Wajah si penolong tampak samar terlihat di mata Lyra. Yang terlihat jelas olehnya hanyalah tubuh tinggi dengan perawakan kekar, dan kulit putihnya.
Lyra meraih lengannya. "Terima kasih sudah menolongku."
Pria tersebut mengangguk, lalu beranjak melangkahkan kakinya. Hanya berterima kasih saja menurut Lyra itu tak akan cukup. Lyra perlu membalas budi atas perbuatan baik pria tersebut. Lyra mengikuti dan kembali meraih lengan si penolong.
"Aku tak suka berhutang budi. Jadi, aku harus membalas kebaikanmu agar aku tak memiliki hutang budi."
"Jadi, apa yang akan kau berikan untukku?"
Lyra lalu meraih dompet di dalam tasnya. "Bagaimana jika kau pergi makan menggunakan uangku."
Pria tersebut memiringkan senyumnya "Aku tak butuh uang receh yang berada di dompetmu itu."
"Aku tidak akan memberikanmu uang receh. Karena di dompetku hanya terdapat uang pecahan seratus ribu."
"Aku sudah banyak uang. Aku bahkan bisa membeli gedung restoran di tempatku ingin makan."
"Benarkah? Kalau begitu kau mau apa dariku, agar aku bisa membalas hutang budiku padamu."
"Apa kau ingin melakukan apapun untukku?"
"Tentu saja, aku akan melakukan apapun untuk membalasnya."
Seketika pria tersebut menarik pinggang Lyra, hingga membuat tubuh Lyra mendekat padanya.
"Bagaimana jika malam ini kamu berdansa denganku."
"Tentu saja aku akan bersedia." Dengan spontan, tangan Lyra melingkari leher si penolong tersebut.
Mereka menari sembari saling menatap satu sama lain. Namun karena mabuknya, wajah dari pria yang tengah melingkari pinggangnya itu masih samar telihat. Lyra memicingkan matanya untuk memperjelas pandanganya. Dan anehnya wajah tersebut tampak terlihat seperti Daniel. Apa karena mabuknya, atau mungkin karena Lyra tak bisa melupakan Daniel, hingga sosok yang tengah berdansa dengannya menyerupai wajah Daniel
Seketika gerakan langkah kaki Lyra terhenti.
"Mengapa berhenti?" Tanya si pria heran.
Lyra tak bisa membohongi perasaannya, jika dia masih sangat mencintai Daniel. Terlebih lagi, ia baru putus dengan Daniel tadi siang. Mana bisa Lyra melupakan Daniel dalam sekejap.
Lyra menatap dengan kedua matanya yang mulai tergenang.
"Daniel," ucap Lyra dengan nada rendah.
Lalu seketika, dengan cepatnya Lyra mengecup bibir pria tersebut.
Si pria tersentak kaget setelah di kecup oleh Lyra. Namun tiba-tiba saja, ia merapatkan tubuh Lyra dengan tubuhnya, lalu mendekatkan bibirnya ke arah bibir Lyra.
"Kau yang memulainya, maka kau tak bisa menghentikanku untuk melakukannya."
Si pria tersebut mendaratkan bibirnya di bibir mungil milik Lyra. Ia mencium panas bibir Lyra, mengelumutinya, dan memasukan lidah ke dalam mulutnya.
Lyra memang cukup kaget dengan aksi pria tersebut. Tapi Lyra malah menikmatinya, ia memejamkan matanya dan mengikuti alur dari pergerakan bibir si pria.
Sampai akhir ciuman, mabuknya Lyra tak kunjung reda. meninggalkan Lyra seorang diri di klub malam, itu tak mungkin. Lyra bahkan hampir di lecehkan dan lukai oleh pria nakal. Sementara, si pria tak tahu Lyra datang ke klub malam dengan siapa.
Si pria sudah menanyakan ke beberapa orang di klub, siapa tahu ada yang mengenal Lyra. Namun, ia tak menemukan orang yang mengenalnya. Bahkan bertanya pada Lyra pun, ia tak berbicara dengan jelas, karena mana mungkin orang mabuk akan berbicara dengan benar.
Si pria pun akhirnya membawa Lyra pergi dari klub, dan memasukan Lyra ke dalam mobil miliknya.
Bagaimana dengan Nata? Tentu saja Nata juga sama mabuknya dengan Lyra. Ia mencari Lyra di klub dalam keadaan mabuk. Berkeliling dari setiap tempat di klub, namun Lyra tak dapat di temukan. Kepalanya sudah sangat pusing karena efek dari mabuknya, berjalanpun sampai sempoyongan. Nata akhirnya di bawa pulang oleh semua teman-teman kerjanya tanpa Lyra.
...****************...
Si pria yang entah siapa dia, membawa Lyra pergi ke hotel. Bukan karena ia memiliki niat lain, tapi ia tak tahu di mana rumah Lyra berada. Pria tersebut memapah Lyra pergi ke kamar yang sudah di pesannya.
Di saat pria tersebut memasuki kamar, tiba-tiba saja Lyra menciumnya secara bruntal. Si pria kembali tersentak kaget, ia di buat menganga saat Lyra menghentikan ciumannya.
"Dia terlalu berani atau memang bodoh," gerutu si pria.
Lyra tersenyum manis sembari menatapnya, dan lagi-lagi ia menyebutkan nama Daniel.
"Ternyata, setelah ku pikir-pikir kamu masih terlihat manis seperti dulu. Tapi aku bukanlah pria yang selalu kau sebutkan itu."
Si pria menarik pinggang Lyra, mendekatkan tubuh Lyra dengan tubuhnya.
"Aku bukanlah orang yang kau sebutkan. Jangan salahkan aku, jika malam ini aku menerkammu. Karena kamu yang lebih dulu memulainya."
Dengan cepat si pria kembali mencium panas Lyra, kali ini jauh berbeda dari sebelumnya. Ia menciumnya dengan agresif, dan menuntunnya menuju tempat tidur.
"Akan ku buat kau jadi wanita milikku yang seutuhnya."
Si pria membuka kemeja yang di kenakannya, lalu mencium leher jenjang wanita yang tengah mabuk di bawah tubuhnya itu. Memberikan bekas merah di lehernya, lalu membuka setiap helai kain yang menutupi tubuh Lyra. Kali ini bukan hanya leher saja yang di berikan tanda olehnya, tapi setiap tubuhnya pun di berikan tanda merah oleh bibir si pria.
Setelah puas mencium, pria tersebut akhirnya melakukan hal yang lebih panas lagi yang lebih dari sekedar dari ciumannya.
Si pria membelai lembut wajah Lyra. "Setelah malam ini berakhir, kau tak akan dapat melupakannya, dan sepenuhnya kau akan menjadi miliku."
**
Esok paginya, Lyra terbangun dalam keadaan mata setengah terbuka, kepala yang sedikit pusing, lalu tenggorokan yang terasa kering. Matanya berkeliling menata langit-langit yang sangat terasa asing di lihatnya.
Lalu, ketika kepalanya berbalik menatap ke arah samping, Lyra terkejut setengah mati menatap pria yang tengah tertidur pulas dalam keadaan bertelanjang dada.
"Siapa dia, dan dimana aku sekarang?" Gumam Lyra sembari meraba-raba tubuhnya yang saat ini tak mengenakan sehelai kain kecuali selimut.
Dan di buat tekejut lagi saat beberapa kepingan ingatan yang terjadi semalam muncul di kepalanya.
"Aku pasti sudah gila telah menganggap orang ini sebagai Daniel."
Lyra terburu-buru beringsut dari ranjang, lalu mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai. Ia mengenakan pakaian dengan terburu-buru, tak peduli mau berantakan yang penting Lyra segera pergi dari tempat asing tersebut.
Sebelum si pria terbangun dari tidurnya, Lyra mengambil dompet dari dalam tasnya. "Aku hanya memiliki sisa uang empat ratus ribu. Tiga ratus ribu untuknya, dan sisanya akan ku pakai untuk naik taxi."
Lyra meraih tiga pecahan uang seratus ribu dari dompetnya. Sebelum meletakannya, Lyra menuliskan sepenggal kalimat di salah satu uangnya. "Untuk yang semalam, aku minta maaf. Lupakanlah semuanya, karena itu hanyalah sebuah kesalahan di saat ku mabuk." Lyra meletakan uang tersebut di samping bantal si pria.
Setelah itu ia pun terburu-buru beranjak pergi dari kamar hotel. Tampilannya sungguh sangat berantakan, rambut, riasan, serta pakaiannya sudah tak enak di pandang.
Lyra keluar dari hotel sembari di pandang dan di tertawakan oleh orang-orang yang lewat di dekatnya. Lyra sudah benar-benar sangat malu, ia menyembunyikan wajahnya dari balik tasnya.
Di saat ia tengah menunggu taxi, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari balik mobil.
"Lyra."
Seketika Lyra pun menengok ke arah mobil tersebut.
"Axel," seru Lyra.
Dia adalah Axel Azkara, yang merupakan sahabat Lyra sedari kecil. Di bandingkan dengan Nata yang bertemu saat SMA, dan Agni yang bertemu Lyra saat menjenjang pendidikan di Cambrige Amerika, Axel jauh lebih dulu dan lebih lama bertemu dengan Lyra. Karena orang tua dari mereka berteman, mungkin sudah dari bayi Lyra dan Axel di pertemukan.
Axel melajukan mobilnya ke tempat Lyra berdiri.
"Sedang apa pagi-pagi di sini?"
Seketika Lyra terburu-buru membuka pintu mobil, lalu memasuki mobil milik sahabatnya itu.
"Bawa aku pergi dari sini secepatnya?"
"Memangnya kenapa? Kenapa terburu-buru ingin pergi."
"Jangan banyak bertanya!! Cepat lajukan kembali mobilnya."
"Baiklah." Sesegera mungkin Axel kembali menancap gas mobilnya.
"Mau ku antar pulang atau mau ke tempat lain?" Tanya Axel.
"Antar aku pulang saja."
Axel sangat keheranan dengan gelagat Lyra yang nampak gelisah dan panik. Sampai-sampai ia mengerutkan kedua alisnya.
"Pagi-pagi berada di depan hotel dengan tampilan yang sangat berantakan. Lalu terdapat tanda merah di lehermu," lontar Axel.
Spontan Lyra pun menutupi lehernya. "Memangnya kenapa? Aku tak seperti apa yang kamu pikirkan."
Axel tersenyum. "Memangnya apa kau sudah tahu isi pikiranku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
kai
hhahah salah sendiri mancing2 lyranya😆
2022-11-05
1
Rey
wahhhh s cwok kyanya udh knal lyra lama deh soalnya dia bilang kmu msih terlihat manis seperti dulu
2022-11-05
3
aria
wah hahah bner2 first night
2022-11-05
1