Lyra menelan salivanya. "Tentu saja kamu pasti akan berpikiran kotor terhadapku. Asal kamu tahu saja, aku tidak seperti apa yang kamu pikirkan."
"Memangnya apa yang aku pikirkan?" Tanya Axel.
"Kamu pasti berpikir, jika aku pergi ke hotel bersama dengan seorang pria. Karena kamu melihat tanda merah di leherku, kamu pasti berpikiran jika aku melakukan hal terlarang di kamar hotel."
"Oh jadi maksudmu, tadi malam kamu pergi bersama Daniel ke hotel padahal kalian belum resmi menikah."
Lyra melambai-lambaikan tangannya. "Tidak...tidak, mana mungkin aku pergi dengannya. Kami sudah putus kemarin."
Seketika Axel menghentikan mobilnya. "Lalu, kamu ke hotel pergi dengan siapa?"
"Apa maksudmu? Apa kamu mencurigaiku pergi dengan seorang pria ke hotel."
"Tentu saja aku sangat mencurigai kamu pergi dengan seorang pria ke hotel. Pagi sekali kamu berada di depan hotel, lalu aku melihat tanda merah di lehermu. Bukankah itu sangat mencurigakan."
"Percuma bila ku jelaskan, kamu benar-benar tak dapat menpercayaiku." Lyra pun beranjak keluar dari mobil.
Marahnya Lyra mampu membuat Axel merasa bersalah telah menaruh curiga terhadanya. Axel pun ikut beranjak dari mobil untuk mengejar Lyra.
Axel meraih lengan Lyra untuk menghentikan langkahnya. "Tunggu sebentar! Maaf aku sudah menaruh curiga terhadapmu. Tapi, bisa jelaskan secara jelas kepadaku agar aku tak mencurigaimu."
Lyra menghela nafas. "Aku memang menginap di hotel, itu karena semalam aku mabuk. Dan karena hotel dan klub malam lebih dekat dari pada rumahku. Aku memutuskan untuk menginap di sana, karena akan berbahaya bila aku pulang dalam keadaan mabuk."
"Lalu mengapa kamu tak menghubungiku untuk datang menjemputmu."
Seketika Lyra teringat dengan ponselnya, ia pun segera mencari-cari ponsel ke dalam tasnya.
"Sepertinya ponselku tertinggal di rumah."
Lyra lalu menunjukan isi tasnya kepada Axel. "Lihatlah, aku tak membawa ponsel. Bahkan semalam aku terpisah dengan Nata di klub, oleh sebab itu aku pergi sendiri tanpanya."
Biarpun Axel tak mengetahui Lyra pergi ke hotel seorang diri ataupun dengan seorang pria, namun sekarang Axel sedikit lebih mempercayai Lyra setelah di beri penjelasan.
Lalu tiba-tiba saja Axel memeluk Lyra. "Maaf sudah menaruh curiga terhadapmu. Aku jadi bisa sedikit bernafas lega karena kamu tidak melakukan apa yang aku pikirkan."
Lyra memang benar pergi ke hotel, tapi ia sedikit membohongi perkataannya. Lyra bohong tak pergi dengan seorang pria. Lyra hanya terpaksa berbohong, karena kejadian semalam merupakan hal yang paling memalukan dalam hidupnya. Terlebih lagi, pada saat ia teringat ketika mencium pria yang menolongnya di klub. Lyra memang tidur dengan seorang pria di hotel, tapi ia tak bisa menyalahi pria tersebut, karena Lyralah yang lebih dulu memulainya.
Lyra lalu melepaskan pelukan Axel. "Berhenti memelukku, nafasku akan sesak bila di peluk olehmu."
"Hm, lalu mengapa semalam kamu pergi ke klub malam dan mabuk-mabukan. Aku tahu kamu bukanlah tipe perempuan nakal seperti itu."
"Kemarin aku benar-benar sangat terpuruk setelah mendapati Daniel selingkuh."
"Apa maksudmu? Jadi alasanmu putus dengannya karena dia selingkuh. Lalu, bagaimana dengan pernikahanmu."
"Tentu saja pernikahanku batal."
Axel merangkul pundak Lyra. "Kamu tak perlu bersedih karena pria brengsek seperti itu. Banyak pria di dekatmu yang jauh lebih baik darinya."
"Pria yang dekat denganku hanyalah kamu seorang." Lyra lalu menunjuk wajah Daniel. "Jangan kamu pikir aku akan mau bersamamu. Ingat ya dengan prinsip persahabatan kita, tak boleh menaruh hati bila tak ingin hubungan persahabatan kita hancur."
Seketika Axel menelan salivanya. "Apa maksudmu? Mana mungkin aku menyukaimu. Kamu ini bukan tipeku, mana mungkin aku menyukai wanita sepertimu."
Dengan girangnya Lyra merangkul lengan Axel. "Baguslah kalau begitu. Lebih baik sekarang kamu antar aku pulang."
Lyra dan Axel kembali menaiki mobil. Setelah mobil melaju, raut wajah Axel nampak bersedih, ia hanya fokus menyetir tanpa berbicara sedikitpun. Tak seperti tadi yang lebih banyak bertanya, Axel malah lebih banyak diam dengan wajahnya yang di tekuk kesal.
"Apa kamu sedang ada masalah?" Tanya Lyra.
"Hm, tidak."
"Lalu mengapa kamu tampak seperti tengah bersedih?"
"Aku hanya sedikit banyak pikiran, setelah membuka cafe baru."
"Memangnya apa kamu kesulitan setelah membuka cafe barumu?"
"Sedikit, tapi itu tak apa."
Apa benar Axel bersedih karena itu, Lyra merasa heran dengannya. Dia tampak bersedih sama seperti saat dulu Lyra memberitahunya tentang rencana pernikahannya dengan Daniel. Kali ini Axel juga sama seperti itu. Di bandingkan saat perusahaan keluarganya bangkrut, raut wajah Axel tak pernah sesedih dan sekesal saat Lyra memberitahu tentang pernikahannya atau saat tadi ia berbicara tentang komitmen persahabatannya.
Lyra dulu sempat bertanya apa Axel menyukai Lyra, Axel selalu menjawab tidak. Memang karena sejak dulu, Axel dan Lyra berkomitmen untuk tak memiliki hubungan lebih selain bersahabat. Dan Lyra pun tak pernah sedikitpun menaruh rasa lebih dari rasa sayangnya sebagai sahabat.
**
Sesampainya di depan rumah, Lyra dan Axel mendapati Nata tengah duduk di koridor sembari menangis.
"Nata, kenapa kamu menangis?" Tanya Lyra sembari mengerut alisnya.
Nata berdiri dari duduknya, lalu dengan cepatnya ia memeluk Lyra.
"Kamu dari mana saja? Maaf semalam aku tak dapat menemukanmu. Aku menyesal telah lalai dalam menjagamu. Dan aku malah pulang tanpa kamu."
"Kamu tak perlu merasa bersalah, lagi pula aku sekarang baik-baik saja."
Biarpun Lyra berkata baik-baik saja, sebenarnya ia tak baik-baik saja setelah semalam ia melakukan hal terlarang dengan seorang pria di hotel. Dan hal memalukan seperti itu, mana mungkin Lyra ceritakan. Bila ia ceritakan yang sebenarnya, mungkin saja Nata ataupun Axel akan mencari orang yang telah tidur dengan Lyra. Itu sangat memalukan bila sampai teman-temannya memarahi pria tersebut. Karena yang Lyra pikirkan, bahwa Lyralah yang bersalah karena telah memancing pria tersebut untuk melakukannya.
"Lalu, semalam kamu pulang kemana, kenapa kamu tak mengangkat teleponku?"
"Ponselku tertinggal di rumah, dan semalam aku menginap di hotel."
Nata mengerutkan kedua alisnya. "Kenapa bisa kamu menginap di sana. Bukankah semalam kamu benar-benar mabuk, dan bagaimana kamu bisa menginap di sana? Siapa yang mengantarmu kesana?"
Lyra menelan salivanya, dan dengan gugupnya Lyra menjawab. "Aku memang mabuk, tapi aku sedikit sadar. Karena hotel lebih dekat dengan klub, jadi aku menginap di sana. Dan aku hanya sendiri tak di antar oleh siapapun."
Lyra kemudian merangkul lengan Nata. "Dari pada kita hanya berdiri di sini, lebih baik kita masuk. Dan kamu sama Axel bantu aku membereskan barang-barang pemberian Daniel dan barang miliknya yang masih tersisa di rumahku."
Lyra beserta kedua temannya beranjak memasuki rumah.
"Dari pada di buang, apa lebih baik di jual saja. Itu akan lebih baik dari pada harus di buang," saran Nata.
"Merepotkan bila harus di jual, lebih baik di buang semuanya. Aku sangat jikjik bila lama-lama barang-barang itu ada di rumah. Jika di jual belum tentu laku."
Satu-persatu barang pemberian dan milik Daniel yang tersisa di rumah, di masukan Lyra dan kedua temannya ke dalam kotak. Begitupun dengan cicin emas yang di berikan Daniel saat melamar Lyra.
"Cicin emasmu bila di jual akan mudah lakunya. Dan kamu akan menghasilkan uang bila menjual cicin ini," ucap Nata sembari memegang kotak cincin.
Lyra meraih kotak cincin yang di pegang Nata, lalu melemparnya ke dalam kotak.
"Aku tak mau uang dari hasil jual cincin yang menjijikan ini."
Biarpun sayang harus di buang, tapi mau bagaimana lagi. Nata tak bisa apa-apa karena itu milik Lyra, walau sebenarnya sangat di sayangkan bila cicin semahal itu di buang secara percuma.
Selesai membereskannya, Lyra beserta kedua temannya membawa kotak-kotak berisi barang-barang pemberian Daniel ke penampungan sampah yang berada di ujung komplek.
"Oh ya, apa kamu sudah bilang kepada orang tuamu tentang pembatalan pernikahanmu?" Tanya Axel.
Lyra menggeleng. "Aku belum bilang, karena aku baru putus kemarin. Kemungkinan besok lusa aku akan datang menemui mereka. Dan setelah memberitahu mereka, aku mungkin akan mengundurkan diri di kantor."
"Bagaimana bisa kamu mengundurkan diri. Setelah mengundurkan diri, memangnya kamu mau kerja di mana?" Tanya Nata.
"Aku harus secepatnya keluar dari tempatku bekerja, aku sangat muak bila harus setiap hari bertemu dengan Daniel."
"Yang seharusnya mengundurkan diri itu si Daniel, kenapa harus kamu."
"Mana mau dia mengalah untuk keluar dari pekerjaannya, lagi pula posisinya di kantor sudah mencapai sebagai manajer." Lyra tersenyum menatap Nata, lalu merangkul lengannya. "Apa di tempatmu bekerja ada lowongan?"
"Di tempatku ada satu posisi kosong. Dan tempat kosong itu sedang mencari lowongan."
Lyra tersenyum girang. "Benarkah, aku harus secepatnya mendaftar sebelum posisi itu di isi orang."
"Posisi itu sangat tidak cocok untukmu yang lulusan universitas terbaik di cambrige. Karena posisi kosong itu adalah sebagai juru masak di kantin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
ayu
semangat author
2022-11-05
1
maya mutia
kenpa cma 4 episode thor
2022-11-05
2
Kaila
lanjut thor
2022-11-05
2