Datang dua orang prajurit kerajaan mengenakan zirah lengkap dengan simbol kerajaan Heavenly Lagon pada bahu baju mereka, menendang keras pintu masuk toko senjata. Sang pemilik tersentak mendengar suara keras, ia keluar dari ruangannya menuju ruang depan. Melihat dua prajurit dengan muka garang membuatnya tertegun sebentar, lalu mulai bertanya apa maksud para prajurit melakukan hal itu.
Para prajurit menghampiri pemilik toko yang tampak kebingungan, mereka mencari seseorang, bertanya di mana orang yang mengenakan baju yang aneh bertopi besar dan berharap mengetahui keberadaannya. Akan tetapi, mereka hanya mendengar kata ‘tidak tahu’ disertai gelengan kepala pemilik toko. Salah satu prajurit melotot dengan tajam, kemudian ia mengeluarkan selembar kertas berwarna kekuningan, terdapat sketsa gambar wajah dan setengah badan Temuo.
“Aku mendengar kabar bahwa ada ras hantu yang datang ke toko ini,” ujar salah satu prajurit. “Bisa jadi dia adalah mata-mata yang dikirim raja iblis. Jika kau menyembunyikan keberadaannya, berarti kau termasuk anak buah raja iblis,” imbuhnya.
“Seperti yang kalian lihat, tidak ada orang di sini selain kita.” Pemilik toko menyanggah dengan tenang. “Mungkin Temuo sudah pergi.”
Prajurit lalu menyipitkan matanya dan berkata, “Aku bahkan belum menyebutkan namanya.”
Pemilik toko tercekat dan prajurit perlahan memegang pedangnya yang masih terpasang di samping pinggangnya. Orang tua itu menelan ludah dan setetes keringat dingin jatuh ke dagunya. Situasi berubah menjadi saling beradu mata antara pemilik toko dan prajurit itu.
Sebelumnya…, pemilik toko ketika mengetahui identitas dan tujuan Temuo, langsung memperingatkan agar segera keluar dari kerajaan. Dirinya menunjukkan pintu rahasia melalui lorong bawah tanah dan masuk ke pintu yang bertanda. Pintu itu rupanya menuju ke kandang kuda pemilik teman lama pemilik toko. Di sana Temuo dan Silvanna mengedap-edap dari balik tumpukan jerami, mengamati beberapa kuda, kereta kuda dan seorang pria gemuk berada di dekat gudang.
Silvanna bertanya kepada Temuo apa yang harus dilakukan. Temuo terdiam memikirkan sesuatu, pria bermuka pucat itu berdiri, memberi isyarat kepada Silvanna untuk mengikutinya. Mereka melangkah secara perlahan mendekati pria gemuk.
Sedikit terkejut melihat dua orang asing berada di tempatnya, pria gemuk bertanya dengan nada tinggi. “Siapa kalian? kenapa ada di sini?”
Temuo menenangkan dan menjelaskan situasi saat ini, dirinya juga menginginkan kereta kuda beserta kuda milik pria gemuk, tetapi permintaan itu ditolak. Mengingat kembali perkataan pemilik toko senjata, dirinya mencoba mengikuti saran dan melakukan penawaran dengan pria gemuk. Bukan menggunakan koin, emas ataupun berlian, melainkan jam saku antik yang berada di balik saku bajunya. Sebuah benda sebagai pajangan karena telah mendapat karakter koboi hantu.
Si pria gemuk tertarik akan tawaran yang diberikan oleh Temuo, mereka mencapai kesepakatan.
Temuo dan Silvanna segera mengangkut semua barang yang didapat dari toko senjata. Setelah muatan selesai ditaruh di kereta, Silvanna mengajukan pertanyaan lagi. “Selanjutnya apa yang harus kita lakukan, Tuan?”
Ada jeda waktu beberapa saat sebelum Temuo berhasil mengeluarkan kata berikutnya. “Kita harus kembali ke sana dulu, baru pergi secepatnya dari kota ini.”
Pemilik toko membatu melihat prajurit di depannya yang sedang menghunus pedang ke atas, setetes keringat dari dahinya turun ke pipi, berpikir ini adalah akhirnya. Tiba-tiba dari kejauhan arah luar pintu, melesat sebuah busur panah yang menggores pipi prajurit dan menancap keras ke dinding samping kepala pemilik toko.
Prajurit mengusap darah di pipinya, menoleh ke belakang, mendapati dari kejauhan di seberang toko ada Temuo dengan senjatanya yang langsung berlari. Melihat orang yang dicarinya ada di depan mata, prajurit itu memerintahkan semua unit untuk mengejar dan menangkapnya.
Pemilik toko terperangah melihat yang terjadi. Berpikir jika bidikan Temuo sedikit meleset, kepalanya sudah pasti berlubang. Pria tua itu menatap anak panah yang tertancap, melihat ada sebuah kertas di bagian panah, ia dengan sekuat tenaga mencabutnya dari dinding, lalu membaca isi kertas.
Temuo berlari menuju kereta kuda yang sudah disiapkan sebelumnya. Terlihat Silvanna berada di depan memegangi kemudi, si pria koboi duduk di sampingnya, memerintahkan gadis itu untuk segera menjalankan kereta kuda. Mereka kabur menuju gerbang timur.
“Apa urusan Tuan dengan pemilik toko sudah selesai?” tanya Silvanna sembari memegangi tali kemudi.
“Ya sudah, sisanya tergantung padanya,” jawab Temuo sambil memeriksa ke belakang di mana terlihat beberapa pasukan berkuda mengejar. “Seberapa cepat kuda kita berlari?”
“Um, dengan satu kuda, kereta berisi kotak anak panah dan bom, kurasa bisa segera menuju gerbang selama kuirasier belum digerakkan.”
Beberapa pasukan berkuda melaju cepat menyusul kereta kuda, Temuo menunjuk ke belakang dan bertanya, “Apakah pasukan berkuda yang terpasang zirah itu kuirasier?”
“Gawat!”
Temuo melihat Silvanna yang mulai sedikit resah, ia menenangkan dan menyuruh gadis itu untuk fokus mengemudi, sedangkan dirinya menuju kereta belakang untuk mengatasi para kuirasier yang mengejarnya. Menyiapkan senjata bowgun dengan beberapa anak panah, jarinya membuka pengait tuas kecil pada senjatanya, membuat tembakannya dalam mode menembak beruntun. Satu persatu prajurit berjatuhan dan mulai menyebar.
Dari arah belakang muncul pasukan kerajaan mengejar, melaju cepat seorang prajurit yang memiliki bekas goresan di pipinya karena tembakan panah Temuo di toko senjata sebelumnya. Pria berwajah menyeramkan itu menatap mata Temuo, dengan kuda berwarna kuning keemasan ia menghindari semua tembakan yang diluncurkan oleh bowgun milik Temuo.
Temuo terperangah, menghentikan tembakannya dan bergumam, “Sepertinya ia kaptennya.”
Silvanna berteriak, “Pintu gerbang sudah terlihat!”
Mendengar informasi dari Silvanna, Temuo lalu membuka kotak kayu yang berisi bom dinamit. Kedua tangannya mengambil beberapa dinamit dan menyalakan sumbunya. Ia menatap kapten prajurit dan melemparkan ke pintu gerbang tepat saat melewatinya. Beberapa dinamit mengenai gerbang dan meledakkan dinding gerbang, membuat jalan terhalangi oleh reruntuhan bebatuan.
Kapten prajurit tetap melajukan kudanya dengan cepat, ia berhasil melewati sebelum pintu gerbang roboh. Para prajurit lain terpaksa berhenti dan memutar menuju gerbang lain. Sang kapten menyusul gerobak kuda milik Temuo sampai ke jalan tebing gunung.
Temuo mulai khawatir melihat kapten yang masih gigih mengejarnya. Ia mencoba menenangkan diri, dalam hati berkata, “Tenangkan dirimu Temuo, saat mendekat bidik kudanya dan ia akan terjatuh ke tepi jurang.”
Temuo mulai membidik kuda kapten, menutup tuas kecil pada bowgun-nya, memasuki mode tembakan satuan. Dalam mode ini, setiap panah yang ditembakkan ada jeda lima detik, tetapi kekuatan serta kecepatan yang dihasilkan dua kali lipat dibanding mode beruntun. Saat merasa sudah dekat, ia lalu menembak, panahnya mengenai tepat di kepala kuda dan menjatuhkan kuda prajurit.
Temuo bersorak sesaat, kemudian tertegun melihat sang kapten menancapkan tombaknya ke tanah, melompat dan mendarat di dalam gerobak. Sekarang mereka bertiga sangat dekat, sang kapten memberikan serangan dengan tombak yang dipegang, mereka berdua saling jual beli serangan.
Silvanna menawarkan bantuannya, tetapi Temuo menolak. Berpikir pertarungan ini tidak akan ada habisnya, pria koboi itu menyuruh mengemudikan kereta kuda ke jalan yang dekat dengan seberang jurang. Silvanna sedikit ragu akan rencananya, tapi dia tetap menuruti.
Silvanna memberitahu bahwa di depan ada sebuah jalan tanjakan yang terputus mengarah ke seberang sisi jurang. Temuo melirik ke arah depan sambil kedua tangannya menahan tombak yang menekan lehernya.
“Tunggu aba-abaku!” kata Temuo, ada jeda beberapa saat sebelum ia mengeluarkan perintah selanjutnya. “Potong tali kereta dan naik kuda!”
Tali penghubung kereta dengan kuda terputus, Silvanna melompat ke arah kuda dan mengarahkan kudanya melompat ke seberang jurang, bersamaan dengan itu, Temuo menendang sang kapten, merebut tombak dan menancapkannya pada gerobak sehingga menembus ke bawah tanah, kereta terpental membuat seisi kereta terlempar ke udara.
Temuo terlempar ke depan dan mencoba mengulurkan tangan, Silvanna berusaha menangkap dengan tangan kirinya, ia berhasil memegang tangan Temuo. Namun, karena berat yang dipegang, bahu gadis berzirah itu terkilir dan wajahnya meringis menahan sakit.
Mereka berhasil mendarat di seberang, sedangkan kapten beserta kereta, kotak-kotak berisi anak panah dan bom jatuh ke bawah jurang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments