BAB 2

Steven David Brawijaya POV

Baru saja aku selesai menulis dan mengirim surat untuk sang pujaan hati ku yang sudah sangat aku cintai sedari kecil dulu.

Bagaimana aku bisa menyebutnya cinta padahal kami tidak pernah bertemu sama sekali, jangankan bertemu secara langsung bahkan melihat fotonya saja aku tidak pernah namun mengapa hatiku sangat bahagia sekali itu jika menyangkut dirinya.

Sungguh konyol, hingga sekarang aku belum bisa menemukan dirinya padahal kami masih berada di kota yang sama namun mengapa untuk menemukannya sangatlah begitu sulit.

Bagaimana tidak sulit.

Kalau dia hanya memberi sedikit saja ciri-ciri tentang dirinya.

Dia bilang kalau dirinya itu mempunyai sebuah tanda lahir di pipi sebelah kanan berupa tahi lalat kecil. Kalian pasti tahu tidak sedikit orang yang mempunyai tahi lalat di pipinya.

Arrgghh, dia sungguh membuatku frustasi tetapi aku tetap menyukainya.

Dia juga tidak suka coklat, takut dengan boneka dan sangat membenci bunga mawar. Sungguh kebiasaan yang aneh untuk seukuran wanita, karena yang aku tahu hampir semua wanita sangat menyukai coklat, boneka dan bunga tetapi dia malah membencinya.

Pujaan hatiku itu juga mempunyai alergi terhadap bawang putih dan cuaca yang berlebihan karena akan mengakibatkan dirinya bersin tiada henti. Dia juga sangat tidak menyukai sayuran dan lebih condong suka makanan yang agak asin.

Dia juga tidak bisa memakan berbagai macam daging kecuali daging ayam, tidak suka daun kemangi, daun seledri, maupun daun bawang.

Sungguh kebiasaan yang aneh untuk perempuan seperti dirinya di masa sekarang. Bagaimana tidak aneh jika hendak semua jenis makanan dirinya tidak menyukainya, lalu selama ini dia makan apa.

Sepertinya aku harus membuka bisnis baru yaitu Restoran, agar dapat memudahkan diriku untuk mencarinya.

Ahh ide yang bagus, sepertinya ini cara yang efektif.

* * *

Suara ketukan dari luar pintu ruangan ku terdengar setelah beberapa saat masuklah seseorang yang mengetuk pintu tadi.

Iya, orang tersebut ialah Sekertaris sekaligus sahabat ku yang bernama Renaldy Permana atau yang akrab dipanggil Sekertaris Ren.

Kami bukanlah teman dari kecil atau teman saat masih sekolah, aku dan Rendi bertemu ketika diriku pertama kali menjabat sebagai CEO disini, dia melamar pekerjaan dari bagian bawah hingga aku melihat kinerja dirinya yang semakin baik dari hari ke hari hingga aku memantapkan diri untuk mengangkat posisi dirinya menjadi Sekertaris Pribadi ku.

Aku juga sangat menyukai sifatnya yang tidak banyak bicara dan tidak pernah mempertanyakan apapun perintah yang ku berikan padanya.

Bahkan aku mempercayakan anak buah yang selama ini aku didik kepadanya, anak buah itu kami gunakan jikalau dalam permasalahan yang mendesak.

Karena kalian pasti tahu jika dalam berbisnis kita tidak dapat hanya mengandalkan otak namun juga kekuatan, sebelum musuh menyerang dengan cara yang licik, maka kami yang akan terlebih dahulu melumpuhkan mereka.

Menurut pandangan ku, Renaldy atau Sekertaris Ren itu tidak kalah tampan dengan diriku meskipun tetap aku yang lebih tampan. Hanya saja wajahnya lebih memiliki sepatu keimutan sedangkan wajahku terlahir dengan tegas dan dingin.

Tetapi jangan salah, wajah yang imut itu akan berubah menjadi mengerikan jika menyangkut sesuatu yang aku perintahkan dan melibatkan kerugian untuk Perusahaan ku.

Aku pun awalnya tidak percaya ketika melihat wajah bringas Sekertaris ku sendiri tapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa dengan perubahan wajahnya yang sangat cepat seperti bunglon yang sedang beradaptasi.

Sekertaris Ren juga yang sekarang memegang kendali penuh atas geng yang aku bentuk sedari dulu dengan mengumpulkan anak terlantar dan di didik sehingga bisa menjadi seperti sekarang, aku menamakannya The King.

"Maaf Pak, ini sudah waktunya untuk kita rapat". ucap Sekertaris Ren.

"Baiklah".

Lalu kami berdua pun pergi melangkahkan kaki meninggalkan ruangan ku untuk pergi keruangan rapat yang tersedia.

Ketika memasuki ruangan rapat tersebut, sudah dapat ku lihat wajah-wajah peserta rapat kali ini yaitu para Manager artis yang ku pekerjakan untuk menjaga Artis dari Manajemen ku.

Rapat kali ini akan membahas tentang bagaimana cara mereka dalam menjaga para Artis yang berada didalam naungan Agensi ku yaitu Brawijaya Entertainment Group.

Iya, aku adalah CEO dari sebuah agensi yang menaungi banyak Artis.

Jadi sudah menjadi hal yang lumrah untuk diriku agar dapat menjaga keselamatan para Artis yang berada didalam naungan Agensi ku.

Sengaja rapat kali ini dengan peserta rapat adalah para Manager dari berbagai macam Artis, karena sudah beberapa kali aku lihat banyak berita miring yang menyangkut para Artis ku, hingga pernah yang paling parah ialah mempengaruhi harga saham dari Perusahaan ku yang mengalami penurunan secara signifikan.

Lantas saja hal itu membuat diriku sangat marah. Bagaimana bisa para Manager itu tidak dapat mengawasi satu orang manusia saja, hanya satu orang dan itu sangat berdampak bagi Perusahaan.

Sungguh melihat wajah mereka saja bisa membuat amarah ku yang sempat lenyap kini kembali lagi.

Aku pun duduk di kursi Pimpinan rapat sedangkan Sekertaris Ren setia berdiri disamping diriku.

Tanpa banyak bicara, aku pun langsung saja berbicara menuju ke inti permasalahan yang menjadikan rapat ini dilaksanakan.

"Ada yang bisa menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi??" Tanyaku to the point.

Hening mengambil alih situasi semenjak diriku berbicara barusan, aku tatap satu per satu wajah yang berada disana yang tidak berani menatap balik kearah ku.

Begitulah setiap kali rapat dilangsungkan, tidak ada yang berani untuk beradu argumen dengan diriku karena mereka memang yakin kalau diri merekalah yang salah karena menyebabkan perusahaan mengalami kerugian dan pengeluaran untuk membereskan masalah yang dibuat oleh Artis dari Agensi ku sendiri.

Rapat seperti ini sering terjadi dan hal yang kami bahas tidak jauh dari pemberitaan di media tentang para Artis dibawah naungan ku karena memang bisnis ku berjalan di bidang Keartisan atau Entertainment.

* * *

Setelah selesai rapat aku pun kembali ke ruangan ku diiringi dengan Sekertaris Ren yang mengikutiku dari belakang, setelah Sekertaris Ren membukakan pintu dan aku pun masuk kesana dan masih diikuti oleh dirinya.

"Saya hanya ingin mengingatkan kalau besok kita akan melakukan penandatanganan dengan Manager dari Artis Rose Veronica Pak, mereka ingin bekerjasama dengan Agensi kita" Sekertaris Ren mengingatkan diriku.

"Apakah kamu sudah menyelidiki tentang mereka terlebih dahulu, karena kamu tau saya tidak ingin mengalami masalah dikemudian hari" Aku pun bertanya kepada Sekertaris ku itu.

"Bapak tenang saja, saya sudah menyelidiki latar belakang mereka dan selama ini tidak ada kabar buruk tentang sepak terjang mereka di dunia keartisan ini" jawab Sekertaris Ren lagi.

Aku pun menganggukkan kepala tanda mengerti akan setiap kata yang diucapkan Sekertaris

"Kamu siapkan saja semua keperluan untuk besok"

"Baik Pak"

Sekertaris Ren pun undur diri dengan menundukkan sedikit tubuhnya kearah diriku sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan.

Setelah Sekertaris Ren itu pergi dari ruangan ku, aku pun mencoba mengingat wajah dari Artis yang bernama Rose Veronica itu namun sedari tadi otak ku tidak dapat menggambarkan sedikitpun sketsa wajah tentang dirinya hingga membuat dirimu menyerah dan lebih memilih untuk mengetahuinya lewat google.

Aku pun mengetikkan nama Artis tersebut dan langsung saja muncul berbagai macam berita tentang dirinya beserta fotonya. Lama aku memandang foto tersebut, entahlah apa ini pertama kalinya aku melihat wajahnya atau aku sudah sering melihat namun melupakannya. Karena aku tipe orang yang tidak akan mengingat dan memikirkan sesuatu yang tidak penting untuk diriku.

Sudah tau Artis tersebut tidak penting untukku namun entah mengapa mata ku ini tidak bisa lepas memandangi foto dirinya, ada semacam magnet yang menarik diriku untuk berlama-lama menatap foto tersebut hingga sebuah nama seseorang menyadarkan dari kegiatan ku tersebut.

Entah mengapa nama Vero kesayanganku jadi terlintas di pikiranku ketika memandang foto Artis tadi, tidak mungkin kan kalau Vero kesayanganku itu adalah Artis ini, itu sungguh sesuatu yang diluar nalar atau bahkan tidak mungkin terjadi.

* * *

Keesokan harinya..

Pagi ini aku sudah berada didalam mobil dengan Sekertaris Ren yang mengemudikannya, namun hal diluar dugaan terjadi. Entah mengapa jalanan menjadi macet sekarang dan aku sangat tidak menyukai itu, bagiku waktu sangatlah berharga dan tidak untuk dibuang percuma.

"Ada apa??" tanyaku kepada Sekertaris Ren yang berada didepan ku.

"Sepertinya sedang ada demo Pak" jawab Sekertaris Ren.

Aku mengerutkan keningku.

"Demo apa??" tanyaku lagi.

"Demo tentang Pengesahan Undang-undang yang baru Pak, sepertinya masyarakat maupun para buruh tidak menerima dengan undang-undang tersebut" tutur Sekertaris Ren.

"Oh aku baru ingat, ternyata itu yang menyebabkan mereka berunjuk rasa seperti ini" aku menjeda kalimaya ku sebenar karena sedang memikirkan sesuatu. "Apakah para karyawan di Perusahaan ku juga merasakan hal seperti mereka" tanya ku lagi.

Sekertaris Ren nampak terdiam sebentar seperti sedang mengingat sesuatu. "Sepertinya iya Pak, karena beberapa hari ini saya melihat dan mendengar para karyawan tetap maupun kontrak sangat serius membicarakan hal ini, saya takut ini akan berakibat pada kinerja mereka nantinya" jelas Sekertaris Ren.

"Baiklah, kamu hubungi semua karyawan dan staf kita suruh mereka berkumpul di aula, karena saya akan mengumumkan sesuatu setelah ini" perintah ku kepada Sekertaris Ren.

Sekertaris Ren pun merogoh ponselnya yang berada dibalik jasnya dan terlihat sedang menelpon seseorang untuk memberitahukan perintah ku tadi.

Kami pun memutuskan memutar arah mencari alternatif jalan lain untuk menghindari kemacetan agar dapat dengan cepat sampai ketempat tujuan ku yaitu gedung Brawijaya Entertainment Group.

Mobil telah berhenti menandakan jika kami telah sampai, Sekertaris Ren pun membukakan pintu mobil ku dan kami berjalan bersama memasuki Perusahaan milikku dengan Sekertaris Ren dibelakang ku.

"Apakah semuanya sudah siap" tanyaku kembali.

"Sudah pak"

Kami pun melangkahkan kaki menuju tempat pertemuan yang sudah dipersiapkan tadi, begitu memasuki ruangan tersebut disana telah banyak para Manager para Artis beserta para staf yang lain seperti bagian make up, busana, supir maupun para pengawal yang bertugas para bagian masing-masing.

Ketika beberapa langkah aku memasuki aula tersebut nampak semua staf berbisik-bisik dengan wajah yang kebingungan, mungkin mereka bingung mengapa mereka semua dikumpulkan disini.

Deheman Sekertaris Ren membuat ruangan aula ini menjadi sepi senyap, rupanya mereka lebih takut dengan Sekertaris Ren dari paku diriku yang notabenenya CEO disini.

"Sebelum saya menyampaikan maksud dari mengumpulkan kalian semua disini, saya harap kalian mengeluarkan handphone kalian sekarang, gunakan handphone tersebut untuk merekam suara atau membuat video ketika saya berbicara nanti agar kalian dapat mempercayai ucapan saya ini nantinya" tutur diriku.

Nampaknya para staf ku masih kebingungan namun lagi-lagi Sekertaris Ren menatap mereka dengan tajam lalu mereka pun satu persatu menurut akan instruksi ku tadi, mereka mengarahkan handphone mereka kepadaku.

"Tanpa perlu basa basi, disini saya hanya ingin menyampaikan tentang pemberitaan yang sedang marak sekarang yaitu Undang-undang Cipta Kerja. Terlepas dari bagaimanapun isi dari undang-undang tersebut, disini saya hanya ingin menyampaikan jika kalian yang bekerja kepada saya tidak akan terpengaruhi oleh dampak tersebut.

Bagi kalian yang masih bekerja dalam masa training ataupun kontrak, dalam waktu 3 bulan jika kinerja kalian bagus dan memuaskan maka saya tetap akan mengangkat kalian menjadi pegawai tetap, begitupun dengan kalian yang sudah berstatus sebagai pegawai tetap saya akan selalu melihat kinerja kalian.

Saya tidak akan langsung memecat kalian, tetap akan ada surat peringatan terlebih dahulu dan jika dikemudian hari saya memecat kalian maka saya akan tetap membayar pesangon kepada kalian dihitung dengan lama waktu kalian bekerja selama ini.

Kalian paham???"

Para staf dan pegawai ku masih terbengong beberapa saat setelah diriku selesai berbicara namun hitungan detik setelah itu mereka pun bersorak gembira akan pengumuman ku barusan.

Lalu aku pun tersenyum kepada mereka semua dan melangkah pergi meninggalkan mereka yang masih bersorak gembira, tidak lupa juga mereka meneriakkan terima kasihnya kepada diriku yang perlahan berjalan menjauh meninggalkan mereka semua.

Aku sungguh menyukai itu, saat dimana diriku berguna bagi orang lain.

Terpopuler

Comments

🌀∂яᷞєͣαᷤмͭѕ🌀

🌀∂яᷞєͣαᷤмͭѕ🌀

mungkin

2022-10-09

1

🌀∂яᷞєͣαᷤмͭѕ🌀

🌀∂яᷞєͣαᷤмͭѕ🌀

mungkin, makan cinta🙂

2022-10-09

1

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

jangan liat org dr tampilan luar aja sih intinya mah

2022-10-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!