"Oke, mulai sekarang aku panggil Om, Paman Daddy!" ujar Satria polos setelah beberapa menit berfikir akan ucapan Rafael.
"Satria!" pekik Elen dan Keyra bersamaan.
"Boleh kan mom?" tanya Satria memohon, menatap Elen dan Keyra bergantian.
"Aku pengen ngrasain gimana punya Daddy yang sayang sama aku," ujarnya kembali bersungguh-sungguh.
"Pasti boleh, paman Daddy juga bakal sayang sama kamu," ujar Rafael, sama sekali tak mengindahkan raut wajah Elen dan Keyra.
"Kamu juga boleh panggil Mama Idha, Oma. Nanti kalau Paman Daddy libur, kita jalan-jalan bareng Oma juga, gimana?" tawar Rafa.
Hal menggiyurkan seperti itu tentu tak bisa Satria tolak, hal sederhana yang diinginkannya adalah memiliki orang tua yang penuh kasih. Tanpa kekerasan, tanpa pukul-pukulan setiap harinya.
"Momy ikut gak, Dad?" tanya Satria.
"Enggak! Momy-mu kan harus kerja fullday, hari minggu biarkan dia istirahat," ujar Rafael sekali lagi.
"Kalau gitu Momy Key boleh ikut dong, kan Momy Key kerjanya jaga aku? Iyakan Mom?"
"Eh..." Keyra hanya meringis.
"Satria gak boleh ngrepotin Momy Key terus!" tegas Elen.
"Ayo kita pulang! Key, makasih ya udah jagain Satria. Duh, gak tau harus ngasih apa ke kamu sebagai tanda terima kasih," ujar Elen.
"Kamu ini kek sama siapa," cibir Keyra.
Rafael mengantar pulang Elen dan Satria setelah Ibu dan Anak itu berpamitan.
"Makasih banyak, udah mau direpotin." Elen melambaikan tangan ke arah Rafael.
"Hm, kalian jaga diri baik-baik di rumah."
***
Hampir satu minggu Elen disibukkan menjadi sekertaris Div. Laki-laki itu masih saja tampak cuek dan dingin, bicara seperlunya meski mereka berada di ruangan yang sama.
"Elen, saya hari ini ada acara di luar. Meeting siang nanti kamu atur sama Rafa," ujar Div tanpa menatap Elen.
"Oke siap, Pak. Tapi sebenarnya hari ini juga saya mau i..."
"Apakah izin lebih penting dari clien saya? Elen kamu baru satu minggu kerja, mau izin? Asalkan besok tidak kembali bekerja silahkan," jawab Divine dingin.
Deg! Elen tertegun, boss-nya bukan hanya super irit bicara tapi juga dingin dan kejam.
Elen mendekat ke arah Divine, berdiri membungkuk, "saya minta maaf, Pak. Lain kali tidak akan lancang lagi."
"Sudahlah kembali bekerja, atur bagaimana baiknya. Proyek kali ini saya percayakan pada kamu dan Rafa!"
Elen mengangguk, dalam hati diliputi kecemasan. Karena tak tahan ia akhirnya ke toilet dan berusaha menghubungi Keyra.
***
Sebuah mobil ferrari terparkir di depan TK Pelita harapan, sebagai donatur terbesar sekaligus anak dari pemilik TK itu, Div tentu menyempatkan datang di acara lomba Ayah dan Anak dalam rangka perayaan kemerdekaan bumi pertiwi. Dan, tak tanggung-tanggung jika Divine akan memberikan hadiah cash uang bagi Ayah dan anak terkompak di TK itu.
"Bunda senang kamu datang sayang," ujar Morena Wijaya tersenyum hangat menyambut putra semata wayangnya yang mau hadir di acara kecil seperti ini.
"Aku pasti datang, Bund. Lagian pekerjaan bukan hal yang penting, aku juga harus meluangkan waktu untuk sayap tercantikku ini, karena tanpa bunda aku bukanlah Div yang hebat!" gombal Divine.
"Div, jangan gombalin Bunda ah. Cari pacar dong, biar bukan hanya bunda yang dibuat meleleh terus sama kamu! Ayo kesana, acaranya sudah mau mulai. Hari ini, ayah kamu di kantor pusat nggak bisa dateng jadi Bunda seneng pas kamu bisa meluangkan waktu kesini. Tau kan, meskipun Bunda banyak teman tapi jenuh dan mereka itu adalah penyemangat Bunda," tunjuk Morena pada anak-anak kecil dan rombongan ayah yang sedang berkumpul di lapangan.
"Bunda duluan gih, nanti aku menyusul!" ujar Div, membenarkan dasinya. Balutan jass hitam yang melekat di tubuh Div membuatnya semakin terlihat mempesona di mata siapapun. Namun, sejauh ini Div malas berhubungan dengan wanita. Baginya, wanita hanya akan ada disaat dirinya dikelilingi kekuasaan. Seperti Cassandra, sang mantan yang memilih sepupunya, Noah.
"Oke, bunda tunggu ya. Kamu, jangan lama-lama."
Morena meninggalkan Div lebih dulu berjalan ke lapangan. Sementara Div, pandangannya terfokus pada bocah kecil yang melamun di teras menatap kosong ke arah kerumunan orang-orang.
"Hey, Boy. Kenapa sendirian disini hm?" sapa Divine.
Bocah itu terdiam tanpa menjawab sepatah kata.
"Hey, jagoan kecil. Ada apa? Ada yang bisa Om bantu kah? Kenapa kamu terlihat sedih?" tanya Div sekali lagi.
Satria mendongkak, menatap pria berjass hitam dengan tubuh kekar tinggi itu tanpa berkedip.
"Om siapa? Om punya anak? Anak Om sekolah disini juga?" cerca Satria.
"Tidak, ah belum. Om masih single, kesini hanya untuk melihat-lihat," ujar Div tersenyum.
Satria kembali tertunduk, kali ini pandangannya tertuju pada rerumputan kecil di bawahnya.
Tes...
Tes...
Hari ini bukankah seharusnya ia dan teman-temanya bahagia? Namun, kenyataannya baik ayah atau Momy-nya, Elen tak ada yang datang menemaninya berlomba.
Satria tak kuasa menahan sedihnya hingga tetes air matanya jatuh.
"Boy, ayo ikut Om." Divine mengulurkan tangannya.
Satria menggeleng, ia tak ingin percaya lagi pada pria dewasa manapun. Bukankah kemarin ia baru mempercayai paman daddy-nya tapi sekarang disaat hati kecewa tak ada satupun orang yang mengingat keinginan kecilnya ikut lomba.
"Om punya ayah? Bagaimana rasanya punya ayah? Disayangi ayah atau paling tidak, meskipun Ayah tak pernah bilang kalau om hebat tapi ia memperlakukan Om dengan lembut?" tanya Satria.
Divine terdiam, cukup terkejut dengan pertanyaan lugu dari bibir bocah kecil tampan di hadapannya.
"Ayah Om hebat, dia orang hebat yang mengajarkan Om agar jadi laki-laki sekuat baja. Kau tau, jadi jagoan itu tidak mudah. Sekarang, hapus air matamu dan ikut aku. Kamu akan merasakan bagaimana rasanya punya ayah yang lembut." Div sekali lagi tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Meski ragu, Satria akhirnya meraih tangan itu dan mengikuti langkah Divine ke arah lapangan.
"Bunda, aku temani anak ini ikut lomba ya?" pamitnya pada Morena hingga berhasil membuat para tamu menoleh ke arahnya. Tiba-tiba Divine dan Satria menjadi pusat perhatian.
Satria tak henti-hentinya menatap kagum ke arah Divine yang begitu lihai mengajarinya memakai sumpit saat lomba, dalam hati ia sudah cukup senang meski bukan pemenangnya.
Beberapa kali Satria terbengong tak percaya, pria asing itu menjadi 180° lebih dekat dengannya bahkan tak segan untuk menyuapinya saat para ayah juga menyuapi anak-anaknya.
"Maaf ya, gara-gara Om kamu nggak menang!"
"Gak apa-apa, Om. Gak menang juga aku senang bisa ikut lomba, jadi teman-teman gak akan lagi tanya dimana ayahku," jawab polos Satria.
Deg.
Divine tertegun mendengar penuturan Satria, lantas ia mengusap-usap kepala bocah itu dengan bangga.
"Mau jalan-jalan sama Om? Kamu percaya, kalau teman itu bukan hanya tentang umur yang sama?" tanya Div.
Satria mengangguk, "jadi apa Om mau jadi temanku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Kasihannya Satria🥺
2022-10-29
2
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Kasihan Satria butuh perhatian dan kasih sayang seorang ayah
2022-10-29
2
🌺°°äRïes🌺 ™
Aku aja yang di gombalin div 😭
2022-10-29
0