Satu tahun lagi sudah berlalu, sekarang Nuna sudah kelas dua SD.
Dia masih tetap seorang diri, dan dia tidak peduli itu. Dia terus duduk melamun, tidak menyadari kalau guru sudah datang sejak tadi, dan sedang memperkenalkan seorang murid baru.
"Nah Freya, kamu bisa duduk di sebelah Chika."
Nuna yang sedang melamun, mendengar guru mengatakan hal itu. Padahal ada tiga bangku kosong, di dekat Nuna dan satu lagi di dekat Chika, tapi guru itu menyuruh murid baru itu duduk di sebelah Chika. Nuna menghela nafas, berpikir bahwa guru-guru pun tidak menyukainya.
Langkah kaki mendekat, murid baru itu ternyata memilih duduk di dekat Nuna.
Jam pelajaran dimulai, dan tanpa terasa, waktu istirahat telah datang.
"Hai, aku Freya."
Nuna mengangkat wajahnya, saat tangan seseorang terukur padanya. Dia melihat siapa anak itu, Sama-sama seperti dia pernah melihatnya.
Sudah jelas kalau gadis yang berdiri di hadapannya itu masih kecil, bukan hanya ukuran tubuhnya yang lebih kecil, tapi umurnya. Dia lebih pantas masih TK, kalau pun SD, seharusnya kelas satu, kan?
Lalu, diamati lagi wajah itu.
Dia ....
Dia si peri kecil kan? Si pemberi harta karun.
Freya lalu menarik tangan Nina untuk berjabat tangan dengannya.
"Aku Freya. Kamu siapa?"
"Freya, jangan mau berteman dengan Nuna, nanti dia memberi pengaruh buruk padamu," ucap seseorang."
Nuna kembali menunduk, dia tahu todak akan ada yang mau berteman dengannya.
"Ayo kita ke kantin!" Tangan kecil Freya menarik tangan Nuna.
Nuna terpana, ada seseorang yang mengajaknya ke kantin. Wajah Freya sedikit berbinar cemberut saat melihat makanan yang ada di kantin.
"Apa tidak ada makanan lain?"
Mereka berjalan beriringan, seperti kakak beradik. Nuna masih berpikir, kenapa gadis sekecil ini bisa satu kelas dengannya. Sesekali Nuna melirik Freya, lalu kembali menunduk saat Freya melihatnya.
"Angkat wajahmu!"
"Apa?"
"Kata opa dan oma, saat jalan dan bicara dengan orang, angkat wajahmu. Jangan menunduk, jangan merendahkan diri sendiri. Harus penuh wibawa, jangan mau diremehkan. Jadi, angkat wajahmu, jangan lagi terus menunduk!"
Nuna terpana, siapa gadis kecil ini.
"Kamu murid baru ya, jangan mau berteman dengan dia!"
Kening Freya mengernyit, kenapa sejak tadi banyak yang mengatakan itu padanya. Tapi Freya jelas terlihat tidak peduli, memangnya mereka siapa yang bisa mengaturnya?
"Jangan mau diremehkan, jangan mau dihina apalagi dikucilkan!"
Nuna diam saja, otaknya banyak berpikir. Ya, andai saja Freya tahu siapa dirinya, andai saja Freya menjadi dirinya.
Jam pelajaran kembali di mulai. Nuna yang biasanya tidak peduli, sekarang mulai memperhatikan. Bukan apa-apa, dia memperhatikan Freya yang sejak tadi terus bisa menjawab pertanyaan guru. Begitu juga dengan murid-murid yang lain, merasa kagum dengan Freya, ada juga yang merasa iri dan tidak suka. Mereka menganggap Freya mencari perhatian, sok pintar dan pamer.
Guru itu tersenyum, merasa luas dengan jawaban Freya.
Tidak salah kalau Freya yang masih kecil itu bisa langsung kelas dia, melewati kelas satu. Bahkan sebenarnya Freya bisa saja langsung loncat kelas ke tingkat yang lebih tinggi lagi.
Pelajaran selanjutnya guru-guru ada rapat. Murid-murid di kelas itu disuruh membuat karangan. Setelah selesai membuat karangan, yang lain mengobrol dan bermain, tapi Freya mengeluarkan buku yang sangat besar.
Buku itu berbahasa Belanda, dan itu adalah buku kedokteran.
"Freya, kamu baca itu?"
"Iya, aku harus baca ini sebelum nanti oma menanyaiku. Nanti kalau aku tidak belajar sungguh-sungguh, opa dan oma memarahiku, dan akan memanggil guru privat tambahan."
Mereka diam, merinding dengan apa yang mereka lihat dan dengar. Bukan hanya buku itu, bahkan di meja Freya ada buka tentang bisnis berbahasa Jepang.
Ya ampun, untung opa dan oma Freya bukan opa dan omaku, batin mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Anisnikmah
ini nih.. disuruh menjadi dokter dedikasi dari dini freya
2022-08-27
0