"Kamu yang namanya Elena?" tanya pemuda tampan memakai setelan jass hitam yang rapi, keluar dari mobil bersamaan Elen keluar rumah menggandeng tangan Satria.
"Om ini siapa, Mom?"
"Saya Rafael, anak pemilik kontrakan ini." Rafael mengulurkan tangannya dengan senyum tersungging manis di bibir.
Elen pun menjabat, " Elena dan ini anakku, Satria."
"Hallo, boy. Senang bertemu denganmu!" Sapa Rafael, akan tetapi respon Satria justru bersembunyi di balik tubuh Elen dan menarik-narik kemeja belakang momy-nya.
"Maaf, dia sedikit sulit dengan orang baru," ujar Elen.
Rafael mengangguk, ia mempersilahkan masuk Elen dan Satria ke dalam mobilnya.
Setelah menghantarkan Satria ke sekolah, Elen bersama Rafael langsung pergi. Namun, bukan ke Wijaya Group melainkan ke sebuah salon ternama.
"Kok kesini?" tanya Elen.
"Kamu itu udah masuk kriteria boss, minimal dipoles dikit biar lebih seger," ujar Rafael gamblang.
"What ??? Sebenarnya Boss kamu itu mau cari sekertaris apa simpanan sih," gerutu Elen meskipun ia sendiri tahu kriteria yang tercantum harus cantik dan menarik.
Tapi tetap saja, Elen merasa ada udang dibalik batu.
"Gak lah, ini murni kemauan aku sebagai assistennya, Boss itu super dingin dan anti wanita, semua sekertaris yang pernah bekerja seksi-seksi pun gak ada yang berhasil menggodanya."
"Apa?" Elen semakin mengernyitkan dahinya.
"Masuk saja, nanti sisanya biar aku yang urus. Apapun cukup kamu iyakan nanti, butuh duit kan?" Rafael menaik turunkan alisnya.
Elen hanya bisa mengangguk pasrah, ia merasa terjebak dalam rencana Bu Idha dan Rafael kali ini. Namun, sekali lagi Elen memikirkan masa depan Satria, asalkan halal Elen akan melakoninya.
Setelah satu jam di make over salon, Elen keluar dengan ragu-ragu karena penampilan barunya yang membuat tak nyaman, bahkan Rafa terang-terangan menatapnya tak berkedip.
"Ish, kenapa? Aku jelek ya?" tanya Elen tak percaya diri.
"Cantik! Kalau boss masih nggak tertarik, berarti dia gak normal."
"Hah?"
"Ayo, karena kata Mama kamu wanita baik, jad..." Rafa terdiam, pria muda berjass itu tampak menghela napas panjang.
"Harus jadi adik kamu yang baik, iyakan?"
"Ya gimana lagi, walaupun nanti Boss gak akan percaya adikku Ibu-ibu yang sudah punya anak," gerutu Rafael.
"Hm, kamu tuh..." Elen sudah mengepalka tangan tak terima, kalau tak ingat lewat Rafael lah ia bekerja.
"Heh, Elen. Baik-baik jadi adik pura-puraku, kau tau semua anak teman Mamaku hampir semua pernah melamar jadi sekertaris Boss, tapi nggak ada yang nyangkut. Kamu berdoa saja," ujar Rafael sebelum akhirnya menghentikan mobilnya di depan gedung menjulang tinggi, dimana perusahaan Wijaya berada.
"Turun dan ikuti aku," ujar Rafael.
Meski ragu, Elen akhirnya mengikuti langkah tegap Rafael masuk gedung. Sangat bersyukur karena putra Bu Idha bukan laki-laki songong hingga ia sedikit tertolong.
"Boss," panggil Rafael setelah berulang kali mengetuk pintu bertuliskan CEO, Divine Sagara.
"Masuk!"
Rafael membawa Elen masuk, tampak Div langsung menyambut mereka dengan dahi mengkerut.
"Ada apa?"
"Ini kandidat terakhir calon sekertaris lo, Boss."
"Lo urus aja gimana, hari ini gue ada acara!"
"Tapi, gak pengen di lihat dulu, minimal dinilai lah cocok gak jadi sekertaris lo!" bisik Rafa setelah maju lebih dekat dengan Divine.
Divine mendongkak, Elen berdiri tegak menghadap ke arahnya.
"Lo keluar!" titahnya pada Rafael.
"Saya, Pak?" Respon Elen.
"Bukan, bukan kamu. Tapi dia," ujar Divine menunjuk Rafael yang nampak cengengesan.
"Oke siap!" Rafael keluar, kini tinggalah Div dan Elen yang duduk berhadapan setelah seperkian menit.
"Boleh saya liat berkasnya?" tanya Div dengan datar.
"Ini, Pak."
"Kamu sudah menikah?" tanya Divine.
"Sudah, Pak!" Elen mengangguk.
"Bagus, kamu diterima. Sekarang kamu pelajari tugas-tugas kamu dengan baik."
"Makasih banyak, Pak!"
"Ini perjanjian kontraknya, jika ada yang belum dimengerti, tanya Rafael. Dan, satu bulan masa percobaan tidak boleh dengan alasan apapun."
"Baik, Pak."
Elen membaca satu persatu kalimat yang tertera di map biru, merasa sudah paham ia pun segera membubuhkan tanda tangan di bawahnya. Dilihat dari sikapnya yang kaku, CEO Wijaya Group seperti tak pernah mengenal wanita akan tetapi jika ingat persyaratan yang tertera dari pesan Rafael membuatnya terheran-heran.
***
Hari itu meski Elen belum mulai bekerja, tapi cukup membuatnya sangat lelah. Terbiasa merawat bunga dan mengerjakan pekerjaan rumah saat dia diberikan tumpukan dokumen-dokumen membuat matanya sedikit syok. Namun, Elen tetap harus semangat demi Satria.
"Mau jemput si boy? Betah gak kerja sama Boss?" tanya Rafael penasaran, sebab tiba-tiba Divine meminta agar meja kerja Elen satu ruangan dengannya.
"Biasa, Boss cuek bebek. Tapi bukan itu masalahnya, hanya merasa grogi satu ruangan sama Boss berasa dipantau setiap gerakku!" keluh Elen.
"Ya itu dia masalahnya, ini pertama kali. Oh, mana alamat rumah teman kamu?" tanya Rafael.
"Ada di jalan XX, toko kue Keyrasa."
"Keyrasa?"
"Hm, pemiliknya adalah temanku!" jawab Elen.
Rafa mengangguk-angguk, mereka sudah sampai di tempat Keyra. Namun, terkejut dengan sosok Bram yang berada disana dengan wajah kesal sedang berdebat dengan Keyra.
"Ada apa ini, Mas?"
"Ada apa? Kamu bisa ngurus Satria gak hah? Jangan karena jadi simpanan orang kaya terus kamu titipkan Satria ke orang lain. Dan kamu, dibayar berapa sama Elen sampai mau diperalat?"
Plakkkk...
"Mas udah gak bantu apa-apa, kenapa harus ngomong yang gak-gak. Aku cari duit halal, Mas! Kalau kamu gak mau kasih duit, mending diam atau pergi dari sini."
"Oh oke, jangan mentang-mentang kamu sekarang bisa cari duit terus bisa sombong ya, Elen. Ingat kamu tu gak lebih dari perempuan matre berkedok, sok minta nafkah halal tapi cari duit sendiri dengan cara haram." kesal Bram.
Rafael yang mendengarnya pun ikut kesal hingga hampir memukul Bram kalau tak tangan Elen menghalanginya.
"Nggak gitu konsepnya bro, kalau mau dihargai istri, perlakukan dia dengan baik. Ya sikap lu aja kayak njing masa minta dihargai , disayang-sayang, pengen dibandrol berapa hah?"
"Udah stoppp!!!" teriak Satria.
"Ayah sama Momy kalau berantem, aku teriak ke orang-orang!" ancam Satria. Keyra berusaha menenangkan bocah kecil itu. Namun, Bram justru membalas ancaman sang putra dengan tatapan sengit.
"Didik anak kamu tuh, biar tahu sopan santun!" ujar Bram seraya berlalu pergi.
"Breng sek kali laki itu," maki Rafael.
"Ada apa sayang, kenapa bisa berantem sama Ayah?" tanya Elen setelah dirasa Satria lebih tenang.
"Satria cuma mau Ayah ikut acara lomba Ayah dan anak, tapi Ayah menolak. Mom, apa memang Ayah gak sayang sama aku, salah aku apa mom?" tanya Satria.
"Enggak sayang, kamu nggak salah. Mama yang salah, Nak."
"Tapi kata Momy Key..."
Rafael merasa kasian terhadap Satria yang besar tanpa sosok figure ayah yang baik.
"Kalau kamu gak keberatan, bisa anggap aku Ayah kamu," ujar Rafael tiba-tiba ikut berjongkok mensejajarkan tubuh jangkungnya dengan Satria.
Elen dan Keyra seketika saling tatap tanpa suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
👙⃝ʀɪsᴍᴀ 𝐙⃝🦜
Wahh alasannya keren gitu ditanya kamu sudah menikah langsung diterima aja ya len moga ceo dingin itu pelan2 gak dingin dan kaku lagi sejak ada kamu
2022-12-14
1
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Astagfirullah, mulut suaminya
2022-10-29
2
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Alhamdulillah, langsung keterima
2022-10-29
1