#Ada apa dengan Yuna??

"Narasumber kamu hari ini orang yang hebat." Ungkap Azof pada Yuna di ruang tv sembari menyantap camilan.

"Hebat apanya? Kita juga punya perjuangan semacam itu. Karena Ayah kita bukanlah orang yang bertanggung jawab."

"Hei !! Bukankah yang berjuang selama ini itu Ibu ?" Cetus Almira.

"Ya kami setelah Ibu." Yuna terlihat amat kesal.

"Apa kakak tahu? Dia orang yang sangat sombong. Bicara pun hanya sedikit. Dia pikir dia orang yang paling unggul, karena itulah dia sangat sombong." Yuna menghela nafas. "Kalau aku lihat, dia seperti menghindar dari wanita.. Apa mungkin dia punya trauma dengan wanita?? Hh. Rasanya tidak mungkin. Dia tidak pernah punya pacar.. Jangankan pacar, teman wanita saja dia tidak punya."

Azof menimpali. "Kau memang pandai mengarang cerita.."

"Bukan begitu.. Aku hampir minta nomor ponselnya."

Seketika Azof dan Almira yang tengah minum terkejut.

"Apa??" Tanya mereka bersamaan.

"Kenapa?"

"Apa kau serius? Kau tak pernah mau bicara dengan laki-laki. Bahkan Demy yang sudah mencintaimu dari dulu pun kau abaikan."

"Ishh.. Kakak ini. Maksud aku bukan seperti itu. Aku hanya ingin tahu tentang dia. Tapi nyatanya dia malah menolak." Memasang wajah kesal. "Dia malah menyuruhku melihatnya saja di tv. Dia sungguh laki-laki yang tidak waras."

Dua orang disampingnya hanya melongo tak percaya apa yang baru saja mereka dengar.

Memang sejauh ini Yuna tidak pernah punya pacar. Bahkan berkenalan saja tidak mau. Padahal usianya sudah hampir berkepala tiga. Dan baru kali ini ia berinisiatif untuk mengenal laki-laki. Tapi nasib berkata lain. Ia malah diacuhkan. Hh. Malang sekali nasibnya.

....

Hari ini Azof bergegas ke Rumah Sakit. Dia seorang Dokter spesialis kanker darah atau yang biasa kita sebut Leukimia. Dia berangkat lebih awal karena hari ini dia punya jadwal khusus dengan salah satu pasiennya. Dia baru saja duduk, dan terdengarlah ketukan pintu dari luar.

'Tok!! Tok!! Tok!!'

"Masuk!" ( Terkejut melihat siapa yang datang ) "Hani? Kenapa?"

Hani adalah sahabat Yuna. Ia memang sudah lama mengagumi Azof. Sayang perjuangannya pun pelik.

"Kak Azof.. Aku membawa makan siang untukmu. Kuharap kau mau memakannya." Lalu tersenyum malu. Ia memberikan sebuah kotak makanan kepada Azof. Dan diterimalah kotak itu.

"Terima kasih."

"Aku harap kau bisa menikmatinya. Aku memasaknya khusus untuk kamu." Tersenyum lagi. "Saya permisi."

"Baiklah."

Tak lama setelah Hani keluar, masuk seorang Perawat membawa setumpukan kertas.

"Permisi Dokter. Ini daftarnya." Menyerahkan berkas di tangannya kepada Azof.

"Daftar ?" Azof terlihat bingung. "Bukankah hari ini kita punya jadwal Kemoterapi, ya?"

"Maaf Dokter. Pasien minta jadwal di undur nanti sore. Beliau tidak bisa hadir pagi ini."

"Apa? Dia memang tidak pernah mendengar kata-kata ku. Sepertinya dia tidak mau sembuh. Sebenarnya yang pasien aku atau dia ?" Azof amat kesal. Bagaimana tidak? Dia sudah meluangkan waktunya, dan janji itu dilupakan begitu saja.

"Baiklah aku akan segera keluar."

.....

"Ayo semua !!! Kita syuting adegan kita selanjutnya !! Cuaca akan hujan. Ini moment yang kita tunggu. Ayo cepatlah !!"

Semuanya bergegas. Termasuk Yuna. Dia lah lakon utama dalam ceritanya dalam film kali ini. Selain pembawa acara, dia memang handal untuk berakting. Itulah poin yang membuat dia unggul.

Disaat adegan dimulai, Hani terlihat hadir disana. Dia duduk dan menyaksikan sahabatnya bermain.

Tak lama setelah itu, adegan pun selesai. Yuna menghampirinya sambil membawa handuk untuk mengelap tubuhnya yang basah.

"Sudah lama ?"

"Baru saja." Ia meminum teh hangat milik Yuna.

"Itu teh ku." Kesalnya.

"Aku butuh yang hangat. Lagipula sikap Kakakmu masih begitu dingin."

"Aku sudah pernah mengatakan padamu. Tapi kau tidak pernah mendengarkan aku." Ia berhenti.

"Tapi aku bersyukur Kakakku seperti itu." Dia tersenyum.

"Apa?"

"Iya. Rasanya akan canggung jika suatu hari nanti kau akan menjadi kakak ipar ku."

"Apa kau benar-benar tidak merestuiku? Kau memang bukan sahabatku yang baik."

"Kau tahu? Sahabatku dari dulu hanyalah buku naskah dan kamera. Kau hanya datang karena kakakku bukan?"

"Ish.. Kau sungguh menyebalkan. Padahal jika aku tidak ada, kau bahkan tidak punya teman. Harusnya kau bersyukur."

"Sayangnya aku tidak mau."

..............

Hari libur !!

Yeayy !!!

Hari yang bahagia. Terbebas dari jepretan kamera atau naskah yang selalu ia baca.

Yuna memilih berolahraga di Taman Kota. Tentunya dengan kacamata hitam dan topi penyamarannya. Tapi diluar dugaan. Ternyata Jian pun ada disana.

"Hei, Mr. Jian."

Jian menoleh. "Ya? Apa kita saling mengenal ?"

Yuna membuka kacamatanya. "Ini aku, Yuna, Kamu ingat?"

"Oh. Kamu." Betapa cueknya dia.

"Kenapa kau ini? Apa kau selalu seperti ini?"

"Apa kau ingin wawancara lagi?"

"Aku bukan hanya sekedar pembawa acara. Aku ini Aktris terkenal. Apa kau tidak pernah menonton televisi?"

"Apa urusanmu?" Ia hendak pergi.

"Eitss.. Kau mau kemana? Terakhir kali kau meninggalkanku tanpa pamit. Dan kau akan mengulangi hal itu lagi?"

"Apa ada hal penting?"

"Apa kau mau berjalan di Taman bersamaku?"

"Apa untungnya bagiku?" Dan dia pergi lagi. Dia memang selalu seperti itu. Yuna pun memandanginya dengan kesal.

"Kamu benar-benar tidak menghargai orang lain. Hh." Yuna mengumpat kesal.

"Tidak ada pilihan. Sekarang atau tidak sama sekali." Ia juga berlalu. Menyusul Jian yang berlari lebih dulu.

Aneh memang. Yuna tidak pernah seperti ini pada laki-laki manapun. Tapi kali ini sungguh berbeda. Yuna begitu keras ingin mengetahui siapa itu Jian.

..........

Sementara di ruangannya, Azof tengah duduk memandangi sebuah kertas di tangannya. Raut mukanya cemas pun agak kesal. Sepertinya dia agak khawatir dengan suatu hal.

Almira tiba-tiba saja datang tanpa mengetuk pintu. Bergegas Azof menyembunyikan berkasnya di tumpukkan buku paling bawah.

"Azof, Ibu bawakan makan siang untukmu. Ayo kita makan!"

"Harusnya ibu tetap dirumah. Tidak perlu kesini."

"Apa katamu? Ibu tahu kau lapar, jadi Ibu kesini."

"Aku sudah kenyang ibu."

"Apa kau sudah makan? Apa Hani yang membawakan makanan untukmu?"

Azof hanya mengangguk.

"Lagi? Hhh. Dia pikir bisa mengambil hati putraku dengan membawakannya makanan ?" Dia kesal. "Baiklah. Ibu akan makan sendiri." Duduk di sofa.

"Tidak Ibu. Kau harus pulang. Makanlah di rumah."

Azof mengusirnya tanpa berpikir. Bahkan saat Almira sudah keluar dan memanggil namanya, ia acuh. Ia malah menutup dan mengunci pintunya. Sepertinya dia sedang dihadapkan oleh masalah yang besar.

"Azof !!! Buka pintunya !!!!"

.......

"Kenapa kau mengikuti aku?" Tanyanya tanpa menoleh.

"Kenapa? Apa tidak boleh?"

Jian hendak pergi. Namun lagi-lagi Yuna mencegatnya.

"Tunggu !!"

Jian berhenti dan berbalik.

"Kenapa lagi?"

"Apa salah jika aku ingin mengenalimu?"

tanyanya dengan nafas terpenggal-penggal. Hampir habis nafasnya mengejar si acuh itu. Tapi entahlah. Hal serendah ini rela dia lakukan untuk Jian. Iya. Hanya Jian.

"Kau tak perlu mengenalku. Lagipula aku tidak mau mengenalmu."

"Apa kau sejahat itu? Kupikir kau hebat, karena telah menginspirasi orang lain dengan kisah hidupmu. Tapi ternyata kau angkuh." Ia berhenti. "Dan mungkin andai dulu ada waktu aku bisa berjumpa denganmu saat kau masih susah, kau mungkin belum seangkuh ini."

"Kenapa kau bicara seperti itu?"

"Hidup itu bukan soal uang Mr. Jian yang terhormat. Hidup itu tentang bagaimana kita bersikap dengan orang lain. Tak ada gunanya kamu punya uang banyak jika kau tak pernah menghargai orang lain." Sejenak ia mengambil nafas.

"Berpikirlah! Kau bisa hidup tanpa uang. Tapi tanpa orang lain, kau bukan apa-apa. Kau bisa terkenal seperti ini karena banyak dari rekanmu yang mengakui kehebatanmu dalam berbisnis."

Berhenti lagi. Rasanya agak lelah memarahi orang dengan nafas yang membara.

"Kau pikir siapa dirimu? Orang lain pun bisa berjuang seperti kamu. Kau mengecewakanku, Mr. Tadinya aku bangga bisa wawancara denganmu di acaraku. Tapi nyatanya kau sama saja. Tak punya perasaan."

Yuna berlalu pergi.

Jian terdiam. Meresapi perkataan Yuna. Baru kali ini ada seorang wanita berani menghardiknya di depan umum. Tapi akhirnya dia bisa merasakan sesuatu dalam hati kecilnya.

........

Hari menjelang sore. Jian yang sudah menggunakan jaketnya hendak pergi ke sebuah Rumah Makan.

Tapi ia tak menduga kalau Yuna pun tengah berada disana. Ia punya dua pemikiran. Mendekat, minta maaf atau acuh saja berusaha seolah-olah ia tidak tahu ada Yuna di sana. Hh.

"Aku mau nasi saja." Ucapnya pada pelayan yang berhasil di tangkap oleh telinga Yuna.

"Jian."

Spontan Yuna memanggilnya. Apa? Mungkin dia lupa betapa kesalnya dia pagi ini, atau memang dia tidak punya harga diri?

Jian pun hanya menoleh. Bagaimana ini? Mendekat rasanya canggung karena kejadian tadi pagi. Jika tidak, pasti Yuna akan menganggapnya Si Angkuh lagi.

Jian pun membuat keputusan. Dia akhirnya mendekat dan duduk di sana.

"Kenapa?"

"Makanlah disini. Lagipula aku juga baru datang. Aku bahkan belum menyentuh sup nya."

"Oh. Baiklah."

"Mana makananmu?"

Pelayan datang membawa sepiring nasi dan sayur bayam.

"Kau hanya makan itu?"

"Iya."

"Kau pasti sedang diet. Maaf untuk soalan pagi ini. Aku sangat kesal kau tidak mau berkenalan denganku. Aku hanya ingin berteman denganmu. Rasanya lelah sekali mengejarmu."

Mereka akhirnya makan berdua disana.

Secepat kilat acara makan bersama pun usai. Jian membayar semua makanannya di kasir dan berlalu pergi. Yuna mengekorinya.

"Kau tahu? Aku tidak pernah ingin tahu soal laki-laki sebelumnya."

"Kenapa?"

"Entahlah." Yuna mengangkat bahunya.

"Rasanya masih takut saja untuk dekat dengan laki-laki. Tapi kali ini aku ingin mengenalmu. Aku ingin menjadi temanmu. Kau mau?"

"Aku juga tidak punya teman karena selalu menyendiri. Urusanku hanya datang dan pergi karena pekerjaan."

"Kau payah! Hidup itu jangan kau sia-siakan hanya untuk bekerja. Lagipula kau butuh teman yang bisa menemanimu bukan. Aku juga punya Hani dan Demy untuk ku ajak bicara. Rasanya melelahkan saja tiap hari harus bicara dengan naskah." Dia berhenti. "Dimana rumahmu? Apa kau tinggal di Apartemen?"

"Iya."

"Aku juga di sana. Kebetulan."

" Oh ya? Rasanya aku tidak pernah melihatmu?"

Yuna bingung harus menjawab apa. Dia memang punya unit di sana. Tapi kosong. Tidak berpenghuni. Rasanya agak horor saja menempati tempat itu sendirian.

"Oh itu... Aku, kan seorang aktris. Jadwalku padat dan aku jarang pulang kesana." Dia tersenyum nyengir.

"Boleh aku meminta nomor ponselmu?"

Terpopuler

Comments

rintik hujan

rintik hujan

ada apa dengan yuna, ya??

2022-12-23

1

lihat semua
Episodes
1 #Perkenalan pertama
2 #Ada apa dengan Yuna??
3 #Hari yang rumit
4 #Apa Aku Jatuh Cinta?
5 #Betapa Malunya Aku....
6 #Situasi yang Kacau
7 #Kecelakaan
8 #Koma
9 #Yuna Sadar
10 #Haruskah Aku Mengakuinya?
11 #Rahasia yang Terbongkar
12 #Rahasia yang Terbongkar 2
13 #Terimalah Aku
14 #Melukis Senja
15 #Menikmati Waktu yang Tersisa
16 #Kondisi Jian Memburuk
17 #Jian Koma
18 #Pertemuan yang Mengejutkan
19 #Permintaan Maaf
20 #Demy
21 #Penantian yang Lama
22 #Masalah yang Tiada Henti
23 #Ulang Tahun Penuh Kesedihan
24 #Asmara
25 #Masalah Perasaan
26 #Apa yang Terjadi
27 #Lubang Kehancuran
28 #Yuna Terjebak
29 #Apa ada Pilihan Lain?
30 #Keputusan Yuna
31 #Keluar Kota
32 #Kesedihan Yuna
33 #Tempat Tinggal Baru
34 #Hari Baru
35 #Teka-Teki Baru
36 #Menguak Rahasia
37 #Menguak Rahasia 2
38 #Terbangun dari Koma
39 #Menderita
40 #Menyingkap Tabir
41 #Dua Sisi
42 #Memulai Perjalanan
43 #Selangkah Lebih Maju
44 Selangkah Lebih Maju 2
45 #Kedatangan Ibu Mertua
46 #Perasaan yang Masih Sama
47 #Diberi Kepercayaan
48 #Tanda Tangan
49 # Kejutan di Rumah Baru
50 #Kita Cerai !!!
51 #Masuk Penjara
52 #Cinta Segitiga
53 #Aku Tidak Mau Menjadi Perusak Rumah Tangga Orang
54 #Aku Tidak Akan Datang
55 #Kasus Baru
56 #Temu Keluarga
57 #Aku Hamil !!
58 #Bertemu Saat Sidang
59 #Rumi
60 #Restoran Bakmi
61 #Kejadian Naas dalam Pesawat
62 #Kamu Bohong!!
63 #Peliknya Rumah Tangga
64 #Hadiah Terburuk
65 #Kembali ke Rumah Sakit
66 #Kecupan Pertama dari Jian
67 #Di Atas Ranjang Rumah Sakit
68 #Cinta yang Kembali
69 #Semua Hanya Untuk Yuna
70 #Tidak Bisa Menahannya
71 #Depresi
72 #Menuju Demy
73 #Penawar Masalah
74 #Bertemu Mantan Suami
75 #Mendadak Aku Rindu
76 #Hannuri
77 #Masuk Perangkap
78 #Jatuhnya sebuah Prinsip
79 #Meninggalkan Kota yang Kelam
80 #Kembali
81 #Kejutan dari Kakak Ipar
82 #Mentari di Atas Bukit
83 #Telur Gosong
84 #Mulai Berencana
85 #Sarapan..
86 #Kejutan Saat Sidang
87 #Kejutan Untuk Azof
88 #Merasa Bersalah.
89 #Dalam Selimut
90 #Trik Hebat Mr Jianan..
91 #Soal Pekerjaan
92 #Musuh dari Musuh Adalah Teman..
93 #Hadiah untuk Yunaku..
94 #Bertemu Teman
95 #Terbongkarnya Identitas sang Adik
96 #Tidak ada Selain Jian
97 #Dinner Pertama
98 #Pertunangan Kedua..
99 #Perjamuan
100 #Perjamuan 2
101 #Jebakan dalam Perjamuan
102 #Senjata Makan Tuan
103 #Obat Perangsang
104 #Pagi Hari
105 #Pertengkaran di Depan Cafe
106 #Membujuk Jian
107 #Mulai ada Pengacau
108 #Makan Malam
109 #Nyonya Tiansha itu Ibuku
110 #Aku Hanya Sedang Diam
111 #Aku Bukan Wanita Murahan
112 #Wawancara Kerja
113 #Melawan Jian ??
114 #Aku tidak Bermaksud Membunuhnya
115 #Tiansha Bangkrut
116 #Sanni Kembali
117 #Adik Dan Kakak
118 #Hanya Demi Yuna
119 #Dua Garis
120 #Kado Pernikahan untuk Jian
121 #Ibu Hamil yang Harus Bekerja
122 #Melawan Penjahat
123 #Jadilah Ayah yang Baik..
124 #Menjelang Pernikahan
125 #Kehadiran Tiansha dalam Pesta
126 #Bisu
127 #Malam Pertama yang Menyedihkan
128 #Beberapa Bulan Kemudian
129 #Shi Yuan..
130 #Tidak Bisa Seperti Yuna
131 #Belanja Banyak
132 #Hani, Aku Minta Maaf
133 #Kejutan untuk Yunaku
134 #Menjadi Wanita Karier
135 #Gadis Itu Siapa ??
136 #Cemburu
137 #Katakan Sekarang
138 #Bunuh Diri
139 #Aku Hamil Anak Tuan..
140 #Cepat Nikahkan Aku
141 #Kamu Harus Tahu Dia
142 #Nikahi Wanita Lain
143 #Anak Adopsi
144 #Pria Itu Kekasih Alishia
145 #Fu Xuelan
146 #Alishia Di Culik
147 #Ku Jadikan Dia Boneka Salju
148 #Tempat Pribadi
149 #Tuan Misterius
150 #Pria Misterius 2
151 #Celaka
152 #Keadaan darurat !!
153 #Demy yang Licik
154 #Yuna Di Culik
155 #Hilang Ingatan
156 #Jian Bangun
157 #Luka Caesar
158 #Shizin, Nikahi Aku
159 #Ragu
160 #Kenapa dengan Nyonya Yuna ??
161 #Menemukan Yuna
162 #Menyelamatkan Yuna
163 #Menyelamatkan Yuna 2
164 #Aku Mencintai Kamu Yuna
Episodes

Updated 164 Episodes

1
#Perkenalan pertama
2
#Ada apa dengan Yuna??
3
#Hari yang rumit
4
#Apa Aku Jatuh Cinta?
5
#Betapa Malunya Aku....
6
#Situasi yang Kacau
7
#Kecelakaan
8
#Koma
9
#Yuna Sadar
10
#Haruskah Aku Mengakuinya?
11
#Rahasia yang Terbongkar
12
#Rahasia yang Terbongkar 2
13
#Terimalah Aku
14
#Melukis Senja
15
#Menikmati Waktu yang Tersisa
16
#Kondisi Jian Memburuk
17
#Jian Koma
18
#Pertemuan yang Mengejutkan
19
#Permintaan Maaf
20
#Demy
21
#Penantian yang Lama
22
#Masalah yang Tiada Henti
23
#Ulang Tahun Penuh Kesedihan
24
#Asmara
25
#Masalah Perasaan
26
#Apa yang Terjadi
27
#Lubang Kehancuran
28
#Yuna Terjebak
29
#Apa ada Pilihan Lain?
30
#Keputusan Yuna
31
#Keluar Kota
32
#Kesedihan Yuna
33
#Tempat Tinggal Baru
34
#Hari Baru
35
#Teka-Teki Baru
36
#Menguak Rahasia
37
#Menguak Rahasia 2
38
#Terbangun dari Koma
39
#Menderita
40
#Menyingkap Tabir
41
#Dua Sisi
42
#Memulai Perjalanan
43
#Selangkah Lebih Maju
44
Selangkah Lebih Maju 2
45
#Kedatangan Ibu Mertua
46
#Perasaan yang Masih Sama
47
#Diberi Kepercayaan
48
#Tanda Tangan
49
# Kejutan di Rumah Baru
50
#Kita Cerai !!!
51
#Masuk Penjara
52
#Cinta Segitiga
53
#Aku Tidak Mau Menjadi Perusak Rumah Tangga Orang
54
#Aku Tidak Akan Datang
55
#Kasus Baru
56
#Temu Keluarga
57
#Aku Hamil !!
58
#Bertemu Saat Sidang
59
#Rumi
60
#Restoran Bakmi
61
#Kejadian Naas dalam Pesawat
62
#Kamu Bohong!!
63
#Peliknya Rumah Tangga
64
#Hadiah Terburuk
65
#Kembali ke Rumah Sakit
66
#Kecupan Pertama dari Jian
67
#Di Atas Ranjang Rumah Sakit
68
#Cinta yang Kembali
69
#Semua Hanya Untuk Yuna
70
#Tidak Bisa Menahannya
71
#Depresi
72
#Menuju Demy
73
#Penawar Masalah
74
#Bertemu Mantan Suami
75
#Mendadak Aku Rindu
76
#Hannuri
77
#Masuk Perangkap
78
#Jatuhnya sebuah Prinsip
79
#Meninggalkan Kota yang Kelam
80
#Kembali
81
#Kejutan dari Kakak Ipar
82
#Mentari di Atas Bukit
83
#Telur Gosong
84
#Mulai Berencana
85
#Sarapan..
86
#Kejutan Saat Sidang
87
#Kejutan Untuk Azof
88
#Merasa Bersalah.
89
#Dalam Selimut
90
#Trik Hebat Mr Jianan..
91
#Soal Pekerjaan
92
#Musuh dari Musuh Adalah Teman..
93
#Hadiah untuk Yunaku..
94
#Bertemu Teman
95
#Terbongkarnya Identitas sang Adik
96
#Tidak ada Selain Jian
97
#Dinner Pertama
98
#Pertunangan Kedua..
99
#Perjamuan
100
#Perjamuan 2
101
#Jebakan dalam Perjamuan
102
#Senjata Makan Tuan
103
#Obat Perangsang
104
#Pagi Hari
105
#Pertengkaran di Depan Cafe
106
#Membujuk Jian
107
#Mulai ada Pengacau
108
#Makan Malam
109
#Nyonya Tiansha itu Ibuku
110
#Aku Hanya Sedang Diam
111
#Aku Bukan Wanita Murahan
112
#Wawancara Kerja
113
#Melawan Jian ??
114
#Aku tidak Bermaksud Membunuhnya
115
#Tiansha Bangkrut
116
#Sanni Kembali
117
#Adik Dan Kakak
118
#Hanya Demi Yuna
119
#Dua Garis
120
#Kado Pernikahan untuk Jian
121
#Ibu Hamil yang Harus Bekerja
122
#Melawan Penjahat
123
#Jadilah Ayah yang Baik..
124
#Menjelang Pernikahan
125
#Kehadiran Tiansha dalam Pesta
126
#Bisu
127
#Malam Pertama yang Menyedihkan
128
#Beberapa Bulan Kemudian
129
#Shi Yuan..
130
#Tidak Bisa Seperti Yuna
131
#Belanja Banyak
132
#Hani, Aku Minta Maaf
133
#Kejutan untuk Yunaku
134
#Menjadi Wanita Karier
135
#Gadis Itu Siapa ??
136
#Cemburu
137
#Katakan Sekarang
138
#Bunuh Diri
139
#Aku Hamil Anak Tuan..
140
#Cepat Nikahkan Aku
141
#Kamu Harus Tahu Dia
142
#Nikahi Wanita Lain
143
#Anak Adopsi
144
#Pria Itu Kekasih Alishia
145
#Fu Xuelan
146
#Alishia Di Culik
147
#Ku Jadikan Dia Boneka Salju
148
#Tempat Pribadi
149
#Tuan Misterius
150
#Pria Misterius 2
151
#Celaka
152
#Keadaan darurat !!
153
#Demy yang Licik
154
#Yuna Di Culik
155
#Hilang Ingatan
156
#Jian Bangun
157
#Luka Caesar
158
#Shizin, Nikahi Aku
159
#Ragu
160
#Kenapa dengan Nyonya Yuna ??
161
#Menemukan Yuna
162
#Menyelamatkan Yuna
163
#Menyelamatkan Yuna 2
164
#Aku Mencintai Kamu Yuna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!