Gadis kecil bersurai hitam dengan hiasan beberapa helai rambut biru cerah itu terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit dengan infus yang tertancap di salah satu lengannya. Mata gadis kecil itu terpejam menyembunyikan bola mata biru gelap yang indah bak mutiara.
Beruntung benturan tadi tidak menyebabkan cedera kepala serius pada gadis kecil itu. Bagaimanapun juga, dia terlalu dini merasakan kerasnya kehidupan. Diabaikan dan dilupakan oleh keluarganya sendiri, di hina dan dicaci maki oleh keluarga besar ayahnya, disiksa oleh kedua kakaknya serta beberapa pembantu yang ikut andil menyakiti nya dengan kata-kata yang menyakitkan hati.
Seorang pria paruh baya menitikkan air mata mengingat bagaimana perjuangan hidup Kirania kecil yang penuh air mata. Bahkan orang tuanya sendiri tidak segan melakukan kekerasan fisik kepada gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. Benar-benar orang tua sinting!
"Kau sudah memberitahu tuan dan nyonya Anderson tentang keadaan nona Ran?" Tanya Frankie kepada pemuda berwajah sangar di sampingnya yang bernama Alex atau Albert. Pemuda itu mendengus sebagai jawaban.
"Sudah dan mereka tidak peduli." Jawabnya acuh. Diam-diam pemuda itu mengepalkan tangannya guna meredakan emosinya.
"Anak ini mengalami hal yang berat sejak berusia 4 tahun." Frankie mulai bercerita, pandangannya menerawang. "Saat nona muda berusia 4 tahun, dia sering mendapatkan kekerasan fisik dari tuan dan nyonya. Bahkan dia mulai dilupakan keberadaannya. Karena tidak tega melihatnya begitu menderita, kami memutuskan merawatnya."
Ya, Frankie memutuskan merawat gadis kecil itu bersama istrinya. Pria paruh baya itu telah menganggap gadis kecil itu sebagai putri kandungnya sendiri mengingat putranya begitu mendambakan seorang adik perempuan.
Alex terdiam mendengar cerita dari Frankie, dalam hati pemuda itu mengutuk keluarga Anderson yang sangat tega menyiksa anak sekecil itu.
Selama ini keluarga Anderson terkenal dengan keharmonisan keluarganya di depan publik dan tak jarang banyak orang mengidolakan keluarga Anderson yang terlihat begitu rukun.
"Aku tidak menyangka keharmonisan mereka hanyalah kedok untuk menutupi sikap tidak adil keluarga Anderson." Gumannya pelan lalu mengetik sesuatu di ponsel nya.
⚛️⚛️⚛️⚛️
Ran membuka matanya dan melihat di sekelilingnya, terlihat ruangan bernuansa putih dengan bau obat-obatan menyapa penciumannya.
Terlihat Frankie tertidur di sofa yang terdapat di sebelahnya dan seorang pemuda berpenampilan sangar bernama Alex tengah sibuk dengan ponselnya.
"Kau sudah bangun?" Sapa Alex saat ekor matanya melihat Ran mencoba untuk duduk, dengan sigap pemuda itu membantu Kirania duduk bersandar. "Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?" Tanya nya lagi.
"Aku baik, paman. Aku ada dimana?" Tanya nya sambil mengerjapkan matanya polos membuat Alex merasa gemas.
Frankie yang mendengar suara Ran segera beranjak bangun dan langsung menghujam bocah kecil itu dengan serentet pertanyaan membuat Alex menggeplak kepala pria paruh baya itu.
"Dia baru saja siuman. Berhenti menghujani nya dengan segudang pertanyaan." Ketus Alex yang langsung mendapatkan pelototan dari Frankie.
"Hei, anak muda. Tidak sopan menjitak kepala orang dewasa, tahu." Sungut Frankie sambil menoyor kepala Alex. Mereka berdua berdebat beberapa saat hingga pertanyaan Ran berhasil membuat mereka menghentikan percekcokan nya.
"Paman, aku ada dimana?"
"Kau berada di rumah sakit, Ran. Minumlah." Jawab Alex sambil menyodorkan sebotol air yang diterima langsung olehnya. Dengan sigap Alex segera memanggil dokter dengan menekan sebuah tombol yang berada di samping ranjang rumah sakit.
Tak butuh waktu lama, muncul seorang dokter dan perawat. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, dokter dan perawat itu segera undur diri.
"Apa mereka tidak datang, paman?" Tanya gadis kecil itu sambil menatap kedua pria berbeda usia dengan penuh harap. Dia berharap keluarganya mau menjenguknya, namun sepertinya tidak sesuai dugaannya saat matanya menangkap raut wajah 2 pria dewasa itu.
Mereka berdua hanya bisa tersenyum sedih dan menggeleng membuatnya paham. Gadis kecil itu hanya berucap 'oh' saja dan menatap kosong kearah jendela.
Frankie dan Alex hanya menatap iba gadis kecil itu. Selama ini keluarga Anderson tidak pernah mau peduli dengan keadaannya. Mereka hanya bisa berharap bahwa gadis kecil itu bisa menemukan kebahagiaan nya.
⚛️⚛️⚛️⚛️
Setelah dirawat sehari semalam, Ran diperbolehkan pulang ke esokan harinya. Sesampainya di kediaman Anderson, gadis kecil itu melihat anggota keluarganya bercanda tawa dengan hangatnya di ruang keluarga tanpa menyadari kehadiran dirinya.
Dia hanya bisa tersenyum sedih. Hatinya sudah lelah berharap pada keluarganya. Dia merasa kesepian dalam hangatnya keluarga Anderson.
Dia melihat kedua kakaknya menatap ke arahnya dengan pandangan jijik dan merendahkan lalu mereka mengalihkan pandangannya, seakan-akan gadis kecil itu merupakan sebuah kotoran yang menjijikkan.
Dia memegang dada kirinya yang terasa sakit. Sebuah luka tak berdarah tertoreh di hatinya, luka yang membekas dan tidak bisa disembuhkan.
Gadis kecil itu segera menuju kamarnya yang terletak di lantai bawah dekat dapur, meninggalkan keluarga yang terlihat bahagia tersebut. Begitu tiba di depan kamarnya, seorang anak laki-laki berambut marron dengan mata hijau datang menghampiri nya.
"Ran... Akhirnya kau pulang. Aku mencemaskan mu." Seru anak laki-laki itu sambil memeluknya dengan erat.
"K–kak Elli, le–pas... Kau mau membunuhku!" Seru Ran sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan maut Ellios. Sedangkan sang pelaku hanya cengengesan dan melepaskan pelukan mautnya.
Ellios Pratama Dirgantara, anak dari Frankie Dirgantara yang sangat menyayangi Ran dan telah menganggap gadis kecil itu sebagai adik kandungnya sendiri.
Ellios dua tahun lebih tua dari Ran dan sangat overprotective pada gadis kecil itu.
"Maafkan kakak yang tidak bisa membantumu kemarin." Sesalnya merasa bersalah.
"Kau tidak perlu minta maaf, kak. Ayo masuk ke dalam, tidak baik berbicara di depan pintu." Ucap gadis kecil itu pada Ellios. Mereka berdua segera memasuki kamar Ran dan tidak lupa menutup pintu kamar tersebut.
Kamar Ran memiliki ukuran yang tidak terlalu luas seperti saudaranya. Hanya terdapat sebuah kasur single yang sudah usang, lemari kayu, meja belajar dan kursi. Tidak ada barang mewah seperti milik saudaranya.
Sangat miris memang jika dibandingkan dengan saudaranya. Ran hanya memiliki sebuah boneka teddy bear berwarna merah-hitam yang merupakan hadiah ulangtahun nya yang ke 4 tahun, hadiah dari paman Joshua yang masih dia rawat dengan baik. Sangat berbeda dengan kamar kakaknya yang penuh dengan mainan baru dan mahal.
Walaupun kamar Ran terlihat sederhana dan tidak banyak barang mewah, kamar dengan warna pastel itu terasa hangat dan nyaman, membuat Ellios betah berlama-lama berada disana.
Mereka berdua merebahkan diri di ranjang sempit milik Kirania dan menatap langit-langit kamar dengan fikiran menerawang.
"Kak, terimakasih sudah mau menyayangiku dengan tulus walaupun kau bukan kakak kandungku." Ucapnya yang membuat Ellios menoleh kearahnya.
"Tidak perlu berterima kasih. Aku memang ingin memiliki seorang adik perempuan dan kau sudah seperti adik perempuan ku. Walaupun demikian terimakasih sudah mau menganggap ku sebagai seorang kakak. " Jawab Ellios sambil mengacak surai hitam unik milik Ran yang berhasil membuatnya tersenyum. Dia bersyukur masih ada yang mau menyayangi nya walaupun bukan keluarga kandung.
Perlahan rasa kantuk menghinggapi keduanya hingga tak terasa mata mereka terpejam dan perlahan menuju alam mimpi.
⚛️⚛️⚛️
Joshua menyerahkan sebuah map yang berisi test yang di inginkan oleh Albert yang diterima langsung oleh pemuda itu dan membacanya.
Seketika tangan pemuda itu gemetar saat membaca hasil test tersebut dan berkata dengan lirih, "Jadi, dia benar anakku?"
"Aku sudah mencobanya berulang kali dan hasilnya tetap sama." Jawab Joshua sambil menyesap sebuah minuman kaleng bersoda.
"Apa yang terjadi saat itu?" Tanya Joshua yang langsung membuat wajah Albert pucat dan mual lalu pergi dari sana membuat pemuda itu mengernyit bingung.
"Selalu saja seperti itu jika aku bertanya. Apa saat itu dia mengalami hal buruk?" Tanya Joshua entah pada siapa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Erni Sari
kamu berhati baik
2022-10-03
1
Hanum Anindya
laporkan polisi aja kak, 😊
2022-10-03
1
TK
vote n 🌷👍
2022-10-03
1