NC

Tujuh tahun kemudian

19 Oktober 2019

Lengan kanan Shaka bergerak merapihkan dasi yang melingkar di kerah bajunya. Nampak, ia berdiri di samping sebuah sedang mewah keluaran terbaru. Tubuhnya berdiri tegap menghadap ke sebuah rumah yang begitu luas dan mewah.

Trek

Bagian pintu terbuka lebar.

Seorang perempuan keluar dengan dress berwarna putih yang terpasang di tubuhnya. Tak lama kemudian seseorang mengikutinya, seorang perempuan yang lebih tua darinya terlihat mengenakan setelan jas berwarna krem dengan rambut pirang yang terikat.

“Arshaka rafeeq?” tanya perempuan berambut pirang itu.

Shaka mengangguk, mengonfirmasi identitasnya.

“Saya langsung ke kantor, tolong antar anak-anak dengan baik” ujar seorang perempuan yang mengenakan dress putih.

Perempuan berambut pirang itu mengangguk mengiyakan. Sementara, perempuan satunya berjalan menghampiri Shaka. Lalu, berdiri tepat di sampingnya.

Shaka menelan ludahnya, tak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

“Ekhem” perempuan berambut pirang itu berdeham memberi aba-aba.

Shaka menaikan alisnya. Dengan cepat tubuhnya berbalik. Berjalan menuju pintu belakang mobil. Lalu, membukanya mempersembahkan perempuan itu duduk di jok belakang.

“Ishh” perempuan itu berdecak kesal. Setelah melihat cara kerja Shaka yang lamban.

Lima belas menit berlalu keduanya masih berada di dalam mobil yang di kendarai Shaka. Hening, tak ada obrolan yang keluar dari keduanya.

Jari telunjuk Shaka mengetuk-etuk bagian setir mobil. Mencoba, meredakan rasa gugup yang memenuhi hatinya.

Ia memejamkan matanya, mencoba mengingat-ingat profile yang di bacanya tadi malam.

“Putri Marcella” gumamnya.

Mencoba mengulangi nama orang yang berada di belakangnya.

“Putri Marcella, Anak tunggal pak Marcel, CEO dari perusahaan Semesta Raya grup, punya anak kembar Nathan Nala, dan belum nikah” bergumam dalam hatinya, mengingat-ingat point yang penting

“Eh” ujarnya merasa ada yang salah, kemudian dahunya mengernyit.

“Kenapa, ada yang salah?” tanya Cella, menyadari erangan Shaka.

Shaka menggeleng.

“Pastikan jangan salah jalan, jadwal saya padat hari ini” ujarnya, memberi tahu.

Shaka menganggukkan kepalanya, mengiyakan ucapan Cella.

####

08.50 wib

Keduanya sampai di sebuah gedung pencakar langit yang berlokasi di senopati.

Cella berjalan memasuki gedung dengan menenteng tas bermerk merhes miliknya. Tas berwarna krem itu melengkapi penampilannya. Seolah menjadi kebiasaan setelah Cella memasuki gedung. Beberapa staff menghentikan aktifitasnya dan langsung menyapa Cella. Meskipun setiap sapaan itu tak pernah berbalas apapun.

Tap

Pintu lift terbuka.

Beberapa orang bergeser ke sebelah kanan dan kiri. Memberi ruang untuk Cella.

Tanpa pikir panjang, Cella langsung melewati orang-orang itu dan mulai masuk ke dalam lift sendirian. Tak satu pun dari karyawan yang ikut masuk.

Mereka, membiarkan pintu lift tertutup begitu saja.

Cella menatap ke arah pintu lift yang memantulkan bayangan tubuhnya. Sudut bibirnya terangkat, seolah menandakan sesuatu.

“Apa yang membuat dia seperti itu? Bagaimana bisa semua orang tunduk terhadapnya. Bahkan, tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Apa kah dia benar-benar berpengaruh di tempat ini?” gumam Shaka dalam hatinya, setelah melihat kejadian itu.

Shaka menurunkan ipad yang berada di genggamannya. Kepalanya menoleh ke sebelah kiri, kemudia ia membalikkan tubuhnya berjalan ke arah yang berlawanan.

“Shaka” panggil seseorang.

Shaka menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke sumber suara.

Terlihat perempuan berambut pirang itu berjalan ke arahnya.

Shaka menunggingkan senyumnya, menyapa.

Anna menghentikan langkahnya tepat di hadapan Shaka, senyumnya menungging, menyapa Shaka dengan hangat.

“Anna, sekertaris bu Cella” ujarnya memperkenalkan diri, dengan menjulurkan lengannya terlebih dahulu.

“Hmm” Shaka bergumam. “Shaka” lanjutnya memperkenalkan diri.

Anna mengangguk, sudah jelas ia mengetahu namanya.

“Mau kemana?” tanyanya antusias.

Shaka mengangkat lengan sebelah kirinya, menunjukkan ipad yang masih berada dalam genggamannya.

“Ini, tadi ketinggalan di mobil” ujarnya, membalas.

“Ohh, sini biar aku yang bawa” tawar Anna.

Shaka memiringkan kepalanya.

“Udah gapapa” lanjutnya lagi sambil mengambil alih ipad yang dibawa Shaka.

Shaka mengiyakan, tanpa memberi perlawanan apapun.

“Kamu tunggu aja di mobil, sambil istirahat atau ngapain kek” umur Anna kembali memberi saran.

Selanjutnya terlihat ia mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya. “Ini” ujarnya.

Shaka mengernyitkan dahinya tak mengerti.

“Udah pake aja, beli makan atau apa aja. Terserah” lanjutnya lagi, sambil meletakkan kartu yang di miliki nya di tangan Shaka.

Selanjutnya Anna mempedekat jaraknya dengan Shaka, dengan lengan yang masih menggenggam pergelangan pria itu. Ujung bibirnya ia dekatkan tepat di telinga Shaka.

“101190” ucap Anna berbisik.

“itu passwordnya” lanjutnya.

####

13.00 WIB.

Shaka masih terdiam di depan mobil yang masih terparkir di bawah gedung itu. Sesekali ia melihat ke arah sekitat, memperhatikan. Kepalanya menengadah melihat ke arah puncak gedung yang hampir menyentuh langit.

Tanpa di sadari senyumnya mengembang, dengan lengan yang terangkat seolah ingin menyentuh langit yang berwarna biru muda itu.

“Ayo” ujar seorang perempuan, menghentikan aktifitas yang tengah Shaka lakukan. Kurang dari sedetik ia langsung menurunkan lengannya. Beranjak dari tempatnya, kemudian langsung membukakan pintu untuk Cella.

Kurang dari lima menit mobil itu sudah berjalan di jalanan ibu kota.

Shaka mengalihkan pandangannya dari peta yang tertera di bagian layar mobil. Dengan seksama ia mengikuti arahan dari layar. Untuk mengantar Cella ke tempat yang ia tuju selanjutnya.

Tiga puluh menit berlalu, keduanya sampai di parkiran di sebuah gedung universitas semesta. Universitas swasta yang di bangun nenek moyang Cella. Selain bekerja di perusahaan milik ayahnya, Cella juga merupakan salah satu dosen yang mengajar di kampus milik kakeknya. Meskipun punya tempat khusus, Cella bersikap profesional sebagai pengajar. Bahkan, bisa dibilang ia merupakan salah satu dosen yang aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan yang di adakan oleh staff maupun para aktivis kampus.

####

18.00 wib

Dua jam berlalu, kini Cella sudah berada di tempat lain. Yakni, sebuah tempat perbelanjaan ternama yang berada di jakarta selatan. Kali ini, terlihat Shaka berada di belakangnya mengikuti Cella. Cella berjalan dengan langkah pasti, menuju sebuah toko furniture. Ia berjalan, melihat-lihat setiap barang yang menarik perhatiannya, dengan lengan yang terlihat menyentuh beberapa bagian, memastikan tak ada debu yang menempel di barang-barang mahal itu.

Shaka mengernyjtkan dahinya, setelah melihat Cella yang duduk di sebuah kursi dengan meja panjang yang berisi sebuah komputer juga beberapa berkas di hadapannya.

“Apa tempat ini, juga miliknya?” tanya Shaka dalam hatinya.

Ia menghentikan langkahnya, memberi jarak sekitar dua meter. Kepalanya sedikit menunduk, dan terus mainkan sepatu yang terpasang di kakinya.

Satu jam berlalu.

Terlihat seorang wanita paruh baya, dengan dandanan glamor. Lengannya menenteng tas ber merk kenamaan. Dadanya terlihat bising ke depan. Terlihat, sangat percaya diri dengan apa yang ada di dirinya.

Cella beranjak dari tempatnya.

“Malam, bu Maria” ucap Cella menyapa. Ia melangkahkan kakinya, mendekat kemudian Lengannya merangkul membawa ke dalam pelukannya kedua pipi mereka saling menyentuh. Terlihat, sangat akrab. Tak lama setelahnya, terlihat Cella yang mempersilahkan perempuan itu untuk duduk di sofa.

“Halo, Cantik” ujarnya membalas sapaan Cella, dengan senang.

Cella tersenyum. Ia kembali melangkahkan kakinya, menuju meja. Lalu mengambil sebuah berkas yang sudah ia siapkan jauh sebelumnya.

“Ini berkasnya bu, sudah saya siapkan” ujar Cella sambil meletakkan berkas itu di meja. Tak lama setelahnya, ia duduk di samping bu Maria.

“Silahkan di tinjau kembali” sambungnya.

Maria mengangguk kemudian ia mengambil berkas yang di letakkan Cella.

Dalam berkas itu terlihat selembar kertas perjanjian jual beli. Antara Maria dengan Cella.

Barang yang di jual Cella merupakan barang yang jarang di temui, di kalangan biasa. Dan bisa di bilang hanya ada dalam jumlah yang terbatas. Dan untuk memiliki barang yang ingin di miliki. Di tempat Cella mengharuskan semua tindakan perdagangan tertulis ditambah di atas putih. Untuk, mengestimasi kejadian yang tidak diinginkan.

Trek

Maria mengeluarkan sebuah bolpoin, kemudian langsung menandatangani kertas itu, lalu menyimpan kembali ke dalam tempatnya.

Cella tersenyum puas, setelah semuanya berjalan dengan lancar.

“Ini” ujar Maria, sembari menyerahkan sebuah amplop berukuran kecil dari tasnya.

Cella menerimanya, kemudian ia membuka amplop. Di dalam amplop terdapat selembar cek dengan jumlah uang yang sangat besar.

Mata Cella membelalak, setelah menyadari jumlah itu lebih dari perjanjian awal. Kemudian, bola matanya bergerak menatap ke arah Maria.

“Cella ngga bisa Terima ini, ini kebanyakan bu” ujarnya, sambil kembali menyerahkan amplop ke dalam tangan Maria.

“Ngga Cel,” ujar Maria. Lengannya meraih lengan Cella, dan meletakkan kembali amplop.

“Tapi bu, ini berlebihan” lanjutnya lagi.

Maria menghela nafasnya.

“Kamu yang berlebihan Cel, anggap aja ini sebagai bonus dari kerja keras kamu” balas Maria, kemudian ia beranjak dari tempatnya.

“Ayo, temani Ibu makan” lanjutnya.

“Iya bu, sebentar” ucap Cella.

Kemudian ia berdiri, berjalan menuju meja dan langsung mengambil tas miliknya.

Keduanya berjalan di setiap sudut Mall. Tujuan untuk makan malam sempat tertunda. Karena keinginan Maria yang terus menerus mampir dari satu toko ke toko lainnya.

Shaka masih berada di belakang, mengikuti keduanya berjalan menuju sebuah restoran western yang berada di lantai satu.

Cella menghentikan langkahnya. Dan meminta untuk Maria menunggunya sebentar. Ia membalikkan tubuhnya, berjalan menuju Shaka yang masih mengikutinya.

“Kamu, tunggu saja di mobil” ujar Cella memberi perintah.

Shaka mengangguk mengiyakan, berpamitan dengan Cella kemudian meninggalkan keduanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!