BAB 4

Rose sudah menyelesaikan ritual mandinya dan sekarang ia dalam posisi yang dibuat bingung karena harus menggunakan pakaian apa untuk penandatanganan kontrak nanti, apakah ia harus berpakaian formal atau berpakaian layaknya seorang Artis papan atas.

Rose sungguh bingung memposisikan dirinya nanti harus bagaimana, karena ia tidak ingin dianggap sebagai seseorang yang sombong namun juga ia tidak ingin nantinya kelihatan seperti seseorang yang lemah.

Namun hal yang lebih aneh adalah Rose sekarang lebih bingung karena takut pertemuan pertama dirinya dengan CEO Brawijaya Entertainment Group nanti meninggalkan kesan yang buruk, ia tidak ingin menjadi perempuan yang buruk di mata seorang David.

"Kenapa aku jadi harus bingung seperti ini, bukankah ini penandatanganan kontrak biasa saja, kenapa aku jadi ambil pusing" Suara hati Rose kembali mengkritik dirinya sendiri.

Namun hal yang dipikirkan tidak sesuai dengan gerakan tubuhnya, tangannya sedari tadi masih saja bingung memilih pakaian apa yang harus ia kenakan.

"Baiklah, aku tidak ingin ambil pusing lagi. Aku memutuskan untuk menjadi diriku sendiri saja tidak peduli pada tanggapannya nanti. Benar.. Aku tidak akan peduli" Rose akhirnya memutuskan sebuah sikap yang akan ia ambil.

Rose pun akhirnya mengambil celana jeans hitam beserta kaos lengan panjang yang memiliki warna putih dengan motif garis-garis hitam, tidak lupa juga sebuah kaca mata hitam ia tengger kan di hidung mancungnya agar melengkapi style dirinya sekarang.

"Bagus.. Ini baru diriku. Oke Rose kamu pasti bisa, tenanglah ini hanya penandatanganan kontrak biasa setelah itu acara ini akan selesai" Rose kembali berbicara sendiri dengan dirinya.

Entahlah apa yang sedari tadi pagi ia rasakan, ia sendiri juga tidak tahu. Perasaan gelisah, gugup, tegang dan selalu ingin menampilkan kesan yang baik ketika proses penandatanganan kontrak nanti membuat dirinya menjadi sakit kepala sendiri memikirkannya.

Ketukan di pintu kamarnya membuat Rose sadar dari lamunannya dan langsung menolehkan kepalanya kearah pintu kamar tersebut.

Jessica terlihat didepan pintu kamar Rose dan berjalan mendekati dirinya, tunggu. Sepertinya ada sesuatu yang aneh dengan mereka berdua.

"Kak Jessi, aku merasa ada yang aneh dengan kita berdua" ucap Rose sambil berdiri didepan cermin besar dengan Jessica yang juga ikut berdiri didepan cermin tersebut hingga mereka berdua dapat melihat pantulan keseluruhan tubuh mereka berdua.

"Iya, aku juga merasa ada yang aneh dengan kita berdua. Apa ya??" tanya Jessica balik.

Mereka berdua pun nampak saling berpikir serius satu sama lain.

"Ah, pakaian kita sama" ucap keduanya berbarengan diakhiri dengan saling menertawakan diri masing-masing, entah mengapa mereka bisa berpakaian seperti seorang saudara kembar saja.

Sungguh penampilan mereka bisa membuat orang akan menyangka kalau mereka itu memang saudara kembar.

Bagaimana tidak, ternyata Jessica juga menggunakan celana jeans hitam dengan baju lengan panjang memiliki motif garis-garis warna putih, tidak lupa juga kacamata hitam ia tengger kan di hidung mancungnya.

"Ternyata kita memiliki selera yang sama" ucap Jessica kepada Rose yang dibalas dengan anggukan di kepalanya.

"Iya, Kakak benar sekali, mungkin karena inilah yang selalu membuat kita merasa cocok dan saling terikat" sahut Rose.

Jessica menganggukkan kepalanya.

"Kamu benar sekali sayang" ujar Jessica sembari memukul pantat Rose.

Rose pun mengelus pantatnya sehabis dipukul oleh Jessica tadi. "Kak, kenapa kamu suka banget sih mukul pantatku" keluh Rose.

"Entahlah, aku cuman suka saja" ucap Jessica sembari berjalan meninggalkan Rose dari dalam kamarnya.

"Ayo, nanti kita terlambat" teriak Jessica yang sudah berada di luar kamar Rose.

"Iya, tunggu aku" teriak Rose juga sembari mengambil tasnya yang ia letakkan di atas kasur tadi.

Sepanjang perjalanan mereka menuju gedung Brawijaya Entertainment Group hanya diisi dengan kesenyapan, entah apa yang sedang mereka pikirkan masing-masing.

"Rose??" panggil Jessica.

"Iya Kak" sahut Rose yang mengalihkan pandangannya dari handphone yang sejak tadi ia mainkan kearah Jessica yang berada disampingnya sedang mengemudikan mobil mereka.

"Bagaimana hubunganmu dengan Steve, apakah ada kemajuan??" Jessica bertanya dengan pandangan yang masih lurus ke depan.

Rose nampak sedang berpikir sebelum melontarkan kalimatnya. "Hubungan kami masih berjalan baik seperti biasanya Kak, tidak ada kendala atau masalah sedikitpun" tutur Rose kembali.

"Apakah kamu benar-benar akan menunggu dirinya tanpa mau membuka hati untuk pria lain"

"Entahlah Kak, sekarang aku tidak berpikir sampai kesitu, karena sampai sekarang aku masih merasa nyaman dengan dirinya. Tapi tidak tau kedepannya nanti" jawab Rose.

Jessica menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, Kakak hanya akan mengikuti apa kemauan mu tapi ingat jangan sampai kamu mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Kita berdua pun tidak tau seperti apa dirinya yang asli, apakah dia memang masih lajang atau yang lebih parahnya sekarang mungkin dia sudah memiliki istri. Kakak hanya tidak mau kamu disakiti oleh seorang pria" Jessica memberikan nasihat kepada Rose selaku seseorang yang selalu ada untuk dirinya.

Rose nampak terdiam mendengarkan nasihat dari Jessica, dirinya pun tidak menyalahkan apa yang barusan Jessica ucapkan karena memang benar Rose tidak mengenal seutuhnya siapa Steve itu, apakah dia memang benar-benar tulus kepada Rose atau sekedar hanya mempermainkan perasaannya saja.

"Rose akan mengingat nasihat Kakak, jika memang dikemudian hari ada seseorang yang bersungguh-sungguh kepada Rose maka Rose akan menerima orang itu dan melupakan Steve, Rose juga akan berbicara baik-baik Steve untuk memutuskan hubungan kita nantinya" sahut Rose.

Entahlah ada perasaan apa ketika dia berbicara seperti itu kepada Jessica, namun seperti ada batu besar mengganjal di hatinya yang membuat hatinya saat ini merasakan sesuatu yang sangat sakit.

Tidak ia pungkiri kalau dirinya memang sudah terlanjur berharap dari seorang Steve yang tidak pernah ia tau bagaimana rupa dan sifatnya. Namun Rose pernah berjanji akan selalu menerima bagaimanapun sosok seorang Steve nantinya, dan Rose juga berharap Steve akan menerima semua yang ada pada dirinya pula.

Setelah percakapan mereka berdua tadi sekarang keduanya hanya saling diam kembali, mungkin Rose masih memikirkan apa yang Kakaknya tadi bicarakan.

Mobil yang membawa keduanya telah sampai didepan gedung megah dan menjulang tinggi yaitu gedung Brawijaya Entertainment Group, setelah memarkirkan mobilnya Rose dan Jessica melangkahkan kaki mereka menuju bagian resepsionis untuk menanyakan dimana ruang pertemuan mereka nantinya.

"Maaf mba, saya kesini mau bertemu dengan Bapak Renaldy Permana" ucap Jessica sedangkan Rose hanya berdiri saja disamping Jessica.

"Apakah mba sudah membuat janji sebelumnya" tanya resepsionis wanita itu.

"Iya mba, saya sudah membuat janji sebelumnya dengan beliau" jawab Jessica sopan.

"Baiklah, saya akan menanyakannya, mohon mba nya untuk menunggu sebentar" ucap resepsionis itu lagi.

Jessica pun menganggukkan kepalanya sembari memberi senyuman kepada resepsionis wanita tersebut yang Jessica lihat usia mereka tidaklah jauh berbeda.

Setelah beberapa saat menunggu, Jessica dan Rose pun dipersilahkan langsung menuju lantai paling atas tempat pertemuan mereka.

Jessica dan Rose pun memasuki lift, setelah sampai dilantai tujuan mereka berdua pun keluar yang seketika disuguhkan pemandangan yang indah.

Ternyata Sekertaris Ren telah menunggu mereka didepan lift tersebut. Sekertaris Ren pun menghampiri Jessica dan Rose.

"Silahkan ikuti saya" hanya kata itu yang diucapkan Sekertaris Ren sebelum dia berjalan mendahului kedua wanita cantik itu.

Belum juga Jessica mengiyakan namun Sekertaris Ren sudah berjalan lebih dahulu didepan mereka seakan tidak memberikan tempat dan waktu untuk mereka berbasa-basi. Jessica dan Rose menurut saja dengan mengikuti langkah demi langkah Sekertaris Ren hingga sampailah mereka didepan suatu ruangan yang terlihat sangat megah, bahkan dari pintunya saja dapat di lihat jika itu terbuat dari bahan yang mahal.

Sekertaris Ren pun mengetuk pintu tersebut terlebih dahulu sebelum memasukinya. Sekertaris Ren pun kemudian membawa Jessica dan Rose memasuki ruangan tersebut,nampak jelas ketika Rose dan Jessica pertama kali melangkahkan kaki memasukinya suasana kemegahan dan kemewahan dapat mereka rasakan.

"Permisi Pak, ini Nona Jessica dan Nona Rose yang akan melakukan penandatanganan kontrak dengan Agensi kita" ucap Sekertaris Ren memberitahukan kepada David atasannya.

David yang semula tidak terlalu peduli pun mengalihkan pandangannya dari berbagai macam berkas ditangannya kearah suara dari Sekertaris Ren. Hingga pandangannya berhenti pada salah satu sosok wanita disitu, entah seperti ada sebuah magnet yang menarik David untuk terus memandangi wajah Rose.

Iya, perempuan yang sejak tadi dipandangi oleh David adalah Rose.

"Oh iya, silahkan duduk" ucap David mencairkan suasana yang tadi sempat membuat dirinya menelan sesuatu yang memalukan.

Rose dan Jessica pun duduk di sofa yang memang berada didalam ruangan tersebut, David kemudian membawa langkah kakinya juga mengarah ke sofa tersebut.

Sekarang posisi David dan Sekertaris Ren duduk bersebelahan dengan Jessica dan Rose yang duduk didepan mereka. Jessica yang sejak tadi telah melepas kacamata hitamnya agar terlihat lebih sopan namun tidak dengan Rose yang masih saja mengenakannya hingga sekarang.

Jessica pun menyenggol tangan Rose memberi kode untuk dirinya melepaskan kacamata hitam itu, Rose yang awalnya tidak mengerti namun ketika melihat sorot mata Jessica ia pun langsung paham.

Rose kemudian melepas kacamata hitam itu dan menggantungkannya di leher bajunya dan kembali fokus ke arah depan menatap David dan Sekertaris Ren.

Lagi-lagi David dibuat terpana dengan tatapan yang begitu tajam dari sepasang mata yang Rose miliki.

"Mengapa aku merasa sejak tadi selalu terhipnotis jika memandanginya" David bermonolog dengan dirinya sendiri.

David pun dengan cepat menyadari kebodohannya karena sudah dua kali memandangi perempuan yang pertama kali bertemu dengan dirinya itu.

Proses penandatanganan kontrak pun selesai dengan Sekertaris Ren yang membacakan apa saja keuntungan yang akan mereka terima jika berada di dalam Agensi nya. Pihak David juga memberikan supir yang juga sekaligus bodyguard untuk Rose dan Jessica selama mereka bepergian kemanapun karena keselamatan mereka sekarang sudah menjadi tanggung jawab pihak Agensi.

Mereka berempat pun beranjak berdiri untuk berjabat tangan sebagai tanda telah terjadinya kesepakatan. David terlebih dahulu menjabat tangan Jessica selaku Manager dari Rose kemudian beralih berjabat tangan dengan Rose.

Ketika David dan Rose berjabat tangan entah mengapa mereka berdua serasa terhanyut oleh suasana hingga jabatan tangan itu belum terlepas juga.

"Mengapa jabatan tangan ini membuat ku merasa sangat nyaman" David berbicara dalam hati dengan mata masih lekat memandangi wajah Rose.

"Melihat dirinya membuatku menjadi teringat dengan Steve, ada semacam perasaan nyaman didalam diriku" Rose pun juga berbicara dalam hati dengan berbagai macam pemikiran aneh menyerang dirinya.

Sekertaris Ren dan Jessica yang telah selesai berjabat tangan merasa bingung dengan tingkah David dan Rose yang sedari tadi masih berpegangan tangan hingga Sekertaris Ren memberanikan diri untuk menegur atasannya itu.

"Pak.. Pak David, anda tidak apa-apa??" tanya Sekertaris Ren menyadarkan David dari lamunannya begitu juga dengan Rose yang ikut tersadar ketika mendengar suara Sekertaris Ren.

"Aku tidak apa-apa" jawab David singkat.

Ada perasaan canggung meliputi mereka didalam ruangan itu terutama David dan Rose yang menjadi salah tingkah akan kelakuan mereka barusan.

"Baiklah, saya rasa proses penandatanganan kontrak telah selesai, saya ucapkan terima kasih dan semoga kita dapat menjalin kerja sama ini dalam waktu yang lama" ucap David menutup pertemuan mereka berempat.

Jessica pun menyahuti perkataan dari sang CEO Brawijaya Entertainment Group itu namun tidak dengan Rose yang hanya diam saja.

Sekertaris Ren pun pamit kepada David untuk sekedar mengantarkan tamu mereka keluar.

Sepeninggal Rose dan Jessica, David langsung saja mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya itu dengan menyandarkan tubuhnya. Kepalanya serasa berat dengan berbagai macam pertanyaan yang ada saat ini.

"Aku tidak pernah merasakan sesuatu yang senyaman ini ketika berdekatan apalagi bersentuhan dengan seorang wanita. Tapi mengapa dengan dirinya aku bisa merasakan sesuatu semacam itu, suatu kenyamanan yang hanya pernah aku dapatkan ketika menulis surat untuk Vero". David kembali berbicara sendiri kepada dirinya.

Dia pun menjadi bingung akan perasaan yang ia rasakan sekarang, baru pertemuan pertama sudah jadi seperti ini apalagi hari-hari kedepannya yang harus ia lalui dengan menjumpai wajah Rose secara terus-menerus. David harus selalu meyakinkan dirinya jika ia memang mencintai Vero nya saja tidak ada yang lain.

Terpopuler

Comments

🌀∂яᷞєͣαᷤмͭѕ🌀

🌀∂яᷞєͣαᷤмͭѕ🌀

apakah ini yg namanya jodoh, aduh....
nggak sekarang, mungkin nanti.

2022-10-09

1

🌀∂яᷞєͣαᷤмͭѕ🌀

🌀∂яᷞєͣαᷤмͭѕ🌀

nah bener tuh, tapi moga aja steve masih lajang dan bisa jadi dia sama david adalah orang yg sama

2022-10-09

1

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

ehemmm udh mulai tanda2 nih ada anuan
mungkin ikatan batin x ya

2022-10-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!