Ellios melihat Kirania sibuk bermain dengan boneka teddy bear merah-hitam kesayangannya di halaman belakang, sementara semua keluarga Anderson tengah berkumpul di ruang tamu untuk menyambut kedatangan Damian dan Joshua.
"Ran, kau tidak ikut menyambut kedatangan tuan besar Damian dan tuan Joshua?" tanya Ellios dengan nada penasaran.
Kirania, yang mendengar pertanyaan itu, menoleh sebentar ke arah anak laki-laki berusia 9 tahun itu dan menggelengkan kepalanya. "Mereka tidak memberitahuku. Sebaiknya aku di sini saja," jawab Kirania polos, membuat dua orang dewasa yang berdiri tak jauh darinya meringis.
Sejak kepalanya terbentur beberapa hari yang lalu, sikap gadis kecil itu berubah perlahan. Mulutnya mulai mengeluarkan kata-kata pedas, dan pemikirannya tampak lebih dewasa daripada usianya. Kirania juga menjadi lebih keras kepala dan bar-bar, yang tak lazim untuk ukuran putri seorang pengusaha kaya raya.
Frankie dan Albert, yang menyamar menjadi Alex, hanya bisa terharu dan menangis dalam hati melihat perubahan Kirania. Sementara itu, Ellios hanya bisa menatap gadis kecil yang sudah seperti adik kandungnya dengan iba.
"Tidak perlu menatapku seperti itu," ucap Kirania sambil membalas tatapan Ellios. Dia tidak suka dikasihani.
"Sebaiknya kau bergabung dengan keluarga mu," pinta Ellios sambil menarik kepala boneka teddy bear kesayangan Kirania. Kirania yang tidak rela bonekanya direbut, menarik tubuh boneka merah-hitam itu dengan sekuat tenaga. Terjadilah aksi tarik-menarik antara kedua anak-anak yang berbeda gender tersebut.
"Aku tidak mau! Jangan menarik bonekaku!" pekik Kirania sambil berusaha mempertahankan bonekanya.
Ellios yang tak ingin kalah pun menarik kepala boneka itu sekuat-kuatnya. "Temui saja atau tuan Derrick akan marah besar."
"Tidak mau!" tolak Kirania keras kepala sambil menarik tubuh bonekanya lebih kencang.
"Ku mohon," pinta Ellios sambil terus menarik kepala boneka itu.
"Tidak!"
'BRREEETTT!'
'Brukh' 'Brukh'
Terdengar suara mengerikan dari boneka tersebut saat tubuhnya terpisah. Mereka berdua terjatuh ke belakang sambil memegang bagian tubuh boneka yang telah terpisah. Ellios memegang kepala boneka itu, sementara Kirania memegang tubuh tanpa kepala bonekanya, dan mereka berdua menatap boneka itu dengan tatapan yang berbeda.
Ellios menatap dengan tatapan bersalah, sementara Kirania menatap bonekanya dengan ekspresi sedih, lalu menatap Ellios dengan tatapan membunuh yang berhasil membuat anak laki-laki itu bergidik ketakutan.
"Maafkan aku, Ran. Aku tidak sengaja," bisik Ellios sambil berdiri dengan kaki gemetar. Untuk pertama kalinya, dia melihat Kirania marah, dan ternyata sangat menakutkan.
Ellios segera berlari ketika melihat Kirania mengejarnya dengan sebuah kemoceng yang dia ambil dari seorang maid yang berada di sana.
"Ampuni aku, Ran! Aku tidak sengaja!" teriak Ellios sambil berlari menghindari amukan Kirania. Tanpa sadar, langkah kakinya membawanya menuju ruang tamu.
"Kak Elli, berhenti! Kembalikan bonekaku!" teriak Kirania sambil terus mengejar Ellios dengan kemoceng di tangan.
Alex yang melihat pertengkaran kedua bocah itu hanya menghela napas pasrah sambil menyusul mereka menuju ruang tamu. Namun, saat dia melihat keluarga Anderson sedang menyambut tuan Damian, perasaan kesalnya meluap, dan dia merasa ingin menghabisi pasangan suami-istri tersebut. Tapi saat itu, dia lebih memilih untuk menghentikan kedua bocah yang membuat kepalanya pusing.
"Nona!! Elli!! Tolong berhenti! Tuan Damian sedang berkunjung! Tolong jangan bertengkar di sini!" seru Alex memperingatkan. Namun sayangnya, kedua bocah itu seakan tuli dan tetap berlarian.
"Aku tidak mengenalnya, paman! Bonekaku lebih penting daripada orang yang bernama Damian!" ucap Kirania dengan enteng, tanpa menghentikan kejar-kejarannya, membuat Alex gemas.
Tanpa aba-aba, Alex segera menangkap kedua bocah itu, mengangkat mereka dengan satu tangan masing-masing seperti menenteng tengkuk seekor kucing yang ketahuan mencuri ikan.
"Saya mohon maaf atas ketidaknyamanannya, Tuan," ucap Alex sambil membungkuk sopan, lalu bergegas pergi menuju ruang belakang. Dalam hatinya, dia melayangkan sumpah serapah sambil mengabsen seluruh penghuni kebun binatang beserta petingginya.
"Turunkan kami, paman!" teriak Ellios sambil meronta-ronta.
"Jangan memperlakukan kami seperti kucing, paman! Turunkan kami!" maki Kirania sambil bersedekap, membuat Alex menghembuskan napas frustasi.
Joshua dan Damian hanya bisa cengo melihat kelakuan Alex terhadap kedua bocah tersebut. Mereka berdua saling bertukar pandang sebelum akhirnya Joshua berkata, "Rupanya Ran sangat akrab dengan anak berambut maroon itu."
"Benar sekali, Pak Tua. Mereka seperti anjing dan kucing," sahut Damian sambil terkekeh melihat pemandangan tadi. "Namun, sepertinya Alex merasa cukup tertekan dengan itu."
♦♦♦
Malam datang begitu cepat, Damian dan Joshua telah pergi meninggalkan kediaman Anderson beberapa jam yang lalu.
Kirania tengah memakan roti kering saat melihat Helena memasuki kamarnya dengan tatapan dingin. Tubuh kurus kering bocah itu gemetar ketakutan saat melihat kedatangan wanita itu yang tak lain merupakan ibu kandungnya sendiri.
Wanita itu tidak mengharapkan kelahiran gadis kecil itu karena kesalahannya di masa lalu, dia pernah memperkosa anak laki-laki dibawah umur hingga anak itu nyaris sekarat karena siksaannya. Apalagi saat dirinya mengetahui hamil dan berniat menggugurkan nya, namun dicegah oleh Damian. Saat Kirania lahir, wajahnya begitu mirip dengan remaja laki-laki itu sehingga keluarga Anderson mulai mengabaikannya karena menganggap gadis kecil itu aib semenjak berusia empat tahun.
Hati kecil Helena merasa bersalah pada Ran dan remaja itu, namun ego mengalahkan segalanya. Apalagi publik hanya mengetahui dia mempunyai 2 orang anak.
Mertuanya juga sering kali menyuruh mereka membawanya ke panti asuhan, namun mereka berdua menolak dan lebih senang untuk menyiksa gadis kecil yang tidak tahu apa-apa.
Sulutan rokok, pukulan, tendangan, bahkan kekerasan lainnya sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Ran sejak gadis kecil itu berusia 4 tahun.
Tidak ada yang mau menolongnya, bahkan Emillia juga sering menindas gadis kecil itu yang merupakan adik kandungnya sendiri.
Helena melihat Ran meringkuk ketakutan hanya bisa menyunggingkan senyum merendahkan lalu berjalan menghampiri nya.
"Sebaiknya kau tidak usah banyak tingkah, anak sialan! Seharusnya aku menggugurkan mu waktu itu jika saja ayahku tidak mencegahku!" Umpat Helena sambil mendorong tubuh Ran yang ringkih hingga tersungkur.
Helena lalu menjambak rambut Ran dan menghantamkan ke lantai membuat kepala gadis kecil yang malang itu memar kemerahan. Kirania hanya bisa menangis menahan sakit.
Setelah puas melampiaskan kekesalannya, Helena segera keluar meninggalkan Ran yang menangis kesakitan tanpa menyadari ada yang memperhatikan tindakannya.
Ellios yang sendari tadi memperhatikan perbuatan Helena dari depan pintu memutuskan untuk menghampiri Ran dan memeluknya.
"Ran, kakak ada disini. Jangan menangis lagi, kakak mohon..." Lirih bocah itu sambil mengelus punggung Ran dengan lembut. Berharap tindakannya bisa meredakan tangisan Ran.
Ellios tidak mengerti kenapa Ram diperlakukan seperti samsak hidup oleh keluarga nya sendiri. Bocah itu tidak berani menghentikan tindakan keluarga Anderson kepada gadis kecil malang tersebut mengingat ibunya telah kehilangan nyawa saat mencoba menghentikan tindakan gila keluarga Anderson setahun lalu.
Saat Ellios hendak menghampiri Ran untuk meminta maaf, dirinya melihat Helena memasuki kamar Ran. Karena penasaran dia memutuskan untuk mengintip dari pintu depan dan matanya terbelalak kaget saat melihat perilaku wanita itu.
Ellios memutuskan untuk bersembunyi dan memanggil Alex yang kebetulan berjalan kearahnya dan meminta tolong untuk mengobati Ran setelah menceritakan apa yang dilihatnya tadi.
Perlahan tangisan Ran terhenti bertepatan dengan kedatangan Alex yang membawa sebaskom air hangat dan sebuah handuk kecil. Dengan cepat pemuda itu mengambil Ran yang tertidur di pelukan Ellios dan membopong tubuh ringkih gadis kecil berusia 7 tahun itu menuju ranjang kecil yang hanya muat satu orang dewasa.
Dengan telaten pemuda berwajah sangar itu mengompres luka memar pada dahi Ran. Seumur hidupnya Albert belum pernah melihat kegilaan seperti keluarga Anderson. Pemuda itu hanya bisa berdoa agar kehidupan buruk yang menimpa Kirania segera berakhir.
Ellios hanya bisa memperhatikan kegiatan Alex dalam diam. Dirinya belum mengerti alasan keluarga Anderson memperlakukan Kirania begitu buruk. Dalam hati bocah itu berjanji akan melindungi gadis kecil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments