Bab 2: Apa Karena Aku Berbeda?

'BRAKK!' 'KRAAKKK!'

"Apaaaa!!!"

Terdengar suara gebrakan disertai retakan sebuah kayu disusul dengan teriakan seorang pria yang menggelegar penuh emosi memecah keheningan di sebuah kediaman sederhana nan minimalis berlantai 2.

Seorang pria paruh baya berusia sekitar 58 tahun meninju sebuah meja hingga terbelah menjadi 2 bagian, dihadapannya berdiri seorang laki-laki muda dengan wajah penuh bekas luka, rambut hitam kecoklatan dan mata biru yang indah berlutut sambil menundukkan kepalanya.

"Dasar bodoh! Apa yang ada dipikiran mereka?! Dasar tidak tahu diri!" Raung pria paruh baya iitu sambil menyumpah serapahi seseorang, dia adalah Damian Brawijaya yang saat ini tengah meluapkan emosi setelah mendengar laporan dari pria muda di hadapannya.

"Kau tidak perlu berlutut seperti itu, Albert. Bangunlah." Ucapnya pada Albert yang tengah berlutut dihadapannya, "Ini semua bukan salahmu, Nak. Kau tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini." Lanjut Damian sambil menenangkan dirinya.

Albert menurut, pemuda tampan itu segera bangun dari acara berlututnya. Namun emosi Damian kembali memuncak saat seseorang masuk sambil membanting pintu ruangannya hingga engsel pintu malang tersebut nyaris copot.

'BRAAKKK!'

"Ayah ada apa?! Kenapa teriak-teriak heboh malam-malam begini? Apa Ayah mau mati?" Seorang pemuda tampan masih mengenakan seragam dokter dengan mata abu kebiruan yang tajam nan indah di bingkai alis tegas, kulit kuning langsat dengan rahang tegas, hidung sedikit mancung, rambut cokelat madu dengan tubuh tegap nan kokoh setinggi 176 cm yang berusia 21 tahun menerobos masuk dan langsung nyerocos dengan wajah tanpa dosa membuat Albert mendengus sebal.

"Kau mengharapkan ayahmu ini cepat mati, hah?! Dasar anak durhaka!" Maki Damian kepada pemuda itu yang dibalas dengan cengengesan.

"Lalu apa ada apa?" Tanyanya dengan tampang polos yang berhasil membuat kepala Damian berkedut kesal. Albert yang sedari tadi hanya bisa menonton drama ayah dan anak ga ada ahklak tersebut.

"Albert ceritakan pada cecunguk ini. Entah kenapa darahku selalu mendidih saat berhadapan dengannya." Titah Damian sambil menyindir pemuda yang bernama Joshua Alandero Mahardika Brawijaya, putra semata wayangnya yang selalu membuatnya kesal.

.................

Setelah mendengar cerita Albert, suhu ruangan mendadak terasa panas. Terlihat bara api berasal dari lantai yang dipijaki oleh Joshua merambat di sekitar pemuda itu, menyebabkan Albert berlutut karena tidak kuat menahan tekanan yang dikeluarkan oleh Joshua.

Damian menyadari hal itu setelah melihat cahaya bewarna merah bersinar di punggung tangan pemuda itu disusul tatto berbentuk Phoenik api. Hingga bara api itu membesar dan...

'DUAARRR!!’ 'BLAARRR!’ 'PRAANGG!!'

Sebuah lubang tercipta di dinding ruangan milik Damian. Terlihat Joshua menggeratkan rahangnya menahan emosinya yang memuncak.

"Dasar tidak tahu diuntung! Akan ku bunuh mereka!" Dia berteriak marah sambil menghunuskan pedang yang membara ke arah lubang tersebut.

Joshua menyarungkan pedangnya kembali dan sebuah gagang samurai mendarat manis di kepalanya.

'Pletak'

"Bedebah! Kenapa kau memukulku?" Tanya nya marah saat melihat Albert menjitak kepalanya.

'Pletak!' ' Pletak!'

Bukannya berhenti, Albert dengan santainya kembali menjitak kepala Joshua dengan gagang samurainya tanpa rasa bersalah atau apapun dan berkata dengan dingin, "Kalau kau emosi begitu bagaimana caranya kau menghadapi mereka? Setidaknya tenangkan dirimu dan pikirkan caranya, bodoh!"

Joshua terdiam mendengar perkataan Albert dan mengusap kepalanya yang terkena belaian kasih sayang dari gagang katana pemuda itu.

"Albert, kami menyerahkan semuanya padamu." Ucap Damian sambil menepuk-nepuk punggung pemuda itu.

"Baik, Tuan."

⚛️⚛️⚛️⚛️

Sang rembulan telah kembali ke peraduannya dan digantikan oleh sang surya yang menyinari bumi dengan cahaya malu-malunya diiringi dengan nyanyian merdu burung-burung yang bertengger di dahan pohon sekitar kediaman Anderson.

Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui celah gorden membuat sang pemilik kamar yang masih tergulung nyaman dalam selimut mengernyit karena terganggu dengan silaunya cahaya yang menerobos masuk. Perlahan tubuh mungil itu menggeliat sebelum akhirnya membuka mata. Tangan mungilnya mengucek-ngucek matanya yang masih terasa sepat.

Gadis itu meregangkan tubuhnya sejenak guna melemaskan ototnya yang terasa kaku lalu segera merapikan kamarnya. Setelah memastikan kamarnya terlihat rapi, dia segera beranjak menuju kamar mandi membersihkan diri.

Beberapa saat kemudian gadis itu keluar dengan keadaan yang lebih segar walaupun wajahnya dihiasi beberapa luka yang diakibatkan oleh ibu kandungnya sendiri.

Ran segera mengambil kotak obat yang tersimpan dibawah tempat tidurnya. Dengan telaten gadis kecil itu mengobati luka di beberapa tempat yang terdapat di wajahnya lalu menutupnya dengan plaster luka.

Gadis itu mematut diri di depan cermin sambil menyisir rambutnya. Terlihat pantulan dirinya dengan wajah bulat yang imut, pipi sedikit chubby yang membuat siapapun ingin mencubitnya karena gemas, mata biru gelap, rambut hitam legam dengan beberapa helai yang bewarna biru cerah. Sangat berbeda dengan keluarga Anderson yang memiliki rambut bewarna hitam dengan mata cokelat gelap ataupun keluarga Brawijaya yang memiliki mata biru dengan rambut hitam. Bahkan fitur wajahnya sedikit menyerupai sang ibu.

"Apa karena ini mereka membenciku?" Gumannya lirih. Tidak mau berlama-lama memikirkan hal yang tidak perlu, gadis kecil itu segera menyudahi kegiatannya dan merapikan kotak obatnya dan beranjak menuju ruang makan mengingat perut kecilnya sudah berbunyi minta diisi.

Saat tiba di ruang makan, dia tidak melihat anggota keluarganya disana. Gadis kecil itu mengedarkan pandangannya menyusuri ruangan itu dan memutuskan bertanya pada salah satu maid yang sibuk dengan tugasnya.

"Bibi, dimana ayah, ibu dan kakak?" Tanyanya dengan sopan.

"Mereka baru saja keluar, nona. Ada yang bisa saya bantu?" Jawab maid itu dengan nada lembut.

"Tidak, bi. Terimakasih." Setelah berkata demikian Ran segera bergegas menuju meja makan dan menyingkap tudung saji, namun dia tidak menemukan makanan yang tersisa untuknya.

Tidak patah semangat, Ran segera berlari menuju kulkas yang berada di dapur dan mengambil sebuah roti serta sekotak susu guna mengganjal perutnya yang kelaparan. Gadis itu makan dengan lahap mengingat sedari kemarin malam perutnya tidak terisi apapun.

Ketika dirinya hendak berbalik, terlihat seorang maid menatap dirinya dengan marah dan menjambak rambutnya sambil memaki, "Dasar pencuri kecil! Beraninya kau mencuri makanan!"

Ran hanya bisa menangis karena kuatnya jambakan maid tersebut. Tanpa ampun maid itu memukul Ran dengan membabi buta.

Mendengar keributan yang diciptakan oleh maid itu serta teriakan kesakitan Ran menyebabkan beberapa pelayan menghampiri mereka dan berusaha melerainya.

Namun usaha mereka sia-sia karena maid itu enggan melepaskan cengkramannya pada Ran, hingga akhirnya sebuah suara bernada datar dan dingin menghentikan kegiatannya.

"Apa yang kau lakukan?"

Maid itu segera melepaskan cengkramannya dengan kasar, menyebabkan kepala Ran menghantam lantai dengan keras hingga terdengar bunyi 'duk' yang nyaring. Hingga akhirnya Kirania tergeletak tidak sadarkan diri.

"Aku hanya memberi pencuri kecil itu pelajaran, apakah itu salah?" Jawab maid itu dengan pongah, sedangkan maid lainnya segera menundukkan kepalanya.

"Alex, bawa dia ke rumah sakit." Titah pria itu kepada seorang pria berwajah sangar. "Pastikan keadaan nona baik-baik saja atau kita akan mendapat masalah nantinya." Ujar pria itu sambil melirik tajam maid tersebut yang kini bergetar ketakutan.

"Kalian semua bubar!" Titahnya dengan tegas. Mereka semua segera membubarkan diri melanjutkan tugas mereka yang tertunda, meninggalkan maid itu seorang diri.

Alex segera membopong tubuh gadis malang yang tak berdaya menuju rumah sakit.

'Nona, kumohon bertahanlah' Batinnya cemas.

Terpopuler

Comments

veronicarismaa1

veronicarismaa1

okeee ceritanya fresh.

2022-10-04

1

Erni Sari

Erni Sari

sabar tidak baik ambil tindakan yang terburu buru

2022-10-03

1

Erni Sari

Erni Sari

astaga serem juga ya suaranya

2022-10-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Anak yang Diabaikan
2 Bab 2: Apa Karena Aku Berbeda?
3 Bab 3: Luka Hati Anak yang Diabaikan
4 Bab 4: Perhatian Alex atau Albert?
5 Bab 5: Siksaan Sang Ibu
6 Bab 6: Meninggal?
7 Bab 7: Kegilaan Joshua
8 Bab 8: Kirania dan Ganymede
9 Bab 9: Sadar
10 Bab 10: Cerita Albert
11 Bab 11: Buka Lembaran Baru
12 Bab 12: Belanja
13 Bab 13: Masalah Baru
14 Bab 14: Mendapat Serangan
15 Bab 15: Rahasia Albert
16 Bab 16: Tentang Joshua
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19: Heavy Metal Pengganggu Tidur
20 Bab 20: Kicauan Burung Beo
21 Bab 21:Tatto Gemini dan Scorpio
22 Bab 22
23 Bab 23: Senggol Bacok Mode On
24 Bab 24
25 Bab 25: Sparring
26 Bab 26: Patah Hati?
27 Bab 27: Mereka Disini?
28 Bab 28: Kiranai dan Joshua
29 Bab 29: Truth
30 Bab 30: Tatto Pisces
31 Bab 31: Mulai Kacau
32 Bab 32: Fake
33 Bab 33
34 Bab 34: Drama Murahan
35 Bab 35
36 Bab 36: Pertemuan
37 Bab 37: Kirania dan Ellios
38 Bab 38: Misi di Sebuah Hotel
39 Bab 39
40 Bab 40: Jangan Cemburu Padaku
41 Bab 41
42 Bab 42: Gara-gara Takoyaki
43 Bab 43: Sekilas Masa Lalu
44 Bab 44: Skors
45 Bab 45: Identitas Kirania
46 Bab 46: Ketika Ulat Bertingkah
47 Bab 47: Ellios dan Antares
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62: End
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1: Anak yang Diabaikan
2
Bab 2: Apa Karena Aku Berbeda?
3
Bab 3: Luka Hati Anak yang Diabaikan
4
Bab 4: Perhatian Alex atau Albert?
5
Bab 5: Siksaan Sang Ibu
6
Bab 6: Meninggal?
7
Bab 7: Kegilaan Joshua
8
Bab 8: Kirania dan Ganymede
9
Bab 9: Sadar
10
Bab 10: Cerita Albert
11
Bab 11: Buka Lembaran Baru
12
Bab 12: Belanja
13
Bab 13: Masalah Baru
14
Bab 14: Mendapat Serangan
15
Bab 15: Rahasia Albert
16
Bab 16: Tentang Joshua
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19: Heavy Metal Pengganggu Tidur
20
Bab 20: Kicauan Burung Beo
21
Bab 21:Tatto Gemini dan Scorpio
22
Bab 22
23
Bab 23: Senggol Bacok Mode On
24
Bab 24
25
Bab 25: Sparring
26
Bab 26: Patah Hati?
27
Bab 27: Mereka Disini?
28
Bab 28: Kiranai dan Joshua
29
Bab 29: Truth
30
Bab 30: Tatto Pisces
31
Bab 31: Mulai Kacau
32
Bab 32: Fake
33
Bab 33
34
Bab 34: Drama Murahan
35
Bab 35
36
Bab 36: Pertemuan
37
Bab 37: Kirania dan Ellios
38
Bab 38: Misi di Sebuah Hotel
39
Bab 39
40
Bab 40: Jangan Cemburu Padaku
41
Bab 41
42
Bab 42: Gara-gara Takoyaki
43
Bab 43: Sekilas Masa Lalu
44
Bab 44: Skors
45
Bab 45: Identitas Kirania
46
Bab 46: Ketika Ulat Bertingkah
47
Bab 47: Ellios dan Antares
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62: End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!