Happy reading♡
Dalam keadaan heningnya malam, Kavin baru saja keluar dari dalam kantornya. Kepalanya masih saja merasakan sakit.
Sampai saat ini ia belum juga memeriksa dirinya ke dokter, bahkan minum obat pun belum.
Kavin berjalan pelan menuju ke lobby kantornya.
Di depan lobby sudah berdiri supir yang akan mengantarkannya pulang. Kebetulan Josh masih menyelesaikan pekerjaannya, jadi bukan dia yang mengantarkan bosnya.
"Silahkan tuan," ucap supir itu.
"Antarkan aku ke rumah papa," ucap Kavin. Untuk saat ini ia memilih pulang ke rumah orang tuanya.
"Baik tuan."
Mobil melaju membelah jalanan kota yang dihiasi lampu lampu di pinggir jalanan. Kavin menghela nafasnya. Entah mengapa rasa sakit dikepalanya masih betah dan belum juga pergi.
Setengah jam berlalu, mobil yang ditumpangi Kavin sampai di depan pekarangan rumah mewah. Kavin keluar dan langsung masuk ke dalam rumahnya.
"Tumben kamu pulang ke rumah papa?" Ucap Faraz, papa Kavin.
"Emang gak boleh? Ini juga rumah aku," sungut Kavin kesal. Pulang ke rumah orang tuanya salah tidak pulang lebih salah lagi.
"Wah, ada anak bujang mama yang masih jomblo," ucap Sarah yang baru datang dari arah dapur membawa secangkir kopi untuk suaminya.
"Mama, gak usah nyindir mulu," ucap Kavin saat dirinya sudah duduk. Sarah hanya tersenyum. Sangat menyenangkan menggoda putranya itu.
"Kamu kenapa hm?" Tanya Sarah.
"Kepala ku sakit ma, makanya pulang," ucap Kavin mengadu.
"Tumben. Udah diperiksa?" Tanya Sarah.
Kavin menggelengkan kepalanya.
"Kamu ini kebiasaan sekali, kalo sakit ya berobat Kavin." tersirat nada khawatir dari Sarah.
Sarah memegang kening putranya, panas.
"Kamu ke kamar dulu, mama buatin kamu makan dulu sama bawain obat ya." Kavin mengangguk patuh dan pergi dari sana menuju ke kamarnya. Namun tiba tiba papanya berbicara...
"Makanya cari istri, biar kalo sakit ada yang ngerawat kamu!" ucap Faraz menohok.
"Iya nanti nyari," ucap Kavin. Ia malas meladeni papanya.
***
Ashel terbangun pukul setengah enam pagi. Sebelum bangun dari tempat tidurnya, ia berdiam sejenak. Mengumpulkan nyawanya.
"Astaga, gue masih pake seragam," ucap Ashel.
"Hah?!! Setengah enam? Gawat gue telat," teriak Ashel kemudian berlari ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Cepat cepat ia mandi dan bersiap.
Sekitar tiga puluh menit berlalu, ia sudah bersiap dengan jas osis kebanggaanya tidak lupa dengan name tagnya.
Ashel berjalan menuruni tangga. Berjalan cepat menuju ke garasi rumahnya.
"Heh sayang, makan dulu!" teriak Anna.
"Gak sempet bun, udah telat banget," teriak Ashel yang sudah berdiri di depan motor miliknya. Biasanya ia akan diantarkan menggunakan mobil oleh supir ataupun ayahnya. Namun kali ini jika ia menggunakan mobil, pasti akan telat.
Ia pun menaiki motor besarnya setelah menggunakan helm. Beruntung rok yang digunakan olehnya cukup panjang. Semoga saja rok miliknya tidak tertiup angin saat berjalan.
Setelah siap, Ashel pun melajukan motor miliknya. Ini kali pertama ia menggunakan motor ke sekolahnya.
Biasanya Ashel menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk sampai di sekolah, namun karena saat ini ia membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Hingga waktu tempuh menuju ke sekolahnya hanya memakan waktu dua puluh menit.
Ashel memasuki parkiran sekolah. Sudah banyak anak anak yang memasuki sekolah. Seketika ia menjadi pusat perhatian.
"Anjir, pake kesiangan. Kan gue jadi pusat perhatian gini," gumam Ashel. Ia pun memarkirkan motornya kemudian membuka helm full facenya.
Ia menghiraukan pekikan beberapa siswi yang melihatnya. Ia pun merapihkan rambutnya kemudian bergegas menuju ke ruang osis.
Sepanjang koridor menuju ke ruang osis, Ashel masih jadi pusat perhatian. Bagaimana tidak, Ashel yang biasanya mengikat rambutnya kali ini ia membiarkan rambutnya tergerai.
"Woi kak!" teriak Ajeng.
"Apaan?" Tanya Ashel saat sudah sampai di depan pintu ruang osis.
"Lo cakep anjir, apalagi pas pake moge," ucap Ajeng.
Ashel hanya mendengkus.
"Serius gue!" ucap Ajeng.
"Dimas mana?" Tanya Ashel.
"Wakil ketos lagi di ruangan bu kesiswaan. Lo juga disuruh kesana," ucap Ajeng.
"Semuanya udah beres kan? Gak ada yang kurang?" Tanya Ashel.
"Perfect. Semuanya udah ready," ucap Didi dari arah belakang Ashel.
"Syukur deh kalo gitu. Gue ke ruang kesiswaan dulu," ucap Ashel yang diangguki Ajeng dan Didi.
"Ashel cakep banget ya," ucap Didi.
"Lo naksir kak Ashel?" Tanya Ajeng namun Didi pergi begitu saja.
"Ya allah, jadi manusia gitu amat kak Didi."
***
Ashel mengetuk pintu ruang kesiswaan. Setelah dapat perintah untuk masuk, ia pun masuk.
Di dalam sana sudah ada dimas yang memakai jas hitam.
"Widih, kayak calon anggota dewan lo Dim!" Ashel berucap sambil tertawa.
"Aamiin. Doain aja," ucap Dimas.
"Ashel, tumben kamu telat," ucap Bu Wiwi.
"Iya bu, kesiangan tadi gak ada yang bangunin," ucap Ashel.
"Oh begitu. Ya sudah kamu ganti baju sana, pakai baju yang ada di ruang ganti. Di depannya udah ada nama kamu," ucap Bu Wiwi.
"Lah, kok ganti baju bu? Kan biasanya pake jas ini?" Tanya Ashel.
"Nurut aja deh lo biar cepet!" ucap Dimas.
"Masnya ko sewot sih?!" Ucap Ashel kemudian ia pergi ke ruang ganti.
Di dalam sana sudah ada satu set kebaya berwarna hitam.
"Yang bener aja kok gue disuruh pake ini?" Tanya Ashel.
"Yaudah deh waktu juga udah mepet banget," ucap Ashel kemudian memakai kebaya berwarna hitam lengan pendek dan bawahanya kain batik bermotif gold serta sabuk khusus untuk kebayanya.
Setelah selesai berganti, ia pun keluar dari dalam ruang ganti.
Di luar sudah masih ada Bu Wiwi namun tanpa Dimas.
"Wah, kamu cantik banget Ashel." bu Wiwi terpana dengan kecantikan dari Ashel .
"Dari lahir bu," ucap Ashel pede tingkat kabupaten.
"Rambut kamu di cepol yah," titah Bu Wiwi yang hanya diangguki oleh Ashel. Karena memang ia sudah kegerahan dengan rambut panjangnya.
"Selesai," ucap Bu Wiwi saat Rambut Ashel sudah di cepol.
"Oh iya, name tag kamu mana?" Tanya Bu Wiwi.
"Ini." Ashel memberikan name tag itu pada bu Wiwi.
Bu Wiwi pun memasangkan name tag itu di bagian dada sebelah kanan Ashel. Tak lupa bu Wiwi juga memasangkan selendang bertuliskan "Ketua Osis" di bahu Ashel.
"Udah siap. Ayo kita keluar," ucap bu Wiwi.
"Ini apa gak berlebihan bu? Kok osis yang dulu gak pernah pake baju ginian," tanya Ashel.
"Berani beda dong Shel," ucap Bu Wiwi.
"Udah ah ayo keluar," ucap bu Wiwi.
Ashel berjalan di samping bu Wiwi. Sebenarnya ia kurang nyaman karena semenjak ia keluar dari ruang kesiswaan, semua tatapan oara murid tertuju pada dirinya.
Ia hanya tersenyum kaku saat melewati beberapa siswa.
tbc.
fllw ig aku @oviealkhusnadi
vote komen. makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 374 Episodes
Comments
Ismi Aza
wah makin suka karakter Riana
2023-01-08
1