Hari ini Rea tidak masuk kerja karena ijin mempersiapkan pertemuan keluarga yang akan membahas masa depannya malam nanti, sementara Arkan masih bekerja seperti biasa hanya saja ijin pulang lebih cepat.
Pertemuan keluarga mereka akan diadakan disebuah restoran mewah yang sudah disiapkan oleh Laras, mama Arkan.
Arkan terlihat beberapa kali melirik benda pipih dimeja kerjanya, satu tangannya terlihat ia letakkan disudut bibirnya, wajahnya cemas, kemudian meraih benda itu untuk mengirim pesan kepada kekasihnya.
Apa kamu marah?
Kamu nanti malam pasti datang kan?
Maaf aku salah karena sudah marah-marah, itu karena aku sangat mencemaskanmu
Re, please balas pesan dariku
Rea hanya tertawa melihat rentetan pesan yang dikirim Arkan, gadis itu sedang menikmati treatment di salon bersama mama dan calon mertuanya.
"Apa dari Arkan?," tanya Laras yang sedang menikmati pijatan lembut dibahunya.
"Iya tante," jawab Rea kemudian meletakkan ponsel dimeja, melanjutkan membaca majalah fashion di tangannya sambil menunggu masker rambutnya selesai dikerjakan.
"Aku senang kita akan jadi besan" ucap Lidia ke Laras.
"Anak-anak kita akan segera menikah, kita sudah tua Lid, sebentar lagi kita punya cucu hahahaha," Laras tertawa, membuat Rea malu karena mereka membahas soal cucu didepan nya.
"Aku senang Rea mendapat laki-laki dan mertua yang sangat mencintai nya"
Rea tersenyum melihat ke arah mamanya.
******
Malam hari
Arkan cemas karena Rea sama sekali tidak membalas pesan darinya, dia sudah memakai baju rapi berdiri didepan pintu rumah. Mama dan papanya turun kemudian segera mengajak anak laki-laki nya berangkat, melihat wajah anak sulungnya yang cemas, membuat Laras ingin sekali menggodanya.
"Kenapa Ar, apa kamu grogi? atau Rea tidak membalas pesan kamu?"
"Dari mana mama tau?," tanya Arkan penasaran.
"Mama sudah jadi mamamu selama hampir 26 tahun, ga mungkin mama ga tau"
Mamanya sudah ingin tertawa terbahak-bahak, karena acting nya sendiri.
"Bagaimana kalau Rea tidak datang Ar?" Andi sudah ikut acting seperti istrinya.
"Bagaimana kalau Rea tiba-tiba berubah pikiran, jadi ga mau nikah sama kamu?" goda mamanya lagi
"Ahhh sudah ayo berangkat, mama sama papa bikin aku tambah nervous" jawab Arkan yang sudah berlalu berjalan menuju mobil.
Mama dan papanya tertawa geli, berhasil mengerjai anaknya itu.
Sesampainya di restoran Arkan dan orang tuanya langsung menuju ruangan yang sudah di pesan, saat masuk Arkan terkejut karena Rea dan calon mertuanya sudah datang lebih awal. Arkan kemudian menyapa Farhan dan Lidia, memeluk mereka secara bergantian, ia hanya tersenyum melihat Rea yang terlihat cantik sudah duduk manis dikursinya.
Laras sengaja memesan round table agar suasana lebih terasa akrab, saat makanan sudah dihidangkan mereka mulai manikmatinya sambil sesekali membuat perbincangan kecil dan tertawa, sampai kemudian Farhan memulai bertanya dengan mini wajah serius, meskipun dia sudah tau inti dari pertemuan malam ini.
"Jadi apa tujuan dari jamuan makan malam ini?" Farhan melihat secara bergantian ke arah Arkan dan Andi, memberi tanda salah satu diantara mereka harus menjawab pertanyaannya.
Arkan meletakkan sendoknya, mengelap mulutnya kemudian berbicara.
"saya ingin meminta restu kepada om Farhan dan tante Lidia untuk menikahi Rea"
Farhan melihat ke arah Rea yang sudah tersenyum sedari tadi.
"Apa kamu benar-benar mencintai Rea?" tanya Farhan sambil menatap tajam ke arah kekasih anaknya.
Arkan agak kaget mendengar pertanyaan dari ayah Rea.
"Saya sangat mencintai Rea om" jawab Arkan
Laki-laki itu mengalihkan pandangan ke anak gadisnya
"Apa kamu mau menikahi Arkan, Re?" tanyanya
Jantung Arkan seperti ingin meledak menunggu jawaban Rea. Gadis itu berpura-pura menghela nafas, meletakkan sendok dan garpu ditangannya sebelum menjawab.
"Iya yah, aku mau" jawab Rea seraya tersenyum.
Arkan menghela nafas lega kemudian semua orang tertawa karena dari tadi melihat wajah Arkan yang pucat tanpa dia sadari.
Malam itu semua orang berbahagia, terutama Arkan dan Rea. Kedua belah pihak sudah sepakat bahwa lamaran akan dilaksanakan dalam waktu dekat, sementara pernikahan dilakukan enam bulan setelah lamaran.
Arkan mengantar Rea pulang ke apartemen nya, mereka tidak banyak bicara selama perjalanan pulang, hanya tangan mereka saling menggenggam satu sama lain sepanjang perjalanan.
Mereka sudah didepan pintu unit Rea sekarang, laki-laki itu masih belum mau melepaskan tangan Rea. Gadis itu membuka pintu tapi Arkan menarik tangannya lagi.
"Kamu kemarin bilang aku boleh masuk ke apartemenmu kalau sudah membawa orang tuaku menemui orang tuamu"
Rea berfikir sejenak pura-pura lupa akan omongannya sendiri
"Oh ya, kapan aku bilang gitu?"
Tanpa perduli omongan Rea, Arkan sudah menerobos masuk melihat kedalam apartemen calon istrinya. Rea menutup pintu, terlihat dapur disana bersih karena dia tidak pernah masak dan memang tidak bisa masak. Arkan melongok ke kamar tidur Rea kemudian menjatuhkan badannya dikasur.
"Keluar Ar, aku mau ganti baju," perintah Rea, tapi laki-laki itu tidak bergerak dari posisinya.
Rea membiarkan calon suaminya itu, dia berjalan menuju lemari pakaiannya mengambil setelan piyama panjang kemudian masuk kamar mandi untuk berganti.
Arkan masih tidak bergeser dari tadi, Rea meninggalkan laki-laki itu untuk keluar dari kamar, mengambil minuman dingin dan cemilan di kulkas, duduk selonjoran di karpet depan TV bersandar pada sofa meletakkan minuman dan cemilan disampingnya, Arkan keluar dari kamar langsung merebahkan tubuhnya dikarpet, meletakkan kepalanya dipaha Rea menghadapkan wajahnya ke arah TV yang sedang kekasihnya tonton.
"Apa ini yang biasa kamu lakuin saat sendirian? menonton drama?," tanya Arkan
"He'em" jawab Rea sambil menenggak minuman yang dia ambil tadi.
Arkan membalikkan badannya, menghadap kearah Rea, membenamkan kepalanya diperut Rea.
"Apa kamu masih marah?" tanya Arkan
Rea hanya terdiam.
"Re, aku bertanya apa kamu masih marah?" dia sudah duduk sambil melihat gadis didepannya.
"Re...." Arkan menggoyang goyangkan tubuh gadis itu.
Rea akhirnya tertawa melihat Arkan yang ketakutan seperti anak kecil, tangannya mengambil cemilan di samping Rea kemudian memakannya, menyuapkan beberapa ke mulut gadis itu juga.
"Aku hanya terlalu kawatir, aku ga pengen kamu terluka, aku ga suka, itu bikin aku kesal sendiri, seperti tidak bisa menjagamu dengan benar"
Gantian Rea menyuapkan cemilan agar calon suaminya itu diam.
"Apa aku boleh menginap?" tanya Arkan kemudian.
"Boleh, tapi tidurlah disofa"
Arkan mendengus kesal, tapi akhirnya mereka berakhir tidur berdua di karpet depan TV. Setelah berbicara semalaman tentang konsep pernikahan yang diinginkan Rea, kapan ingin mengisi rumah yang dibeli Arkan untuknya dengan perabotan, dan bagaimana rumah tangga yang diimpikan seorang Andreadina Bumi.
*
*
*
*
*
*
Terima kasih sudah mau lanjut baca jangan lupa LIKE dan KOMEN ya reader tercinta 😘
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Abie Mas
otw menikah
2023-01-26
0
dewi
ntar elang datang jadi bumerang....b
2022-06-29
0
eMakPetiR
Ini terlalu mudah... kisah mereka..
beda sekali dibandingkan saat mereka remaja
(🤔 curigesyen konflik laksana bom irisan bawang meledak sebentar lagi..)
2022-04-02
0