#Hari yang rumit

Malam pun hadir. Hari libur berakhir. Esok pasti akan lebih menyebalkan dari hari kemarin. Ia menjatuhkan tubuhnya di kasur. Teringat kejadian hari ini, buru-buru dia bangun dan mengambil ponselnya, lalu berbaring kembali.

Ia hampir mengirim pesan pada seseorang. Tapi rasanya ragu. Iapun meletakkan ponselnya kembali. Namun tak lama. Ponselnya berdering membuatnya terpaksa mengambilnya kembali.

"Hallo."

Dari seberang terdengar samar berbicara. Entah apa. Tapi yang jelas Yuna pun mengiyakannya.

"Baik." Ia hanya menjawabnya sembari terpejam.

"Besok aku akan kesana." kemudian tertidur.

Almira membuka pintu.

"Kau di dalam Yuna?" Tanyanya lirih. Ia kira anaknya belum pulang. Nyatanya ia mendapati Yuna sedang berbaring di atas kasur.

"Ibu kira kau belum pulang. Apa kau sudah tidur?" Tidak ada jawaban. "Ada Demy di bawah, katanya ingin bicara denganmu." Masih sama, tidak ada jawaban. Ia malah mendengkur semakin keras membuat ibunya merasa kesal.

"Dasar anak ini. Bisa-bisanya dia mendengkur didepanku. Lebih baik aku tinggalkan saja dia."

Ia pun beranjak pergi. Keluar dan menemui Demy di bawah sana.

"Maaf, Demy. Tapi Yuna sudah tidur. Hh. Dia mendengkur begitu keras. Dan ibu merasa kasihan untuk membangunkannya."

Demy hanya tersenyum, "tidak apa, Bibi. Dia jarang sekali punya waktu seperti ini. Jadi jangan bangunkan dia atau mengganggunya saat ia tengah beristirahat. Hari-harinya begitu penat."

"Syukurlah kau mengerti. Makanlah sup bersamaku sebelum kau pergi. Aku sudah memasak begitu banyak sup sore tadi. Tapi Yuna belum memakannya sedikitpun. Azof pasti pulang larut malam lagi. Jadi kau harus menemaniku makan."

Demy tersenyum lagi. Kali ini senyumnya agak mengembang.

"Kalau begitu, mari kutemani. Aku juga ingin menghabiskan sup Bibi yang terkenal nikmat itu."

Mereka tersenyum gembira. Berjalan bersama menyusuri ruangan dan duduklah mereka di meja makan. Almira membawa semangkuk besar sup buatannya sore tadi. Mereka pun menikmatinya bersama.

....

Esoknya, Yuna terlihat turun dari mobilnya. Di belakang dua asistennya menenteng beberapa koper besar miliknya. Dia menaiki lift dan berjalanlah mereka ke sebuah Apartemen. Dia berhenti di salah satu pintu. Yuna berusaha memencet beberapa tombolnya. Salah !!!

"Apa? Kenapa aku tidak ingat berapa sandinya." Dia berbalik dan bertanya pada Kimi, asistennya.

"Coba kau ingat Kimi!"

"Aku tidak tahu. Kau kan baru mengajakku kemari."

"Benarkah? Jadi kau belum pernah kesini?" Ia menepuk jidatnya. "Oh iya.. Aku lupa. Aku, kan belum pernah kemari dengan orang lain selain Ibu dan Kakakku."

Ia berpikir. "Coba kutanyakan pada Ibu."

Yuna memencet tombol di ponselnya dan menghubungi ibunya di seberang. Ibunya menjawab.

Dari kejauhan terlihat Managernya datang. Dan di belakang di susul seseorang yang tak asing baginya.

"Apa? Ibu juga lupa sandinya?"

Hal itu tak sengaja didengar oleh Jian. Ia hanya menyunggingkan senyum. Sementara Yuna yang menyadari kehadiran Jian langsung merendahkan suaranya.

"Baiklah aku akan tanyakan pada Kakak."

Jian berjalan mendekat. Yuna sudah berpikir macam-macam kala itu. Menyadari betapa dekatnya jarak mereka. Yuna berdiri diam di ambang pintu.

"Kenapa kau di depan Apartemenku?" Memencet beberapa angka dan membuka pintu.Jian berhasil masuk.

"Apa?" Yuna begitu terkejut.

"Kau salah Yuna. Ini bukan Apartemen kamu. Ini milik Mr Jian." Ucap sang Manager membenarkan.

"Apa katamu ? Unit berapa ini?" Ternyata salah. Itu unit 109 dan miliknya berada di unit 110. Lagi-lagi dia bertingkah konyol.

....

Semua sudah terkemas rapi. Dua asistennya pun sudah pulang. Tinggallah dia sendiri. Ia merasa sedikit bergidik. Rasanya memang horor.

Ia terpaksa memanggil Hani untuk menemaninya malam ini. Tidak mungkin dia bisa bertahan di malam pertama berada di Apartemen miliknya. Rasanya tidak pernah.

Hani datang tepat pukul delapan malam.

"Yuna, kenapa kau berpikir untuk pindah kesini?"

"Tadinya aku tidak pernah berpikir begitu. Pak Manager yang menyuruhku pindah kesini. Karena disini tempat paling dekat dengan lokasi syuting. Ia memaksaku agar aku tidak terlambat lagi."

"Pak Harry benar. Kau selalu datang terlambat." Ia tersenyum.

"Kau tahu? Aku bertetangga dengan Jian."

"Oh ya ? Pengusaha muda itu? Apa dia terkesan padamu ?"

Wajahnya mendadak cemberut.

"Jangankan terkesan. Berkenalan saja tidak mau."

Hani tertawa terbahak bahak.

"Apa maksudmu? Kau tidak perlu tertawa sekeras itu bukan ?"

"Terdengar lucu.. Seorang Yuna, aktris tercantik, diabaikan oleh seorang laki-laki.. Rasanya agak aneh saja." Dia tertawa lagi.

"Ishh.. Kau juga sama, diacuhkan oleh Kak Azof. Kau pikir hanya aku saja yang punya nasib malang?"

"Aku hanya belum punya kesempatan."

"Lalu apa bedanya denganku?"

Mereka terdiam. Tak lama Demy datang membawa makanan.

"Hallo, Yuna." Menyapa.

"Kau juga disini, Hani?"

"Apa yang kau bawa ?" Melirik bungkusan di tangan Demy. "Apa itu makanan ?"

Demy tersenyum.

"Untung aku membeli tiga bungkus tadi.." Duduk menyamakan Hani dan Yuna.

"Wah. Aku memang beruntung. Dari tadi aku disini tidak ada suguhan apapun yang dia keluarkan untukku.."

"Aku malas mengambilnya.." Tersenyum membuka satu persatu bungkusan itu.

"Wah. Kau membeli bakmi? Apa masih ada yang jual larut malam seperti ini?" Dia melanjutkan. "Sudahlah. Kau tak perlu menjawabnya. Aku akan ambil satu untukku."

"Aku juga mau. Jangan kau habiskan semua."

"Apa aku serakus itu?"

Demy tertawa. "Sudahlah. Semua pasti kebagian."

....

Yuna melangkah keluar Apartemen bersamaan dengan Jian yang juga hendak keluar. Mereka bertemu di lift. Singkat saja mereka berbincang.

"Kau mau keluar?" Tanya Yuna memulai percakapan.

"Iya."

"Apa kau mau ke Supermarket? Aku akan ikut denganmu."

"Apa aku terdengar mengajakmu pergi bersamaku?"

"Ayolah. Kita sudah pernah jalan berdua hari itu."

Jian membuang nafasnya kasar. "Baiklah."

Jian lebih dulu pergi. Sementara Yuna terlihat mengekorinya di belakang. Mereka berjalan kaki saja. Jarak antara Apartemen dan Supermarket memang tidak terlalu jauh.

Beberapa menit kemudian, mereka pun telah sampai. Langsung saja mereka masuk dan membeli beberapa bahan dapur. Asik mereka berbelanja bersama, hingga tak terasa hampir satu jam mereka disana. Membeli kebutuhan mereka sendiri.

Yuna yang hanya memakai kulot putih dan T shirt pendek berwarna hijau mint tersebut terlihat nyaman saja berbelanja. Hingga keadaan tak terduga pun terjadi.

"Pergilah ke toilet dan aku akan menyusulmu." Ucap Jianan sembari mengikatkan jaketnya di pinggang Yuna.

"Apa? Apa yang terjadi?" Yuna yang tidak tahu apapun hanya kebingungan melihat tingkah laku Jian terhadapnya.

"Tidak usah banyak bicara, dan lakukan saja tugasmu."

Ia bergegas mengantar Yuna, lalu pergi mencari sesuatu.

Dia sudah menemukannya. Tapi dia sangat ragu. Masa iya Jianan seorang CEO terkenal harus membelinya. Ahh ..

Apa yang harus aku lakukan?

Tidak ada pilihan lain. Segera ia menyambar pembalut di depannya dan membayarnya di bagian kasir. Tentu saja banyak yang menertawakannya.Ahh masa bodoh !!

Jian mengantar benda itu ke toilet. Ia mengetuk pintu. Kemudian pintu terlihat terbuka sedikit. Jian memalingkan muka sembari memberikan pembalut kepada Yuna.

"Hei!" Lirihnya.

"Kenapa?"

"Terima kasih atas bantuanmu. Tapi sepertinya celanaku benar-benar tidak bisa di selamatkan." Ia terlihat memohon. "Maukah kau membelikannya untukku?" Wajahnya semakin memelas.

"Hhh. Apa boleh buat."

Jian kembali berlalu. Mencari toko baju dan membelikan sebuah jeans wanita. Berlari ia kembali ke toilet dan memberikannya pada Yuna. Masalah usai.

Mereka keluar dengan selamat. Tentunya masih dengan penyamaran ketat. Kacamata dan topinya.

"Apa kau ingin makan ?" Tanyanya sambil melihat jam ditangannya.

"Tidak. Aku akan masak sendiri dan memakannya di rumah."

"Hhh. Rasanya kurang kalau pergi keluar tapi tidak makan sedikitpun. Kau harus bertanggung jawab karena telah berjalan bersamaku hari ini. Ajaklah aku makan." Ia mulai berandai.

"Setidaknya semangkuk bakmi pedas bisa membuatku kenyang."

Sampailah mereka di sebuah Restaurant. Yuna sudah menghabiskan dua mangkuk bakmi. Dan kini dia akan menghabiskan mangkuk yang ketiga. Jian yang melihatnya hanya diam.

Jian memang tidak terbiasa makan di luar. Jadi rasanya agak sungkan saja. Dia lebih senang memasaknya sendiri. Paling dia makan di luar hanya saat dia merasa tidak ada waktu luang.

Dia terdiam memandangi gadis di depannya. Ia berasa mual.

"Kau tidak mau makan?"

"Aku masih kenyang." Bagaimana tidak? Melihat Yuna makan saja rasanya perutnya ikut terisi.

"Bagaimana mungkin? Kita sudah berjalan seharian dan tidak ada makanan sedikitpun." Yuna mengangkat tangan. "Semangkuk bakmi."

"Apa kau masih belum kenyang?"

"Aku sudah kenyang. Lagipula aku memesannya untukmu."

Tak lama pesanan pun datang. Jian pun memakannya dan dalam sekejap bakmi sudah lenyap tak tersisa.

"Apa kau sudah selesai ?" Yuna berbisik. "Cepat kau bayar semua makanannya, aku akan menunggumu di luar."

"Tapi aku hanya menghabiskan satu porsi saja."

"Lalu apa masalahnya ?" Dia bangkit dan menenteng tas plastiknya. "Cepat bayar tagihannya,dan bawa juga tas belanjaan mu." Dia berlalu pergi.

"Wanita itu." Umpatnya sembari menutupi kekesalannya.

....

Mereka pulang begitu larut. Masing-masing menenteng tas belanjaan ditangannya. Mereka berhenti di depan pintu Apartemen. Apartemen mereka memang berhadapan.

"Terima kasih atas bantuanmu."

"Kau sudah banyak berhutang padaku."

"Apa?"

"Aku sudah sangat malu hari ini karena telah membeli barang yang belum pernah aku beli sebelumnya." Dia menoleh. "Kau harus membayar apa yang sudah kau perbuat."

"Apa? Ternyata kau orang yang sangat pelit. Aku bisa membayarnya jika tidak dalam keadaan terdesak. Lagipula berapa yang harus aku berikan padamu? Cepat katakan!!"

"Ini bukan soal uang. Tapi ini tentang harga diri." Dia hendak masuk tapi buru-buru Yuna meraih tangannya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Tidak ada. Kau hanya harus lebih berhati-hati saat keluar. Jangan sampai kejadian yang sama kau ulangi lagi. Selamat malam." Membuka pintu dan masuk.

Terpopuler

Comments

Bukan mawar🥀

Bukan mawar🥀

Aku mampir thor, cerita nya seru. Tapi sambil nyicil ya baca nya,🥰

2022-11-03

1

lihat semua
Episodes
1 #Perkenalan pertama
2 #Ada apa dengan Yuna??
3 #Hari yang rumit
4 #Apa Aku Jatuh Cinta?
5 #Betapa Malunya Aku....
6 #Situasi yang Kacau
7 #Kecelakaan
8 #Koma
9 #Yuna Sadar
10 #Haruskah Aku Mengakuinya?
11 #Rahasia yang Terbongkar
12 #Rahasia yang Terbongkar 2
13 #Terimalah Aku
14 #Melukis Senja
15 #Menikmati Waktu yang Tersisa
16 #Kondisi Jian Memburuk
17 #Jian Koma
18 #Pertemuan yang Mengejutkan
19 #Permintaan Maaf
20 #Demy
21 #Penantian yang Lama
22 #Masalah yang Tiada Henti
23 #Ulang Tahun Penuh Kesedihan
24 #Asmara
25 #Masalah Perasaan
26 #Apa yang Terjadi
27 #Lubang Kehancuran
28 #Yuna Terjebak
29 #Apa ada Pilihan Lain?
30 #Keputusan Yuna
31 #Keluar Kota
32 #Kesedihan Yuna
33 #Tempat Tinggal Baru
34 #Hari Baru
35 #Teka-Teki Baru
36 #Menguak Rahasia
37 #Menguak Rahasia 2
38 #Terbangun dari Koma
39 #Menderita
40 #Menyingkap Tabir
41 #Dua Sisi
42 #Memulai Perjalanan
43 #Selangkah Lebih Maju
44 Selangkah Lebih Maju 2
45 #Kedatangan Ibu Mertua
46 #Perasaan yang Masih Sama
47 #Diberi Kepercayaan
48 #Tanda Tangan
49 # Kejutan di Rumah Baru
50 #Kita Cerai !!!
51 #Masuk Penjara
52 #Cinta Segitiga
53 #Aku Tidak Mau Menjadi Perusak Rumah Tangga Orang
54 #Aku Tidak Akan Datang
55 #Kasus Baru
56 #Temu Keluarga
57 #Aku Hamil !!
58 #Bertemu Saat Sidang
59 #Rumi
60 #Restoran Bakmi
61 #Kejadian Naas dalam Pesawat
62 #Kamu Bohong!!
63 #Peliknya Rumah Tangga
64 #Hadiah Terburuk
65 #Kembali ke Rumah Sakit
66 #Kecupan Pertama dari Jian
67 #Di Atas Ranjang Rumah Sakit
68 #Cinta yang Kembali
69 #Semua Hanya Untuk Yuna
70 #Tidak Bisa Menahannya
71 #Depresi
72 #Menuju Demy
73 #Penawar Masalah
74 #Bertemu Mantan Suami
75 #Mendadak Aku Rindu
76 #Hannuri
77 #Masuk Perangkap
78 #Jatuhnya sebuah Prinsip
79 #Meninggalkan Kota yang Kelam
80 #Kembali
81 #Kejutan dari Kakak Ipar
82 #Mentari di Atas Bukit
83 #Telur Gosong
84 #Mulai Berencana
85 #Sarapan..
86 #Kejutan Saat Sidang
87 #Kejutan Untuk Azof
88 #Merasa Bersalah.
89 #Dalam Selimut
90 #Trik Hebat Mr Jianan..
91 #Soal Pekerjaan
92 #Musuh dari Musuh Adalah Teman..
93 #Hadiah untuk Yunaku..
94 #Bertemu Teman
95 #Terbongkarnya Identitas sang Adik
96 #Tidak ada Selain Jian
97 #Dinner Pertama
98 #Pertunangan Kedua..
99 #Perjamuan
100 #Perjamuan 2
101 #Jebakan dalam Perjamuan
102 #Senjata Makan Tuan
103 #Obat Perangsang
104 #Pagi Hari
105 #Pertengkaran di Depan Cafe
106 #Membujuk Jian
107 #Mulai ada Pengacau
108 #Makan Malam
109 #Nyonya Tiansha itu Ibuku
110 #Aku Hanya Sedang Diam
111 #Aku Bukan Wanita Murahan
112 #Wawancara Kerja
113 #Melawan Jian ??
114 #Aku tidak Bermaksud Membunuhnya
115 #Tiansha Bangkrut
116 #Sanni Kembali
117 #Adik Dan Kakak
118 #Hanya Demi Yuna
119 #Dua Garis
120 #Kado Pernikahan untuk Jian
121 #Ibu Hamil yang Harus Bekerja
122 #Melawan Penjahat
123 #Jadilah Ayah yang Baik..
124 #Menjelang Pernikahan
125 #Kehadiran Tiansha dalam Pesta
126 #Bisu
127 #Malam Pertama yang Menyedihkan
128 #Beberapa Bulan Kemudian
129 #Shi Yuan..
130 #Tidak Bisa Seperti Yuna
131 #Belanja Banyak
132 #Hani, Aku Minta Maaf
133 #Kejutan untuk Yunaku
134 #Menjadi Wanita Karier
135 #Gadis Itu Siapa ??
136 #Cemburu
137 #Katakan Sekarang
138 #Bunuh Diri
139 #Aku Hamil Anak Tuan..
140 #Cepat Nikahkan Aku
141 #Kamu Harus Tahu Dia
142 #Nikahi Wanita Lain
143 #Anak Adopsi
144 #Pria Itu Kekasih Alishia
145 #Fu Xuelan
146 #Alishia Di Culik
147 #Ku Jadikan Dia Boneka Salju
148 #Tempat Pribadi
149 #Tuan Misterius
150 #Pria Misterius 2
151 #Celaka
152 #Keadaan darurat !!
153 #Demy yang Licik
154 #Yuna Di Culik
155 #Hilang Ingatan
156 #Jian Bangun
157 #Luka Caesar
158 #Shizin, Nikahi Aku
159 #Ragu
160 #Kenapa dengan Nyonya Yuna ??
161 #Menemukan Yuna
162 #Menyelamatkan Yuna
163 #Menyelamatkan Yuna 2
164 #Aku Mencintai Kamu Yuna
Episodes

Updated 164 Episodes

1
#Perkenalan pertama
2
#Ada apa dengan Yuna??
3
#Hari yang rumit
4
#Apa Aku Jatuh Cinta?
5
#Betapa Malunya Aku....
6
#Situasi yang Kacau
7
#Kecelakaan
8
#Koma
9
#Yuna Sadar
10
#Haruskah Aku Mengakuinya?
11
#Rahasia yang Terbongkar
12
#Rahasia yang Terbongkar 2
13
#Terimalah Aku
14
#Melukis Senja
15
#Menikmati Waktu yang Tersisa
16
#Kondisi Jian Memburuk
17
#Jian Koma
18
#Pertemuan yang Mengejutkan
19
#Permintaan Maaf
20
#Demy
21
#Penantian yang Lama
22
#Masalah yang Tiada Henti
23
#Ulang Tahun Penuh Kesedihan
24
#Asmara
25
#Masalah Perasaan
26
#Apa yang Terjadi
27
#Lubang Kehancuran
28
#Yuna Terjebak
29
#Apa ada Pilihan Lain?
30
#Keputusan Yuna
31
#Keluar Kota
32
#Kesedihan Yuna
33
#Tempat Tinggal Baru
34
#Hari Baru
35
#Teka-Teki Baru
36
#Menguak Rahasia
37
#Menguak Rahasia 2
38
#Terbangun dari Koma
39
#Menderita
40
#Menyingkap Tabir
41
#Dua Sisi
42
#Memulai Perjalanan
43
#Selangkah Lebih Maju
44
Selangkah Lebih Maju 2
45
#Kedatangan Ibu Mertua
46
#Perasaan yang Masih Sama
47
#Diberi Kepercayaan
48
#Tanda Tangan
49
# Kejutan di Rumah Baru
50
#Kita Cerai !!!
51
#Masuk Penjara
52
#Cinta Segitiga
53
#Aku Tidak Mau Menjadi Perusak Rumah Tangga Orang
54
#Aku Tidak Akan Datang
55
#Kasus Baru
56
#Temu Keluarga
57
#Aku Hamil !!
58
#Bertemu Saat Sidang
59
#Rumi
60
#Restoran Bakmi
61
#Kejadian Naas dalam Pesawat
62
#Kamu Bohong!!
63
#Peliknya Rumah Tangga
64
#Hadiah Terburuk
65
#Kembali ke Rumah Sakit
66
#Kecupan Pertama dari Jian
67
#Di Atas Ranjang Rumah Sakit
68
#Cinta yang Kembali
69
#Semua Hanya Untuk Yuna
70
#Tidak Bisa Menahannya
71
#Depresi
72
#Menuju Demy
73
#Penawar Masalah
74
#Bertemu Mantan Suami
75
#Mendadak Aku Rindu
76
#Hannuri
77
#Masuk Perangkap
78
#Jatuhnya sebuah Prinsip
79
#Meninggalkan Kota yang Kelam
80
#Kembali
81
#Kejutan dari Kakak Ipar
82
#Mentari di Atas Bukit
83
#Telur Gosong
84
#Mulai Berencana
85
#Sarapan..
86
#Kejutan Saat Sidang
87
#Kejutan Untuk Azof
88
#Merasa Bersalah.
89
#Dalam Selimut
90
#Trik Hebat Mr Jianan..
91
#Soal Pekerjaan
92
#Musuh dari Musuh Adalah Teman..
93
#Hadiah untuk Yunaku..
94
#Bertemu Teman
95
#Terbongkarnya Identitas sang Adik
96
#Tidak ada Selain Jian
97
#Dinner Pertama
98
#Pertunangan Kedua..
99
#Perjamuan
100
#Perjamuan 2
101
#Jebakan dalam Perjamuan
102
#Senjata Makan Tuan
103
#Obat Perangsang
104
#Pagi Hari
105
#Pertengkaran di Depan Cafe
106
#Membujuk Jian
107
#Mulai ada Pengacau
108
#Makan Malam
109
#Nyonya Tiansha itu Ibuku
110
#Aku Hanya Sedang Diam
111
#Aku Bukan Wanita Murahan
112
#Wawancara Kerja
113
#Melawan Jian ??
114
#Aku tidak Bermaksud Membunuhnya
115
#Tiansha Bangkrut
116
#Sanni Kembali
117
#Adik Dan Kakak
118
#Hanya Demi Yuna
119
#Dua Garis
120
#Kado Pernikahan untuk Jian
121
#Ibu Hamil yang Harus Bekerja
122
#Melawan Penjahat
123
#Jadilah Ayah yang Baik..
124
#Menjelang Pernikahan
125
#Kehadiran Tiansha dalam Pesta
126
#Bisu
127
#Malam Pertama yang Menyedihkan
128
#Beberapa Bulan Kemudian
129
#Shi Yuan..
130
#Tidak Bisa Seperti Yuna
131
#Belanja Banyak
132
#Hani, Aku Minta Maaf
133
#Kejutan untuk Yunaku
134
#Menjadi Wanita Karier
135
#Gadis Itu Siapa ??
136
#Cemburu
137
#Katakan Sekarang
138
#Bunuh Diri
139
#Aku Hamil Anak Tuan..
140
#Cepat Nikahkan Aku
141
#Kamu Harus Tahu Dia
142
#Nikahi Wanita Lain
143
#Anak Adopsi
144
#Pria Itu Kekasih Alishia
145
#Fu Xuelan
146
#Alishia Di Culik
147
#Ku Jadikan Dia Boneka Salju
148
#Tempat Pribadi
149
#Tuan Misterius
150
#Pria Misterius 2
151
#Celaka
152
#Keadaan darurat !!
153
#Demy yang Licik
154
#Yuna Di Culik
155
#Hilang Ingatan
156
#Jian Bangun
157
#Luka Caesar
158
#Shizin, Nikahi Aku
159
#Ragu
160
#Kenapa dengan Nyonya Yuna ??
161
#Menemukan Yuna
162
#Menyelamatkan Yuna
163
#Menyelamatkan Yuna 2
164
#Aku Mencintai Kamu Yuna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!