Happy Reading guys, tolong komen dibawah kalau kalian nemu typo 😁 or kalau mau ngasih saran buat perbaikan susunan kalimat juga boleh
Selamat membaca 💕
*
*
*
*
*
Minggu sore Rea sudah terlihat bersiap-siap, berdandan dengan gaya casual, memoles sedikit make up flawless ke wajahnya, menatap pantulan dirinya dicermin sembari menunggu Arkan datang menjemputnya.
Bel berbunyi, Rea cepat-cepat membuka pintu, terlihat sosok laki-laki tinggi nan tampan sudah berdiri didepan pintu dengan kaos berkerah warna biru dan celana chinos berwarna gelap, Rea tidak menyangka pria didepannya sekeren ini, apalagi baju ketat yang dipakai menunjukkan betapa bidangnya dada kekasihnya itu.
Laki-laki itu melambaikan tangannya didepan muka Rea yang masih terpaku menatapnya.
"Hei! Apa sudah siap? Ayo kita pergi"
Rea tegagap menjawab ajakan kekasihnya, Arkan tersenyum meraih tangan gadis itu, mereka keluar apartemen sambil bergandengan tangan.
Mobil melesat menuju tempat yang akan mereka datangi, Rea penasaran mau dibawa kemana dirinya, lalu memberanikan diri untuk bertanya.
"Kita mau kemana?" menyadari Arkan membawa mobilnya menuju agak kepinggiran kota.
"Sudah ini kejutan," jawab Arkan sambil memegang tangan kanan Rea dengan tangan kirinya.
Setelah hampir dua puluh menit mereka sampai di tempat yang dituju, tampak perumahan yang baru saja selesai dibangun, ada beberapa rumah yang lampunya menyala bertanda sudah berpenghuni, beberapa terlihat masih gelap, Arkan berbelok kesebuah rumah yang lampunya tidak menyala dan belum memiliki pagar.
"Ayo turun," ajak Arkan yang terlihat merogoh saku celananya mengambil kunci untuk membuka pintu rumah itu.
Rea turun pelan-pelan karena benar-benar gelap disana. Arkan masuk kedalam menyalakan lampu, ia masih bingung dan hanya berdiri didepan pintu sampai tangan kekar Arkan menariknya masuk kedalam. Gadis itu masuk melihat-lihat rumah dua lantai bergaya minimalis itu yang terlihat masih bersih tanpa perabotan dan furniture di dalamnya.
"Tunggu disini sebentar," perintah Arkan, Rea hanya terdiam dan merasa sedikit bingung, matanya berputar melihat-lihat rumah yang dia masuki itu.
"Re.." Arkan memanggil gadis yang di cintainya itu dengan suara yang amat sangat lembut.
Rea menoleh melihat kekasihnya berdiri diam diposisinya, tangannya terlihat membawa sebuah bucket bunga berwarna merah. Arkan mendekat memberikan bucket bunga yang dia pegang kepada Rea, gadis itu tersipu malu.
Arkan memegang sebelah tangan Rea yang tidak digunakan untuk memegang bucket bunga darinya.
"Rumah ini aku beli dengan hasil kerjaku sendiri, mungkin tidak mewah, tidak bisa dibandingkan dengan rumah yang selama ini kamu tinggali, tapi aku ingin menghabiskan sisa umurku dirumah ini bersama kamu, wanita yang paling aku cintai, membesarkan anak-anak kita nanti disini bersama."
Arkan kemudian berlutut didepan Rea, mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru tua, lalu membukanya.
"Maukah kamu menikah denganku?"
Rea merasa sejenak rohnya terlepas dari badannya, tidak percaya apa yang sedang dilakukan laki-laki didepannya itu, spontan Rea ikut berlutut didepan Arkan, menjatuhkan bucket bunga di samping badannya, memeluk laki-laki itu, air matanya jatuh tak bisa ia bendung lagi, menangis sejadi-jadinya, menjawab pertanyaan Arkan hanya dengan anggukan kepala berkali-kali, tanpa disadari Arkan juga ikut meneteskan air matanya.
"Hei, sudah jangan menangis" Arkan ingin melepaskan pelukan Rea tapi gadis itu malah mempererat pelukannya sambil menggelengkan kepalanya dipundak Arkan.
Arkan membiarkan gadis itu tetap diposisinya sekarang, setelah selesai menangis Rea melepaskan pelukannya ke Arkan, mengusap air mata di pipinya kemudian tertawa.
Arkan meraih tangan gadis yang dicintainya
itu, menyematkan cincin dari kotak biru tua tadi ke jari manis Rea, mencium punggung tangan gadis itu kemudian memeluknya.
Next day
Rea duduk dikursi kerjanya melihat cincin yang tersemat di jari manisnya. Dia tersenyum bahagia, besok Arkan berencana mengajak orangtua nya untuk bertemu ayah dan mamanya, ingin meminta ijin menikah secara resmi kepada orang tua pujaan hatinya itu, tiba-tiba lamunan Rea dikejutkan ketukan suara pintu dari luar.
"Masuk"
"Bu Andrea ada masalah, " ucap Dewi staff hotel dengan nada sedikit ketakutan.
"Ada apa?," tanya Rea
"Tamu di kamar 716 sepertinya bertengkar dengan suaminya, lalu dia minum-minum sampai mabuk, sekarang mengamuk mengganggu semua tamu dilantai tujuh."
Rea bergegas berjalan menuju lantai tujuh disusul Dewi.
"Dimana pak Reza?," tanya Rea
"Sudah dilantai tujuh menenangkan wanita itu Bu"
Sesampainya dilantai tujuh Rea melihat beberapa tamu kamar disebelah-sebelahnya sudah berada diluar, menunjukkan ketidak nyamanan mereka dengan kelakuan tamu kamar 716.
Wanita dikamar 716 sedang dibawah pengaruh minuman keras, tidak sadar akan perbuatannya, membuang apapun yang ada didekatnya, wanita itu tiba-tiba melempar gelas ke arah Rea, tapi malah mengenai tembok, benda rapuh itu pecah dan beberapa serpihannya mengenai tangan kiri Rea hingga mengeluarkan darah.
"Panggil security dan pindahkan nyonya ini ke president suit tapi pastikan kamar steril dari benda-benda berbahaya"
"Cari apakah kontak suaminya tedaftar di meja receptionist, kalau iya segera hubungi, kalau sampai tidak datang dalam kurun waktu satu jam, katakan akan kita laporkan kepihak yang berwajib"
"Pak Reza kamu urus tamu lain dilantai ini, berikan voucher atau diskon dan minta maaf karena ketidaknyamanan ini," perintah Rea.
Security datang kemudian membawa wanita itu dengan susah payah, Rea mengikuti dari belakang sambil menahan rasa perih ditangannya.
"Apa begini caramu memperlakukan tamu?" tanya wanita itu masih dalam keadaan tidak sadar.
"Silahkan nyonya beristirahat dikamar ini, kami akan menemui nyonya lagi ketika nyonya sudah tidak dibawah pengaruh minuman keras," Jawab Rea sopan kemudian keluar meninggalkan wanita itu di kamar.
"Tolong kalian bergiliran menjaga kamar ini, hubungi bagian bawah jika ada yang diperlukan" perintahnya kepada security yang membawa wanita tadi.
Rea turun keruangannya melihat luka ditangannya yang masih mengeluarkan darah, Ia kemudian meminta dibawakan obat dan plester.
*****
Seperti biasa jam 5 sore Arkan sudah menjemput kekasihnya tanpa memarkirkan mobilnya menunggu didepan lobby hotel, sudah lebih dari lima menit tapi yang ditunggu belum muncul juga, akhirnya Arkan memutuskan memarkirkan mobilnya kemudian masuk menunggu di dalam hotel.
Rea turun dari lift bersama Agni general manager hotel itu, melihat Arkan gadis itu meminta ijin pulang kepada Agni, wanita itu terlihat menganggukan kepalanya.
"Hei tumben jam segini...." Arkan tidak menyelesaikan kalimatnya, melihat plester ditangan Rea yang menandakan gadis itu terluka.
"Kamu kenapa?" tanya laki-laki itu kawatir
"Nanti aku ceritakan, aku ambil tas dulu ya" Rea sudah berlari mengambil tasnya.
Didalam mobil Rea bercerita secara rinci tentang kejadian yang sampai menyebabkan tangannya terluka, Arkan terlihat sedikit marah.
"Sudah besok tidak usah bekerja, kalau bisa keluar saja dari pekerjaanmu itu"
"Aku memang besok tidak bekerja, aku sudah ijin, besok kita kan ada pertemuan keluarga" jawab Rea sedikit bercanda, tapi Arkan seperti nya benar-benar kawatir, laki-laki itu tidak tersenyum sama sekali dengan candaan Rea.
Mobil yang membawa mereka sudah sampai didepan apartemen, gadis itu masih duduk sambil melihat Arkan yang menghela nafas kasar menyandarkan kepalanya dikursi mobil.
"Jangan sampai terluka Re, aku ga mau, oke!," ucap Arkan memecah keheningan.
"Aku juga ga mau terluka Ar, ini tadi juga aku ga minta kok," jawab Rea sebel kenapa malah dia yang kena marah.
"Aku kawatir, maafkan aku"
Rea hanya terdiam, dirinya sudah terlanjur kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
dewi
bucin banget di Arkan ini...
2022-06-28
0
eMakPetiR
don't to posesive...
2022-04-02
0
'Nchie
novelnya nyambung ya jadi tau pemerannya di setiap judul ada yg berkaitan
2021-09-25
0