rani kenalan barunya juga basah.
"Aku ga bawa anduk kecil, kasian kamu basah kena hujan" ucap Danang.
"Mboten nopo nopo mas..emang hujannya datang secara tiba tiba padahal aku dari tadi dimakam cuacanya cerah"
"Iya..jadi gimana bisa dimulai?" Danang memburu pertanyaan ia sudah tidak sabar lagi ingin mengetahui siapakah sosok Rani ini.
"Dulu waktu ayahku menjadi orang sukses dan kaya raya ia telah mengambil istri kedua atau istri muda, jadi ayahku yang bernama Nurhadi adalah seorang bupati daerah Banyubiru diSemarang sini, ia menikahkan seorang wanita dari kalangan keluarga pedagang dan wanita itu bernama bu Marjani" Rani berhenti bercerita sebentar karena kaget melihat kilatan petir menyambar ditengah area pemakaman.
"Dan dari bu Marjani, pak Nurhadi mendapatkan 2 anak perempuan kembar ya hanya selisih 1 jam saja diantara ke 2 anak tersebut. Yang pertama dinamakan Nari yaitu diriku dan yang ke 2 dinamakan Rani. Nah selang ketika kami berumur 3 tahun bapak meninggal dunia. Tapi naas ibu kami juga menderita sakit yang berkepanjangan..Disini..ada 2 versi cerita yang aku dapatkan dari ayah...Cerita pertama adalah; Diputuskan bahwa kami akan dibesarkan oleh istri pertama pak Nurhadi. Sayangnya istri pertama yang bernama ibu Laila orangnya agak gimana gitu..sampai ahirnya kami ditelantarkan..Tapi sebetulnya ada versi cerita yang lain yang juga dari ayah...Aku sendiri agak bingung yang mana yang benar. Cerita versi kedua adalah; Sebetulnya perpisahan kami itu karena papa Nurhadi takut bahwa ibu Laila akan melakukan kejahatan kepada kami dan ahirnya kami dipisahkan agar mengelabui bu Laila agar supaya dia tidak berbuat jahat kepada kami"
"Oo..saya belum pernah mendengar cerita ini..kenapa bu Tantri tidak pernah cerita ya" ucap Danang.
"Nah itulah..itu ada sebabnya mas. Kembali keceritaku, Karena kami terlantar tidak diurus bahkan kami jarang makan padahal bu Laila itu orang kaya raya bayangkan istri seorang bupati.. Ahirnya supir pak Nurhadi bernama Sudirgo mengambil aku dan membawa pulang kerumahnya dan Rani diambil oleh bu Tantri yang aslinya adalah bekas kepala urusan rumah tangga pak Nurhadi..Namun pengambilan ini tidak ada yang tau, seperti penculikan tapi demi kebaikan..Disini juga aku masih ragu..cerita yang mana yang benar..Tapi yang jelas kami dipisahkan"
"Jadi..bu Tantri itu mantan pegawainya pak bupati?"
"Betul sekali mas.. "
Pada saat itu pak tua keluar membawa sepiring ubi dan pisang goreng panas.
"Nah..monggo dicoba..enak panas panas dihari dingin gini..dimakan ya, bapak kebelakang dulu"
"Njjih pak! suwun sanget! pas ini dihari hujan" ucap Danang sambil menerima piring. Ia meletakkan ditengah tengah antara dirinya dan Nari.
"Ayok mba..sambil cerita cobain pisang goreng panasnya"
"Njjih saya teruskan dulu ceritanya..monggo njenengan duluan"
Danang mengambil sepotong pisang goreng sambil meneguk kopinya yang sudah menjadi hangat.
"Bu Tantri menyembunyikan Rani dengan baik dan begitu juga pak Sudirgo menyimpan rahasia itu dengan baik..masalahnya bu Laila marah besar mengetahui bahwa kedua anak tirinya tiba tiba menghilang..mas tau kenapa ia marah besar?"
"Kenapa mba? Lagian kenapa musti ngamuk..toh dia juga tidak ngurusin ko?" Danang mulai ikut jengkel.
"Ada sebabnya mas..sebelum pak Nurhadi meninggal ia pernah membuat 2 surat wasiat kepada ibu kami, bu Marjani. Isinya bahwa aku berhak mendapatkan tanah masing masing 1000meter didaerah Ambarawa. Total tanah 2000meter. Dan tanah tanah itu sampai sekarang masih ada. Ibu Laila yang sekarang sudah tua tapi masih galak dan rakus masih terus berusaha mencari keberadaan kami..apalagi kalau bukan ingin mengambil tanah tanah itu"
"Oalah! aku mengerti sekarang kenapa bu Tantri tidak pernah bicara mengenai masa lampau..karena ia takut dan trauma"
"Njjih mas..Nah bu Laila punya seorang anak perempuan dan sekarang tinggalnya diJakarta..itupun juga gayanya persis seperti ibunya, namanya Sulistiawati"
"Sebentar! stop dulu! Sulistiawati katamu? Sebentar ya aku mau perlihatkan sesuatu"
Danang membuka ponsel dan galeri fotonya..setelah beberapa skrol ia menemukan foto Sulis.
"Apakah ini orangnya?" Danang memperlihatkan foto Sulis yang berpose didepan mobil Mercedes.
Nari mendekat dan melihat foto Sulis, matanya terbelalak kaget.
"Loh ko mas punya fotonya? itulah mba Sulis putrinya bu Laila! aku tau karena punya fotonya dari bapak angkatku..apa mas kenal?"
"Waduh! dunia sempit sekali! ini mantan pacar kakakku diJakarta..Alhamdulillah sudah putus hubungan!"
"Waah..nah si mba Sulis ini sampai sekarang atas perintah ibunya diminta untuk mencari tau dimana kita..masalahnya sang ibu Laila ini masih ingin mempermasalahkan warisan ayah itu"
"Sekarang jadi lebih jelas lagi ceritanya..berarti orang tua tiri kalian benar benar merahasiakan kalian..makanya sampai detik terahir kalian tidak pernah saling ketemu demi menjaga rahasia"
"Sayang sekali Rani meninggal dunia..aku sendiri tau kembaranku meninggal dari bapak tiriku yang secara diam diam diberi tau oleh bu Tantri"
Nari menundukkan wajahnya, ia sudah tidak kuasa menahan sedih. Satu persatu air matanya jatuh kepipi. Bibirnya gemetar.
Danang mendekat dengan telapak tangan kanan ia mengusap air mata Nari. Tiba tiba ia iba dan kasian sekali.
"Mas tau ga? aku dari kecil selalu melindungi Rani..meskipun umurku masih 3 tahun tapi aku sudah punya rasa sayang kepadanya..waktu kami dipisahkan..menurut cerita bapak tiriku, aku hanya menangis dan menangis karena kehilangan saudara kembarku! Kami tidak pernah bertemu mas! hingga beberapa bulan yang lalu ketika aku mendengar bahwa Rani sudah tiada!"
Nari sekarang menangis, tubuhnya gemetar hebat..air matanya membasahi wajahnya.
Ketika itu Danang melihat sosok Nari adalah sosok Rani..tidak ada bedanya. Tapi hati Danang teriris iris sedih mendengar cerita Nari. Ia langsung mendekat dan memeluk tubuh Nari. Dengan penuh kasih sayang Danang mengelus kepala Nari.
"Nari..jangan nangis lagi..kasian Rani disana mengetahui kamu sedih..jangan sedih ya. Aku sebetulnya akan menikahi Rani tapi Allah berkata yang lain..dan kita sekarang sudah ketemu..aku ada disini bersumpah menjagamu selamanya"
Tiba tiba Nari berteriak keras dan membenamkan wajahnya didada Danang..sepertinya ia melepaskan segala kerinduan kepada kembarannya yang telah tiada..meskipun Danang seorang priya dan belom pernah ia kenal, tapi sepertinya semua kesedihan ia limpahkan keDanang.
"Ya Allah..aku kangen Rani mas!"
》》》》》
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments