Pagi-pagi sekali Elen terbangun, suasana baru membuatnya belum bisa menyesuaikan diri. Mengusap wajahnya, Elen keluar kamar meninggalkan Satria yang masih terlelap untuk menuju kamar mandi.
"Astaga, aku lupa membawa skincare-ku." Elen memandangi wajahnya yang pucat dan kusam karena akhir-akhir ini ia sering lupa merawat diri.
"Tak apalah, nanti kalau punya uang bisa dirawat lagi. Saat ini yang terpenting adalah kehidupan Satria. Dan aku harus semangat berjuang untuk itu, aku akan menampar wajah Bram agar dia tahu aku sama sekali tak butuh belas kasihnya membesarkan anakku, aku pasti bisa!" Elen menyemangati dirinya sendiri. Setelah mencuci mukanya, gegas keluar untuk membeli beberapa bahan untuk memasak.
"Satria, kamu sudah bangun? astaga, sudah mandi malah, cakep banget anak momy."
"Aku lapar Mom," ucapnya pelan dengan bibir cemberut.
"Ah iya, tadi Momy beli roti, kamu makan dulu gih dan tunggu lima belas menit sampai momymu selesai membuat sarapan."
"Okelah Mom, apa perlu aku bantu?"
"Tidak sayang, kamu cukup duduk dan menunggu Momy-mu ini. Coba mana semangatnya dulu?" tagih Elen.
Satria tersenyum, "Momy-ku tercantik, semangat ya."
Elen mengusap pucuk kepala Satria, ia sangat bangga pada sang putra yang selalu berhasil merubah moodnya yang buruk menjadi ceria lagi. Meski Elen tahu, dalam hati Satria menyimpan banyak kesedihan karena sikap Bram.
"Mom, boleh gak aku masuk sekolah lagi," mohon Satria.
Elen berfikir sejenak, kemudian mengangguk.
"Yaudah bersiap, momy antar kamu."
"Oke Momy-ku yang cantik!" jawab Satria semangat.
***
TK Pelita Harapan, Elen mengantar Satria ke sekolah. Dulu, anak lakinya terbiasa berangkat sendiri karena jarak sekolah yang dekat, tapi sekarang? Sekolah itu menjadi jauh berjarak hampir tiga kilo dari rumah kontrakannya.
"Pagi, Bu." Elen menyapa salah satu guru Satria.
"Bu Elen, mari masuk. Ada yang ingin saya tanyakan. Satria, kamu gabung sama teman-teman di kelas ya."
"Baik Bu Wina." Satria mengangguk sopan lantas meninggalkan Momy-nya dan guru untuk masuk ke dalam kelas.
Dua perempuan muda itu kini tampak duduk berhadapan di ruang guru. Bedanya, Elen adalah Ibu Satria, sementara Wina, Guru TK Satria.
"Begini, Bu Elen. Sekolah kami akan mengadakan acara lomba untuk Ayah dan Anak. Tapi, selama ini Satria belum pernah membawa ayahnya ke Sekolah. Apa..." Wina menunduk, ia sungguh tak enak membicarakan hal seperti ini pada Elen.
"Saya tahu, Bu. Tapi, kami sudah bercerai dan untuk Ayah Satria, ia sibuk kerja, apa saya boleh menggantikannya?"
"Bu Elen yakin? Memang boleh digantikan kalau Ayah dari murid tidak bisa hadir," ujar Wina berusaha memahami posisi Elen.
"Sebenarnya saya mau mengajak pindah sekolah Satria karena jarak tempat tinggal baru kami jauh, tapi..."
"Bu Elen, ada baiknya jangan. Karena hanya tinggal menunggu hitungan bulan Satria lulus TK dan masuk Sekolah Dasar, dia pintar dan punya banyak teman disini. Sangat kasihan jika harus beradaptasi di lingkungan baru lagi. Lebih baik tunggu sekalian lulus," saran Bu Wina.
"Baik, Bu."
"Kalau begitu saya daftar nama Bu Elen sebagai pengganti ayahnya Satria ya? kebetulan minggu depan acaranya, jadi Ibu bisa latihan kekompakan dulu di rumah," ujar Wina sekali lagi menjelaskan.
Elen mengangguk, setelah pembicaraan usai ia pun pamit pulang.
***
"Elen, baru pulang ya?" sapa Bu Idha pemilik kontrakan.
"Iya, Bu. Mari masuk," ujar Elen.
Idha tersenyum, Wanita paruh baya cantik itu mengikuti langkah Elen memasuki rumah minimalis miliknya. Sejujurnya ia sangat kagum pada Elen sejak pertama kali bertemu.
"Barangkali kamu butuh pekerjaan, ini tadi anak saya Rafa ngasih info. Sebenarnya suruh bagi ke teman arisan, tapi kembali saya pikir kamu lebih butuh. Perusahaan Wijaya Group butuh sekertaris CEO."
"Sekertaris Bu?" tanya Elen menatap Bu Idha tak percaya.
Idha mengangguk, lantas menyodorkan ponselnya dimana Rafael mengirim pesan perihal lowongan kerja.
Elen membaca satu persatu persyaratan sebagai sekertaris CEO Wijaya Group, agak ragu akan tetapi melihat gaji yang akan diterima dalam sebulan jika bekerja membuatnya tertarik.
"Lima puluh juta sebulan, Bu?" tanya Elen masih tak percaya.
"Iya, Nak. Gaji anak saya sebagai assisten pribadi saja seratus juta sebulan." Idha mengu lum senyum.
"Hah?"
"Jangan kaget, segitu juga udah setara di perusahaan manapun. Makanya, saya nggak begitu butuh uang, kan ada anak. Suami juga sudah nggak ada, pengennya tinggal menikmati masa tua sambil nimang cucu," terang Idha, berulang kali menghela napas jika mengingat sang anak. Royal dalam hal uang dan perhatian, akan tetapi susah sekali jika disuruh menikah.
"Kalau segitu banyaknya masa depan Satria bisa terjamin," gumam Elen.
"Tapi Bu Idha, ini syaratnya..."
"Itu dia, Elen."
"Tapi gak apa-apa, aku coba dulu barangkali lolos."
"Semoga. Besok anak saya akan datang kesini jemput kamu. Jika CEO bertanya, kamu bilang saja ponakannya Rafa. Elen, saya begini karena peduli sama kamu, saya tau gimana susahnya membesarkan anak seorang diri, dan kamu harus semangat ya."
"Makasih banyak, Ibu. Andai Ibu dan Ayah saya seperti Bu Idha, mungkin seberat apapun masalah aku akan percaya diri bisa menghadapinya, tapi..." Elena menunduk, antara kesal dan kecewa menjadi satu. Kedua orang tua seolah tak perduli dengan nasibnya saat ini.
"Sabar, Ibu yakin kamu wanita yang kuat. Kalau begitu, Ibu pamit pulang, jika siap Rafa akan menjemputmu besok pagi, Elen."
Elen mengangguk, ia mengantar Ibu paruh baya itu sampai depan pintu kemudian nampak sebuah mobil menjemputnya di depan kontrakan.
"Saya pamit, Elen."
"Makasih banyak Ibu." Elena melambaikan tangan lantas tersenyum.
Kembali masuk, ia menyiapkan berkas-berkas yang akan digunakan untuk melamar kerja besok.
"Satria gimana?" menghela napas perlahan, kemudian terduduk, Elen berusaha menghubungi Keyra sahabatnya.
"Iya, Len?"
"Aku bisa nitip Satria sama kamu nggak?" mohon Elen.
"Bisa-bisa, nanti pulang sekolah biar aku yang jemput."
"Serius kamu?" tanya Elen sekali lagi.
Keyra malah terbahak, "tentu serius, aku ini kan momy angkatnya Satria, tak apa biar dia ikut aku ke toko kue."
"Makasih, Key. Aku baru mau mulai kerja, doain ya moga nggak di tolak, cukup cintaku saja yang pernah ditolak," ujar Elen sambil mengelap ingusnya.
"Ishh, curhat bu. Lagian itu udah dari jaman SMA, masih ngarep sama kulkas yang bahkan gak kenal kamu sama sekali," omel Keyra.
"Nggak ngarep kok, cuma kagum sama kegantengannya yang melebihi batas wajar."
"Inget, inget sama yang di rumah, jangan sampai laki tua kamu yang emosiannya segunung?" lagi-lagi Keyra mengomeli Elen.
"Iya iya, aku udah mau cerai sama Mas Bram kok," gumam Elen. Akan tetapi telepon sudah terputus membuat Elen mengernyitkan dahi.
"Ah, mati lagi ponselnya."
***
Siang itu lepas menjemput Satria, Elen mengajaknya mampir ke toko kue milik Keyra. Selain melepas rindu dengan sahabatnya, Elen juga menceritakan semua masalah dengan Bram pada sahabat terkasihnya.
Merasa beruntung meski mantan suami dan orang tuanya jahat, Elen masih dikelilingi beberapa orang baik yang membantunya.
"Jadi mulai besok aku sama Tante?" tanya Satria.
Keyra mengangguk antusias, "bukan tante, tapi momy, panggil aku momy."
"Tapi..."
"Iyain aja sayang, biar tante kamu seneng!" bisik Elen.
"Oke, jadi aku punya dua momy tapi gak punya ayah!" ujar Satria tanpa senyum.
"Satria!!" Elen dan Keyra saling tatap, kenapa bocah itu mendadak berubah lesu.
"Satria kan punya momy, Satria juga punya ayah Bram." Elen berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Satria, sementara Keyra mengusap-usap pundak bocah itu.
"Buat apa mom? Ayah nggak perduli sama aku, mau seberapa kali aku berusaha jadi pintar, bahkan jika aku mendapat nilai terbaik, ayah tak akan perduli, apa aku ini bukan anaknya? Apa aku tidak boleh mendapat pujian dari Ayah, aku ingin merasakan gimana Ayah bilang aku hebat, aku ingin dengar ayah bilang bangga sama aku, hiks." Satria menunduk lesu dan menangis.
"Sayang, percaya sama momy kelak kamu akan mendapatkan hal itu." Elen berusaha memeluk Satria dan menenangkannya, dalam hati juga merasa sesak. Sedihnya Satria adalah kepatahan hatinya yang paling menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
👙⃝ʀɪsᴍᴀ 𝐙⃝🦜
Semoga suatu saat kamu akan punya ayah yang jauh lebih baik dari ayah kandungmu ya satria… dan semoga elen bisa diterima di kantor ceo itu..
2022-12-14
2
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
semoga segera punya Ayah, yg menyayangi ibumu
2022-10-29
2
🌺°°äRïes🌺 ™
anak yang gak tau apa-apa akan jadi korban, sedih 😭
2022-10-29
0