2. Bertemu

Di dalam mobil....

"Bukankah dia itu temanmu Amira?" Ucap Dafa menanyakan kepada adiknya itu.

Mereka tengah dalam perjalanan pulang ke rumah.

"Dia bukan temanku." Balas Amira dengan cepat.

'Sebelumnya dia terbiasa berbicara denganku tentang pemuda itu, bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi hingga membuat adikku ini berubah. Dia dulu begitu periang dan bertingkah sangat menggemaskan, tapi sekarang dia bergantung kepada dirinya sendiri dan dia bersikap begitu dingin. Sekarang kapanpun aku bertanya padanya, dia tidak pernah memberi tahu aku apapun.' pikir Dafa.

Keduanya akhirnya tiba di rumah. Amira langsung pergi ke kamarnya dan dia berkata kepada pelayan bahwa dia tidak akan makan hari ini.

Saat Amira masuk ke kamarnya dia mengingat bahwa dia sudah mengatakan kepada seniornya bahwa dia akan mengajaknya pergi makan malam. Amira akhirnya turun dari lantai atas setelah mengganti pakaiannya. Dia melihat Dafa yang tengah makan dan menatapnya dengan bengong.

"Kau butuh sesuatu?" Tanya Dafa kepada Amira.

"Kak, aku harus pergi makan malam dengan teman ku." Ucap Amira tersenyum, mencoba membuat kakaknya itu setuju akan permintaannya.

Dafa awalnya menolak membiarkan Amira untuk pergi, tapi kemudian Amira berkata bahwa Dafa sendiri bisa ikut bersamanya, kemudian Dafa pun setuju.

"Baiklah, kau boleh pergi. Tapi ingat untuk pulang lebih awal." Ucap Dafa.

Perut Amira berbunyi, hal itu membuat pelayan dan Dafa mulai tertawa. Amira pun duduk dan mulai makan. Setelah menyelesaikan makanannya, dia kembali ke kamarnya.

Sementara Dafa, dia harus pergi ke perusahaan sesuai dengan yang diinginkan papanya.

Seseorang tengah mengklakson mobil di depan rumah. Amira melihat melewati jendela dari kamarnya dan orang itu adalah Ariel. Ariel mengerlingkan mata ke arah Amira. Amira pun menjadi kesal dan dia menutup jendela.

Ariel terus saja melakukan hal itu sampai membuat Amira merasa sangat kesal, dia pun turun ke bawah.

"Bi, temanku ada di luar. Aku harus keluar untuk berbicara dengannya." Ucap Amira kepada pelayan di rumahnya.

Ariel keluar dari dalam mobil dan menunggu kedatangan Amira.

"Aa yang kau lakukan disini?" Ucap Amira dengan marah.

"Ikutlah bersamaku." Ucap Ariel.

"Kenapa aku harus ikut denganmu?" Ucap Amira kesal kemudian hendak masuk ke dalam rumah.

Ariel langsung mengangkat tubuh Amira dan menaruh nya di pundaknya dan berkata, "ternyata tidak sia-sia aku sering pergi nge-gym."

Amira terus berteriak ke arah Ariel. Pelayan yang melihat ke arah mereka tampak khawatir. Dia lalu bergegas menelepon Dafa dan hendak memberitahukannya tentang hal itu.

"Kau mau membawaku kemana?" Amira berteriak kepada Ariel.

Ariel menaruh Amira dalam mobil dan memasangkan sabuk pengamannya dan membuatnya duduk.

Ariel lalu berkata kepada pelayan itu, "jangan khawatir, aku bukanlah pria jahat."

Pelayan itu menghentikan langkahnya untuk menelpon Dafa dan berkata, "bawa Nona pulang dengan cepat atau Tuan Dafa akan marah nanti.'

Ariel pun menganggukkan kepalanya.

'Apa-apaan ini? Pelayan malah terpesona karena melihatnya. Dia benar-benar pria yang memalukan.' ucap Amira dalam hati.

*************

Sementara itu, Dafa tengah berada di dalam ruangan di sebuah perusahaan papanya. Arka tengah meminta putranya itu untuk mengurus beberapa dokumen. Tapi, yang dilakukan Dafa justru melamun dengan menatap tumpukan dokumen yang ada dihadapannya itu.

Dafa mengingat kejadian di kampusnya pagi tadi.

Sebelumnya....

Sama seperti hari biasanya, seorang gadis bernama Sheila, tengah berada di dalam perpustakaan. Dia tengah duduk membaca buku. Sheila hari ini harus pergi ke ruangan dekan fakultas nya, tapi jujur saja dia tidak mengetahui dimana tempat itu karena dia sendiri seorang mahasiswa baru dan juga dia begitu jarang bersosialisasi dengan orang lain dan dia lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan.

Dia ingin bertanya kepada kakaknya, tapi kakaknya masih berada di dalam kelas tengah menerima pembelajaran. Jadi dia pun memutuskan untuk mencoba bertanya kepada seseorang.

'Oh di sana ada seorang laki-laki. Aku coba bertanya padanya saja.' ucap Sheila dalam hati.

"Hai, aku baru di sini. Bisakah kau memberitahuku dimana ruang dekan fakultas ekonomi?" Tanya Sheila.

Pria itu yang tak lain adalah Dafa, melihat kearah Sheila.

"Siapa kau itu? Apa yang kau inginkan?" Tanya Dafa ketus.

Sheila kembali mengucapkan pertanyaannya, tapi Dafa hanya berkata, "apakah kau tahu siapa aku?"

'Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku tidak tahu siapa kau, dasar bodoh. Aku mahasiswa baru di sini. Apakah kau tuli tapi, aku harus menemui Dekan. Kalau saja tidak, aku bisa menendang mu sampai mati.' Ucap Sheila dalam hati.

Itulah yang ingin dikatakan Sheila, tapi tidak. Dia hanya menyimpan umpatannya dalam hati.

"Tidak, maaf." Ucap Sheila.

"Kau tidak kenal aku ya? Namaku adalah Dafa Wijaya, sekarang kau pasti sudah mengenal aku." Ucap Dafa menyombongkan diri.

"Aku belum pernah mendengar nama semacam itu." Balas Sheila.

Dafa melihat kearah Sheila dengan tatapan mematikan, "kau adalah mayat hidup."

"Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?" Tanya Sheila.

Sheila tampak heran dengan sikap Dafa yang tiba-tiba arogan itu.

"Iya tentu saja salah." Balas Dafa ketus.

Sheila menjadi semakin bingung, bahkan dia tidak menyadari bahwa sudah ada banyak mahasiswa yang mendekat ke arah mereka. Dan terlihat sangat jelas bahwa raut mereka tampak begitu terkejut.

'Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Aku hanya ingin menemukan dimana ruang dekan dan aku malah berakhir seperti ini.'

Sheila menjadi begitu kesal jadi dia pun berkata,

"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli siapa kau oke. Dan katakan saja kepadaku dimana ruangan Dekan fakultas ekonomi."

Setelah mengatakan hal itu semua mahasiswa lain yang ada disana menjadi lebih terkejut. Mereka tampak seperti ketakutan. Sementara Dafa tersenyum kearah Sheila dan berkata,

"Bagus, kau sudah menempatkan dirimu di dalam sebuah masalah yang besar. Sekarang, silahkan minta orang lain untuk menuntun mu pergi ke ruangan dekan." Ujar Dafa.

Sheila melihat kearah mahasiswa lainnya dan mengatakan kepada mereka dimana ruang dekan. Tapi semua mahasiswa yang ada disana justru terlihat begitu ketakutan. Mereka bahkan mengatakan bahwa mereka tidak tahu dimana letak ruangan dekan.

'Dasar pengecut, dia hanya mengatakan kata itu dan mereka semua malah ketakutan sampai mati.' umpat Sheila dalam hati.

Dan pada akhirnya Sheila harus menemukan ruang dekan sendirian tanpa bantuan orang lain dan dia tidak terlalu beruntung akan hal itu. Kampus yang begitu luas, ditambah tidak ada seorang pun yang mau membantunya membuatnya cukup kesulitan.

Saat jam makan siang, Sheila kembali pergi ke perpustakaan dan kembali bertemu dengan Dafa disana. Sheila tidak menghiraukan Dafa dan memilih mengambil buku yang tersusun rapi diatas rak. Namun, saat dia akan duduk, dia tak menyadari bahwa Dafa sudah menarik kursinya hingga membuat Sheila terjatuh di lantai.

Semua orang yang ada didalam perpustakaan menatap ke arah Sheila yang terjatuh. Sheila hampir saja berteriak, namun mengingat bahwa dirinya berada di dalam perpustakaan dia pun menatap Dafa dan berucap dengan suara yang berbisik.

"Dasar bodoh."

Wajah Dafa begitu terkejut saat ini, dia tampak begitu marah.

'Oh aku tidak akan menyesali apa yang aku katakan.' ucap Sheila dalam hati.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!