Siapakah gadis itu?

"Waah! masuk masuk..silahkan, lha ko ga kasih info kalo mau datang?" ucap bu Ijah.

Pak Mangun yang mendengar ucapan bu Ijah langsung mencuci tangan dan keruang depan.

"Ealah! wah bu Tantri juga ada! Apa kabar semua? ya Allah! monggo..mari silahkan duduk..weh weeh tidak disangka sangka" ucap pak Mangun.

"Maaf pak, kami juga blom sempet kerumah bu Tari..ini mendadak saja, kita tadi ingin melihat lokasi Rani tapi sepertinya sudah hilang dan keliatannya akan ada pembangunan" ucap Toni.

"Lha..itu kan nantinya jadi jalan tembus..semua daerah ini akan menjadi jalan termasuk rumah saya ini" kata pak Mangun.

"Oh ya? wah dapet ganti harga bagus dong pak?" kata Danang.

"Ya Alhamdulillah lumayanlah..haha"

"Terus mau kemana pak?"

"Ya..katanya dalam 4 bulan ini kita sudah harus pindah..untuk pembayaran, ahir bulan ini kita semua dipanggil kekantor lurah dan penyerahan semua disana..Lha kita sendiri akan mudik kekampung dideket Jogja, di Klaten"

"Weish tambah deket sama kita..Alhamdulillah kalo gitu, saya bisa sering kesana" ujar Danang.

"Alhamdulillah..mas Danang sekarang tinggal diSemarang ya?"

"Iya pak..sambil nemenin bu Tantri"

"Bagus..bagus!Buk..bikinin kopi atau teh untuk tamu tamu kita ya"

Bu Ijah langsung bangkit bergegas kedapur.

●●●●

Persiapan pesta pernikahan terus dimatangkan, semua keluarga dan para saudara Laksmi telah tiba diJakarta.

Besok pagi Danang dan bu Tantri akan terbang keJakarta untuk menghadiri pesta pernikahan. Sore ini Danang dengan motor Honda barunya berangkat kemakam Rani.

Motor ia parkirkan ditempat parkir motor, tidak ada satupun pengunjung yang terlihat disekitar area pemakaman.

Ia berjalan dengan langkah santai masuk kearah makam. Namun, belum lagi beberapa langkah ia masuk, langkah kakinya terhenti. Ia terkejut melihat disana tepat dimakam Rani terlihat seorang wanita duduk disamping makam, ia mengenakan selendang berwarna merah tua yang menutupi rambut kepala dan hanya sedikit saja rambut yang keluar didahinya.

Danang perhatikan dengan seksama, wanita itu mungkin seumuran dengan Rani. Namun karena ia diposisi setengah duduk setengah jongkok, Danang tidak bisa memastikan tinggi badannya.

Wanita itu terlihat khusyu membaca doa dari sebuah buku kecil yang ada dipangkuannya.

Danang seperti tersihir, ia mematung disana terus memandangi wanita itu..Apakah itu Rani? Aah tidak mungkin! Lalu..siapakah dia? Danang lumayan kenal semua teman main Rani dan juga sanak saudara bu Tantri..Wanita ini asing sekali bagi dirinya..

Tiba tiba wanita itu menutup buku kecilnya dan menaburkan satu kantong plastik berisikan bunga melati dipusara Rani. Terlihat ia mulai berdiri sembari tangan kanannya membelai kayu nama Rani. Sejurus kemudian ia mulai bergerak meninggalkan makam.

Dengan cepat Danang melangkah mendekati wanita itu seraya menyapanya..

"Hei maaf..tunggu!" teriaknya.

Wanita itu berhenti, ia menoleh kebelakang dan menundukkan wajahnya memberi hormat dan tersenyum. Kemudian ia melangkah meninggalkan makam.

"Tunggu! boleh saya bicara?!" sedikit berteriak Danang mencoba mendekati tapi wanita itu tetap berjalan bahkan tambah cepat jalannya.

Karena saking terburu buru Danang terpeleset tanah yang basah bekas hujan, iapun terjatuh.

"Aadduuh!" teriaknya keras.

Danang memegang tungkaknya yang menimpa sebuah batu makam. Ia meringis kesakitan.

Wanita itu berhenti dan menoleh kebelakang. Ia berdiri terpaku melihat kondisi Danang yang terjatuh. Ternyata, ia berbalik arah dan mendekat kearah Danang yang masih dengan posisi jongkok mengurut kakinya yang sakit.

Wanita itu jongkok dihadapan Danang, ia melihat tungkak kaki Danang yang merah. Matanya kini memandang Danang.

Danang kaget melihat wajah wanita itu yang ternyata seorang gadis muda belia..wajahnya sangat mirip dengan Rani, bahkan seperti pinang dibelah dua..Apakah ini kembarannya? Aah tidak mungkin..

"Maafkan aku.." kata gadis itu.

"Tidak apa apa..siapakah kamu? kenapa sangat mirip dengan Rani? Aadduuh sakit!" ucap Danang sambil memijat kakinya.

"Jangan banyak gerak..kakimu bengkak..ayo aku bantu..coba berdiri ya..kita ketempat duduk dimakam itu" ucap gadis itu sambil menunjuk kearah sebuah bangku kecil dari beton tempat orang berziarah disebuah makam tua.

Danang mencoba berdiri..sakitnya dikaki kanan bukan main rasanya. Gadis itu membantu mengangkat tubuh Danang dan ia membantu Danang untuk duduk dimakam sana.

Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari balik tasnya. Rupanya sebuah botol minyak angin. Dengan penuh kesabaran ia mengoleskan dikaki Danang.

"Aku bantu pijit boleh..kebetulan ayahku seorang tabib pijat ia sering mengajariku memijat..sabar ya, kalau sakit bilang"

Ternyata ia seorang gadis yang mengetahui cara memijat..pelan pelan ia mengurut letak bengkak dikaki Danang.

"Bagaimana? coba digerakkan kakinya"

Danang ikut arahan gadis itu, lumayan..rasa sakitnya berkurang.

"Nah..sekarang coba mas berdiri" ujarnya.

Danang kembali mengikuti, ia berdiri pelan pelan..meskipun rasanya tidak sempurna tapi ia sudah bisa berdiri..pelan pelan Danang mencoba berjalan.

"Hmm..Alhamdulillah terima kasih ya..Sekarang aku mau tanya siapakah kamu sebenarnya..karena aku tidak mengenalmu..semenjak Rani meninggal sampai detik ini aku belom pernah melihat wajahmu..dan..kenapa kamu seperti kembarannya Rani?"

●●●●

"Memang betul..aku adalah kembarannya Rani..Aku lahir lebih awal 1 jam dari Rani" jawabnya singkat.

"Haah? kembarannya? bagaimana bisa..Rani adalah anak tunggal bu Tantri!"

"Ceritanya panjang mas..singkat cerita, Rani bukanlah anak bu Tantri..Rani dan aku adalah anak dari ibu Marjani dulu, ia adalah istri muda pak Nurhadi bupati Banyubiru. Sedangkan bu Tantri adalah bekas pegawai bapak Nurhadi"

"Apa aku tidak salah dengar tentang ini?" Danang tidak percaya akan cerita gadis itu.

"Nama saya Nari Anggaastuti dan Rani semustinya juga bernama Rani Anggaastuti namun karena diambil oleh bu Tantri makanya namanya dirubah menjadi Rani Pujiastuti"

Belum selesai Nari bercerita tiba tiba hujan turun dan membasahi tanah.

"Mas..bisa jalan? Yuk kita bernaung dibawah warung sana"

"Oh iya..kebetulan saya kenal yang punya warung itu"

"Oh ya..oke mas, berdiri pelan pelan, saya ikut gandeng tangan mas..kita jalan kewarung itu ya sebelum hujan tambah lebat"

Danang mulai berdiri dan berjalan dengan hati hati. Nari memegang sebelah tangan Danang menjaganya jangan sampai ia jatuh.

"Assalamualaikum! pak..ini aku" ucap Danang dengan nada keras.

Saat itu hujan telah turun dengan lebat kali ini anginpun ikut datang.

"Eh Alhamdulillah apa kabar? Hujan lagi..emang musim hujan sih..ayo duduk"

"Pak..kenalkan ini Nari teman saya..boleh minta kopi panas dan kamu apa maunya?"

"Saya teh manis aja terima kasih..jangan terlalu manis ya pak, gulamya 1 sendok kecil aja"

"Bentar..bapak lagi buat ubi goreng..saya buatkan kopi sama teh, nanti cobain ubi goreng bapak"

"Kita duduknya agak dalam aja supaya ga kena tampias air hujan" ucap Danang sambil mempersilahkan Nari masuk kedalam.

"Sambil minum dan makan seadanya kamu tolong ceritain keaku ya dari awal, asal muasal cerita kalian"

"Baik mas..aduh bajunya mas basah"

"Tidak apa apa Nari..tidak apa apa"

》》》》》

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!