Nuna bermain sepeda seorang diri. Sepeda berwarna pink itu dikayuhnya dengan sedikit cepat.
Beberapa orang anak mencegatnya, tertawa mengejek melihat Nuna yang selalu seorang diri.
"Lihat kan, dia enggak punya teman."
"Iya, lagi pula siapa yang mau berteman dengannya!"
Tawa mengejek itu semakin keras. Nuna menunduk dalam-dalam, membuat mereka semakin merasa senang melihat dia yang takut.
Brugh
Salah satu dari mereka mendorong sepeda Nuna, membuat dia ikut terjatuh bersama sepedanya. Mereka menarik sepeda itu, dan membuangnta ke dalam got yang cukup dalam.
Rintik hujan mulai turun, Anak-anak yang usianya lebih besar dari Nuna itu membubarkan diri, meninggalkan Nuna sendiri yang menatap sepedanya.
Nuna berusaha mengambil sepeda itu, tapi tentu saja tidak bisa. Hujan semakin deras, diiringi suara petir. Tangan kecilnya berusaha menggapai seoeda itu, mencoba menarik, tapi sia-sia saja apa yang dilakukannya.
Dia tidak peduli dengan hujan, meski tubuhnya sudah basah kuyup. Dia tidak mau meninggalkan sepedanya itu sendiri di sini, seolah taku sepeda itu akan merasa kesepian, sama seperti dirinya.
Tiba-tiba saja hujan tidak lagi membasahi tubuhnya, tapi dia tahu hujan masih turun. Dia menoleh ke atas, melihat ada payung kecil berwarna merah yang melindunginya.
Dilhatnya siapa yang memegang payung itu. Tangan kecil, lebih kecil dari tangannya. Lalu wajahnya, lebih muda dari dirinya.
Dia adalah gadis kecil berkuncir kuda.
Gadis itu diam saja saat melihat Nuna. Sama seperti ang lainnya, si kuncir kuda tidak tersenyum, tapi juga menatap Nuna dengan pandangan mencela apalagi jijik. Dia hanya diam memandang wajah Nuna.
Nuna memperhatikan wajah mungil si kuncir kuda.
Si kuncir kuda itu manis dan imut. Orang-orang tentu saja tidak akan bosan memandang wajahnya.
Mereka saling memandang, tanpa Nuna sadari seorang pria tua sudah mengangkat sepeda Nuna dari dalam got.
"Sudah, Nona," beri tahunya, menyadarkan Nuna seketika. Nuna lalu memandang sepedanya, lalu melihat si kuncir kuda.
"Ini untuk kamu." Si kuncir kuda memberikan payung kecil berwarna merah itu, lalu dirinya sendiri dipayungi oleh seorang perempuan paruh baya, yang saat itu juga menemani di kuncir kuda di taman.
"Terima kasih," ucap Nuna pelan. Tangannya memegang payung dengan erat, takut payung itu terbang ditiup angin yang cukup kencang.
"Ayo Nona, kita harus pulang sekarang."
"Tapi dia bagaimana?"
"Tidak apa. Rumahku juga dekat dari sini," ucap Nuna.
Si kuncir kuda masuk ke dalam mobil bersama pengasuh dan supirnya. Si kuncir kuda menatap Nuna dari balik jendela mobil. Mereka saling melihat, lalu mobil melaju dengan kecepatan sedang.
Nuna memegang payung itu, lalu naik ke sepedanya. Susah baginya untuk menjalankan sepeda dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang lain harus memegang payung.
Di rumah, bi Sinta sudah sangat cemas. Dia sih menyuruh orang-orang untuk mencari nona kecilnya, tapi sampai sekarang belum juga kembali. Dia lalu memutuskan untuk mencarinya sendiri.
Belum sempat dia tiba di depan pintu, nona kecilnya sidah datang. Dalam keadaan basah kuyup, tapi tangannya memegang sebuah payung.
"Ya ampun Nona, Anda dari mana saja?"
"Aku bertemu dengan peri kecil."
"Peri kecil?"
"Iya. Peri itu sangat imut, dan cantik. Aku juga mau punya adik sepertinya. Tapi enggak mungkin ya, Bi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Ais
Ceritanya bagus, kayaknya sedih🥺
2024-07-06
1
Anisnikmah
Freya kan Thor.. klo di pernikahan dini mereka berteman dari kecil yang Freya tidak ingat karena hilangnya ingatan. di pernikahan dini juga gak sedetail ini
2022-08-24
1