“Kudengar, kau memelihara seorang wanita di rumahmu?” tanya seorang wanita berambut panjang sebahu kepada Shen Yi. Wanita itu mengenakan sepatu dengan hak setinggi lima sentimeter, berpakaian putih dan blazer serupa. Wajahnya dipoles bedak tipis dan bibirnya merah muda.
Betapa pun cantiknya wanita itu tidak bisa membuat Shen Yi tertarik. Sebaliknya, dia justru memalingkan wajah ke samping, menghindari tatapan yang membuatnya bosan selama beberapa tahun ini. Shen Yi meminum kopinya, mencoba bersabar pada wanita ini.
“Apa aku tidak boleh membawa orang yang sudah menyelamatkan nyawaku?” Shen Yi membalasnya dengan pertanyaan, membuat wanita cantik itu menghela napas. Sudah lima tahun lamanya dia berjuang, namun orang yang dikejarnya justru tak pernah menoleh padanya sekalipun.
“Oh, rupanya dia penyelamatmu. Apa aku boleh menemuinya?”
“Jangan pernah berpikir untuk mengusiknya hanya karena aku!”
Jiang Li, direktur bidang pemasaran tertawa mendapat jawaban dari Shen Yi. Tidak berhenti sampai di situ, Jiang Li mencoba menggoda kembali Shen Yi dengan terus menerus bertanya.
“Kau membawanya ke rumah yang mana?”
Shen Yi risih dengan pertanyaan Jiang Li. Dia segera menghabiskan kopinya, mengambil ponsel lalu membawa tas kerjanya.
“Aku sedang sibuk. Tidak ada waktu untuk menjawab pertanyaanmu.”
Jiang Li yang ditinggal pergi seorang diri oleh Shen Yi menatap kepergian pria itu dengan sudut matanya. Dia meletakkan kopinya, lalu bersandar pada sandaran kursi. Shen Yi, adalah orang yang dia sukai sejak lima tahun lalu. Namun, dia tidak pernah berhasil mendapatkan hati Shen Yi, karena pria itu terlalu sibuk mengurus perusahaan dan sering bepergian ke luar negeri.
Kemarin ketika mendapat berita Shen Yi baru saja kembali setelah perjalanan bisnis, tiba-tiba saja orang di kantornya membicarakan seorang wanita yang dibawa pulang oleh Shen Yi. Jiang Li datang untuk memastikan. Dia bukan wanita bodoh yang akan bertindak ceroboh.
Melihat respon Shen Yi tadi, Jiang Li jadi penasaran seperti apa sosok wanita yang dibawa pulang oleh Shen Yi. Asistennya mengirimkan sebuah foto yang diambil diam-diam ketika wanita itu masih ada di kantor kemarin. Dilihat dari wajahnya, Jiang Li tersenyum kecil. Dia berkata, “Rupanya dia.”
Shen Yi masuk ke ruang kerjanya dibarengi Zhang Bi. Duduk menemani Jiang Li di kedai kopi cukup membuang waktunya. Jika bukan karena kerja keras Jiang Li, Shen Yi mungkin sudah lama memutasi wanita itu ke perusahaan cabang di kota lain. Hanya saja jajaran dewan direksi terlalu menyayangi Jiang Li hingga Shen Yi tidak leluasa untuk bertindak padanya.
“Tuan, coba lihat ini.”
Zhang Bi menyodorkan rekaman kamera pengawas di dalam rumah Shen Yi. Kamera itu berfungsi dengan baik. Anehnya, di sana tidak terekam apa yang terjadi ketika isi rumah Shen Yi hancur atau siapa yang menghancurkannya. Kamera itu hanya merekam saat Zhang Bi mengantar Feng Shang, setelah itu tidak terjadi apa-apa.
Memang aneh, pikir Shen Yi. Dengan kamera pengawas yang sangat canggih, mustahil jika kejadian itu tidak terekam. Mungkinkah hantu yang menghancurkannya? Tidak, hantu hanyalah produk takhayul yang lahir karena ketakutan manusia. Shen Yi tidak percaya.
“Perlihatkan bagian kolam air mancur,” pinta Shen Yi.
Kamera pengawas di dekat air mancur hanya merekam ketika Feng Shang melompat ke dalam kolam dan berendam di sana. Tidak ada rekaman mengapa dinding kaca bisa pecah. Namun, satu hal yang membuat Shen Yi tertarik adalah bahwa Feng Shang ternyata telah berendam selama lebih dari empat jam di dalam kolam air mancur.
Ketika Shen Yi sibuk di kantornya, Feng Shang justru merasa bosan karena tidak ada pekerjaan. Biasanya ketika di Alam Sembilan Langit, dia akan pergi berburu siluman jahat ketika memiliki waktu senggang. Bersama dengan dewa lainnya, dia selalu jadi yang terunggul. Sekali berburu, sang maharani kerap mendapat lebih dari lima ekor siluman dan menjinakkannya, atau mengirimnya ke Kolam Reinkarnasi agar bisa menjadi manusia dan berbuat kebaikan.
Feng Shang tidak tahu bahwa sihir tidur yang dia terapkan pada Shen Yi telah membuat pria itu bangun kesiangan. Dia pikir pria itu tidak akan pergi, atau sudah pergi. Feng Shang tidak tahu kalau dia menerapkan sihir tidur pukul satu malam, yang membuat Shen Yi bangun pukul sembilan pagi, dua jam lebih lambat dari jam kantor. Memangnya dia peduli pada pekerjaan pria itu?
Untuk menghilangkan bosan, dia berjalan-jalan ke sekitar rumah yang sudah dibersihkan. Isi rumah yang kemarin hancur sekarang sudah diganti dengan yang baru, menampilkan suasana yang berbeda dengan yang dia lihat sebelum dia menghancurkannya.
Dia berkeliling menyusuri setiap sudut rumah. Ya, bangunan ini memang sebuah rumah, tetapi lebih pantas disebut istana bagi manusia biasa. Shen Yi menghabiskan uang jutaan dolar untuk membangunnya. Rumah ini hanya salah satu dari sekian banyak aset property yang dia miliki, sekaligus rumah favoritnya.
Shen Yi sengaja tidak mempekerjakan pelayan di rumah ini dengan alasan menginginkan ketenangan. Cukup di rumah utama saja yang ada pelayannya. Di rumah ini, dia bisa bebas pulang dan pergi. Ini juga alasan mengapa dia membawa Feng Shang kemari.
“Manusia di sini sangat berisik,” ucap Feng Shang ketika ribuan suara masuk ke telinganya, menimbulkan sensasi muak yang membuat kepalanya pusing. Memiliki kemampuan mendengar suara hingga beribu-ribu mil ternyata merepotkan juga. Feng Shang menyegel kemampuan ini, agar merasa nyaman.
Feng Shang menemukan sebuah taman yang bunga-bunganya sudah layu. Feng Shang melangkahkan kakinya, kemudian secara ajaib bunga-bunya yang layu kembali segar dan mekar. Wanginya tertiup angin, membuat Feng Shang mengingat kembali taman bunganya di Istana Fengyun. Anehnya, Feng Shang justru merasakan adanya kekuatan besar tersimpan di taman tersebut.
Rasanya seperti kekuatan spiritual api yang terpendam. Karena dia adalah feniks api, elemen tersebut sangat bersahabat dengannya. Feng Shang duduk di sebuah ayunan yang empuk, menghirup aroma bunga dan menyerap kekuatan spiritual dari area taman.
Saking nyamannya, dia sampai tertidur.
“Nona Feng,” seseorang memanggil namanya setelah dia tertidur selama satu jam. Zhang Bi berdiri di ambang pintu sambil membawa beberapa bungkus makanan.
“Ya?”
“Tuan Shen menyuruh saya untuk mengantarkan ini. Mungkin, Nona belum makan sejak kemarin.”
Zhang Bi kemudian meletakkan makanan di atas meja. Feng Shang mencium aroma unik, menggelitik lidahnya dan membangunkan selera makannya. Makanan tersebut kemudian dipindahkan ke atas piring. Namun, bukan Feng Shang justru malah terdiam ketika di piring tersebut terdapat pisau dan garpu bersisian.
Bahkan sampai Zhang Bi kembali ke kantor, Feng Shang belum memakan makanan tersebut. Bukan tidak lapar, perutnya memang sudah keroncongan tetapi sesuatu menahan dia agar tidak memakan makanan tersebut. Feng Shang malah meninggalkan meja makan dan kembali tidur di ayunan taman bunga hingga malam hari.
Shen Yi mengernyitkan dahi saat melihat makanan yang dia suruh pesan masih utuh. Makanan itu sekarang sudah dingin. Walau mahal, tetapi tidak bisa dibiarkan lama-lama. Mengabaikan uang yang dia buang untuk membeli makanan tersebut, Shen Yi kemudian melihat jejak kaki memanjang mengarah pada taman bunga.
Dia melihat Feng Shang sedang tertidur di ayunan. Bunga-bunga yang ada di sekitarnya tidak layu dan mekar indah di bawah cahaya bulan. Shen Yi tidak punya waktu untuk mengurus halaman rumah, membiarkan tanaman-tanaman hias terbengkalai. Setahunya, kemarin bunga-bunga tersebut masih layu dan hampir mati, kenapa tiba-tiba mekar?
“Feng Shang?”
Feng Shang mengerjapkan matanya. Shen Yi berdiri tak jauh dari ayunan, menatapnya seperti sebelumnya.
“Kau sudah pulang,” ucap Feng Shang singkat.
“Mengapa kau tidak memakan makanannya?” tanya Shen Yi.
“Aku tidak tahu cara memakannya.”
Jawaban Feng Shang membuat Shen Yi seketika tergugu. Jadi, perempuan ini tidak makan hanya karena tidak tahu bagaimana cara memakannya?
Ya Tuhan! Perempuan macam apa yang telah menyelamatkan nyawanya ini? Kemarin dia berendam selama enam jam lebih, sekarang malah tidak makan dengan alasan tidak tahu cara memakannya, siapa yang akan percaya?
Shen Yi terpaksa mengajari Feng Shang cara makan steak daging sapi. Feng Shang baru tahu kalau fungsi benda bernama garpu adalah untuk menahan daging, sementara pisau untuk memotongnya. Cara makan seperti ini tentu saja tidak ada di Alam Sembilan Langit – atau mungkin manusia menyebutnya alam kahyangan.
“Cara makan manusia fana sungguh merepotkan.” Feng Shang tanpa sadar mengeluarkan gaya Maharani Langit-nya hingga membuat Shen Yi menatapnya dengan penuh pertanyaan. Segera, dia meralat perkataannya dengan ucapan, “Maksudku, mengapa kau tidak memberiku makanan yang mudah dicerna saja.”
Shen Yi membuang tatapannya ke samping.
Perempuan aneh ini, seharusnya sudah dia kirim ke keluarganya kemarin. Tapi, sampai saat ini Zhang Bi masih belum menemukan identitas perempuan ini dan dari mana asalnya. Untuk orang sepertinya, Shen Yi sebenarnya sudah cukup bersabar.
“Kau tidak ingat siapa keluargamu?” tanya Shen Yi. Feng Shang menggeleng.
“Para wanita seperti kami tidak punya keluarga,” jawab Feng Shang spontan.
“Wanita seperti kami? Maksudku, kau dari panti asuhan?”
“Apa itu panti asuhan?”
Shen Yi menjeda napasnya, dia pikir sia-sia bertanya padanya.
Feng Shang menghabiskan semua makanannya. Perutnya tidak pernah sekenyang ini karena di Istana Fengyun, Yue Ming selalu mengingatkannya kalau Maharani Langit tidak boleh terlalu banyak makan supaya tidak gendut dan tidak menjadi bahan tertawaan di Tiga Alam.
Feng Shang menghampiri Shen Yi karena penasaran terhadap sebuah benda ajaib yang diletakkan pria itu di atas meja. Berdasarkan ingatan Shen Yi yang dilihat Feng Shang semalam, benda aneh itu bernama laptop.
Feng Shang terkejut dan memukul pundak Shen Yi saat dia melihat sebuah cuplikan video drama romansa xianxia yang berkisah tentang dewa-dewi. Cuplikan itu menampilkan adegan ketika tokoh seorang dewi berciuman dengan seorang dewa di bawah pohon kehidupan.
Mendapat pukulan mendadak, Shen Yi tidak bisa tidak kebingungan.
“Kenapa kau memukulku?”
“Tidak sopan! Dewa dan dewi tidak diperbolehkan berbuat tidak senonoh! Aku harus menghukum mereka!”
Feng Shang yang berapi-api membuat Shen Yi kembali tergugu. Tingkah Feng Shang membuatnya tergugu berkali-kali. Shen Yi sekarang berpikir kalau Feng Shang sudah kehilangan akal karena terdampar di Pulau Yonghe dan mengira dirinya adalah Maharani Langit dan ini adalah alam kahyangan.
“Kau ini aneh, memangnya alam dewa itu ada?” tanya Shen Yi kemudian.
Feng Shang ingin sekali memukul Shen Yi sekuat tenaga dan mengirimnya ke Kolam Reinkarnasi. “Seharusnya aku membiarkan pria ini mati saja,” ucap Feng Shang dalam hati.
Shen Yi menutup layar laptopnya. Hobi unik seperti menonton drama kolosal di tengah kesibukannya hanya diketahui oleh Zhang Bi, mungkin sekarang bertambah Feng Shang. Untuk seorang presiden direktur sebuah perusahaan besar, hal itu adalah sebuah lelucon yang mengundang tawa banyak orang.
Karena itulah Shen Yi selalu memilih rumah ini untuk menjalankan hobinya. Entah mengapa dia tidak risih saat Feng Shang mengetahui hobi uniknya. Shen Yi kemudian naik ke lantai atas, bersiap untuk tidur. Di lantai bawah, Feng Shang masih duduk memperhatikan laptop milik Shen Yi.
“Aku ingin lihat bagaimana dewa-dewi tidak senonoh ini berakhir!”
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
2024-01-23
0
Nini Antéh
ternyata presdir shen suka nonton drama kek perempuan😂
2022-08-21
1