Feng Shang mengerjapkan matanya ketika merasakan rasa sakit seperti sedang digigit di bagian kakinya. Ketika matanya terbuka, dia melihat langit biru yang cerah tanpa awan. Begitu biru hingga dia tidak tahu apakah Alam Sembilan Langit memiliki langit yang cerah seperti ini atau tidak.
“Kepiting sialan!”
Feng Shang melemparkan seekor kepiting merah besar ke sekitar. Capit kepiting itu telah melukai kakinya hingga berdarah. Rupanya, perasaan sakit seperti digigit tadi berasal dari jari kakinya yang dicapit kepiting merah besar. Kakinya yang putih dan jenjang, mulus tanpa luka kini memiliki cacat berupa bekas capitan kepiting yang mengganggu pemandangan.
Tunggu, darah?
Feng Shang mengernyitkan dahi hingga kedua alisnya hampir menyatu. Seumur hidupnya, dia tidak pernah melihat darah keluar dari tubuhnya yang terluka. Takdirnya sebagai Maharani Langit membuatnya memiliki tubuh yang tahan terhadap luka luar, sehingga setiap kali kulitnya sobek, tidak pernah mengeluarkan darah dan lukanya langsung menutup kembali.
Mengapa kakinya bisa berdarah?
Feng Shang merasa tubuhnya dingin. Matanya membelalak ketika melihat pakaian aneh yang menempel di tubuhnya. Dia hanya mengenakan sebuah pakaian putih polos yang tipis berlengan panjang dan sebuah rok hitam selutut, yang semuanya basah. Feng Shang meraba bagian tubuhnya yang lain. Rambutnya yang biasanya tergerai panjang kini diikat satu, mahkota yang terbuat dari berlian esensi Tiga Alam juga sudah tidak berada di kepalanya.
“Apa yang terjadi padaku?”
Feng Shang menatap kakinya yang terbuka. Rupanya, dia juga tidak memakai alas kaki dan kaus kaki hingga kulit putihnya terekspos begitu saja. Butuh waktu beberapa menit baginya untuk memperhatikan seluruh tubuhnya yang tidak biasa. Lantas, dia melihat ke sekeliling.
Hamparan pasir putih memanjang ke arah selatan. Deburan ombak berderu dan datang berganti, membawa buih lautan serta beberapa benda kecil lain. Feng Shang kemudian menyimpulkan kalau dia sedang berada di sebuah pantai di pulau misterius yang belum pernah dia kunjungi. Tidak ada dewa atau iblis atau peri di sini. Feng Shang juga tidak mencium aroma spiritual dari tumbuhan dan benda-benda di sekitarnya. Hanya ada pasir putih, ombak, pohon kelapa serta semak-semak belukar dan batu karang yang menjulang.
Suara bising kemudian terdengar sangat keras. Feng Shang melihat ke atas langit, lalu sebuah benda aneh berwarna hitam terbang dengan ketinggian rendah. Di atas benda tersebut terdapat benda lain yang panjang dan berputar, hingga membuat pepohonan bergerak seperti tertiup angin topan.
“Tuan, ada seorang perempuan di bawah sana!” seru seseorang dari dalam benda tersebut kepada pria berjas hitam dan memakai sesuatu yang bulat berwarna hitam di matanya.
“Apa dia seorang dewa?” tanya Feng Shang dalam hati. Apa benda terbang itu adalah hewan spiritualnya? Tetapi mengapa sangat berisik?
“Turun!” perintah pria berjas hitam.
Benda terbang tersebut kemudian mendarat tak jauh dari tempat Feng Shang berdiri. Feng Shang bersiap, waspada jika orang-orang itu akan menyerangnya secara tiba-tiba. Sikap itu sudah terlatih sejak ribuan tahun lalu sebelum dia menjadi Maharani Langit, sehingga kewaspadaannya melebihi siapapun.
Feng Shang merasakan energi misterius ketika pria berjas hitam berjalan ke arahnya. Dia melihat bayangan seseorang di matanya, namun tiba-tiba saja matanya menjadi sakit dan dia segera menutupnya. Aneh, mengapa matanya langsung sakit ketika merasakan aura dari pria asing itu?
“Dia mungkin tersesat,” ucap pria itu datar.
Feng Shang membuka kembali kedua matanya. Jarak antara dia dan pria tersebut mungkin hanya beberapa meter saja. Pria berjas mengernyitkan dahi ketika melihat raut wajah tanpa ekspresi dari perempuan kecil yang berdiri di hadapannya. Ini tidak biasa, pikirnya.
Lazimnya ketika seseorang terdampar di pulau asing sendirian, orang itu akan panik dan mencari pertolongan hingga seperti hendak mati. Tetapi perempuan ini malah menampilkan raut wajah biasa saja, seolah terdampar di pulau terpencil yang tak berpenghuni adalah hal yang biasa.
Feng Shang mundur satu langkah ketika pria itu maju satu langkah. Pria berjas membuka benda hitam yang menempel di hidungnya hingga kedua matanya terlihat. Mata itu, mata itu sangat indah! Feng Shang merasa mata milik pria asing ini mirip seperti mata para dewa agung yang sering datang berkunjung kepadanya, namun tampak berbeda di saat yang sama.
Pria berjas kemudian berbalik, lalu menggunakan bahasa isyarat berupa anggukan kepala. Pria lain yang berpakaian hampir serupa mengangguk, kemudian menghampiri Feng Shang dengan ekspresi ramah sembari berkata, “Nona, silakan ikut bersama kami.”
Feng Shang merubah ekspresinya. Berani-beraninya dia menyapa Maharani Langit secara langsung tanpa etiket dasar Alam Sembilan Langit! Feng Shang menggerakkan jarinya, hendak mencekik pria itu. Aneh, tangannya justru tidak bisa mengeluarkan sihir. Gerakannya malah terlihat konyol.
“Nona? Anda baik-baik saja?” pria itu kembali bertanya.
Feng Shang tidak menjawab dan malah memperhatikan jari-jarinya. Ke mana perginya seluruh kekuatannya? Mengapa sihirnya tidak keluar?
“Nona mungkin terkejut dan ketakutan karena terdampar di pulau ini sendirian. Biarkan kami membantumu keluar dari sini, setelah itu Nona bisa menemukan keluarga Nona,” ucap pria itu lagi.
Feng Shang tidak bodoh. Jika dia ingin mengetahui apa yang terjadi, dia mungkin harus mengikuti sekelompok orang asing ini. Saat pria itu berbicara padanya, dia ingin marah karena merasa pria itu memiliki keberanian yang luar biasa untuk berhadapan dengannya. Di Alam Sembilan Langit, bahkan para dewa agung pun hanya berani berbicara padanya secara singkat.
Akhirnya, dia mengikuti pria-pria aneh masuk ke dalam benda terbang misterius. Suara yang berisik membuat Feng Shang harus menutup kedua telinganya. Hewan spiritual ini sangat aneh. Tidak ada mata, tidak ada bulu, tetapi bisa memuat hingga lima orang dan juga sangat berisik. Selain itu, di bagian depannya terdapat puluhan tombol dan layar kecil yang menyala dan menampilkan bulatan dan angka-angka aneh.
Pria berjas melihat tingkah Feng Shang, lalu memakaikan sebuah benda asing ke kepalanya. Suara berisik dari hewan spiritual langsung tidak terdengar. Feng Shang menatap sebentar, lalu kembali diam sambil melihat pemandangan di bawah sana. Di Tiga Alam, Feng Shang sering terbang di atas lautan, tetapi tidak pernah benar-benar menyukai lautan.
Itu semua dikarenakan dendam dua puluh ribu tahun lalu. Ketika dia masih menjadi dewi biasa, dia pernah dikurung di Laut Timur oleh sekelompok dewi yang iri padanya. Penduduk Laut Timur memperlakukannya seperti budak hingga Feng Shang muak dan memberontak. Itulah sebabnya dia tidak terlalu menyukai lautan.
Setelah beberapa lama, hewan spiritual aneh kemudian terbang di atas hamparan bangunan-bangunan aneh yang tinggi menjulang. Feng Shang melihatnya dari atas, dan jelas itu bukanlah istana atau rumah-rumah penduduk Tiga Alam. Selain itu, di bawahnya juga terdapat jalan-jalan yang memanjang dengan ribuan benda aneh bergerak maju dari berbagai arah.
Ini bukan Alam Sembilan Langit, tempat ini bukan Tiga Alam, pikirnya.
“Tuan, ke mana kita akan membawa nona itu?” tanya pria ramah tadi.
“Ke keluarganya,” jawabnya singkat.
Si pria ramah langsung lesu mendapat jawaban sesingkat itu.
“Tetapi nona itu tidak berbicara sepatah kata pun sejak dia naik. Bagaimana kita bisa tahu siapa dia dan di mana keluarganya?”
“Mungkin otaknya kemasukan air.”
Feng Shang yang mendengarnya seketika berkata, “Aku tidak bodoh.”
Kedua pria tersebut kemudian tidak berbicara lagi hingga mereka sampai di sebuah tempat yang tinggi. Mungkin, mereka berhenti di sebuah atap bangunan tinggi. Deru bising hewan spiritual aneh kemudian berhenti tatkala pria berjas bermata indah turun, disusul pria tadi dan beberapa orang pria lainnya. Feng Shang juga turun setelah penumpang hewan spiritual keluar semua.
Baru saja dia memijakkan kakinya yang telanjang, telinganya kemudian menangkap suara aneh yang melesat menuju pria bermata indah. Indra pendengaran Maharani Langit-nya ternyata masih berfungsi sangat baik, bisa memprediksi suara-suara yang datang dari jarak hingga seribu mil jauhnya. Feng Shang merasa kalau suara yang datang tersebut bukan hal yang baik.
“Awas!” seru Feng Shang ketika suara tersebut bergerak semakin mendekat. Feng Shang refleks mendorong tubuh pria bermata indah untuk menghindari serangan suara tersebut. Kulitnya bersentuhan dengan kulit tangan si pria. Feng Shang dan si pria terjatuh bersamaan dengan melesatnya sebuah benda kecil aneh dengan kecepatan tinggi. Benda itu mengenai sebuah tembok besar yang ada di belakang mereka.
“Pembunuh! Lindungi Tuan Shen Yi!”
Beberapa orang kemudian bersiaga, membentuk lingkaran untuk melindungi Shen Yi dan Feng Shang. Sikut Feng Shang tergores dan berdarah, sementara Shen Yi hanya mengalami luka memar karena terjatuh mendadak dan menahan benturan keras.
“Zhang Bi, jangan biarkan dia melarikan diri!” perintah Shen Yi sambil bangkit. Pria-pria kekar – mungkin pengawal Shen Yi, memegang senjata di tangan mereka. Sial, bisa-bisanya mereka kecolongan!
“Shen Yi?” ucap Feng Shang tanpa sadar.
“Nona, terima kasih sudah menyelamatkan nyawa Tuan Shen. Siapa nama Nona?” tanya Zhang Bi. Sembari membersihkan debu di tangannya, Feng Shang kemudian menjawab, “Feng Shang.”
Di Alam Sembilan Langit, menyebut nama Maharani Langit sembarangan adalah sebuah larangan. Nama mulia tersebut hanya boleh disebut setelah diberi panggilan ‘Yang Mulia’. Namun, Feng Shang terpaksa memberitahukan namanya karena dia tahu bahwa ini bukanlah dunia tempatnya berasal. Siapa tahu dia bisa mencari informasi dengan mengandalkan orang-orang ini.
“Di mana rumah Nona? Saya akan mengantarkan Nona pulang dan memberi Nona imbalan karena sudah menyelamatkan nyawa Tuan kami,” sambung Zhang Bi.
Feng Shang tidak mungkin menjawab Istana Fengyun, bukan? Jika dia menjawab seperti itu, dia mungkin dianggap gila dan ditertawakan. Seumur hidup ini, Feng Shang paling tidak ingin ditertawakan. Lebih baik disebut kejam daripada menjadi bahan tertawaan, sehingga dia terpaksa menjawab, “Aku tidak tahu.”
Entah karena masih panik atas insiden tadi atau apa, Shen Yi dan Zhang Bi tidak berkomentar. Kedua pria itu membawa Feng Shang ke dalam sebuah ruangan yang semuanya sangat aneh. Di dalam ruangan itu, Feng Shang melihat banyak manusia berpakaian aneh sama seperti dirinya, sibuk pada tempat masing-masing. Sesekali dia mendengar teriakan kemarahan dari beberapa sudut ruangan dan keluhan dari beberapa orang yang tertangkap telinganya.
“Nona, pakailah ini. Saya lihat pakaianmu basah. Tuan Shen sedang meeting dengan klien, mohon Nona menunggu di sini.” Zhang Bi menyodorkan satu set pakaian wanita yang menurut Feng Shang masih terlihat aneh. Meskipun kainnya agak tebal, tetapi tidak bisa menutupi seluruh tubuhnya.
“Apa tidak ada pakaian yang lebih panjang?”
Zhang Bi menggeleng. Itu adalah set pakaian wanita yang baru dibeli beberapa saat yang lalu dan harganya sangat mahal. Modelnya sudah yang terbaru dan edisi terbatas, tetapi perempuan ini malah ingin yang lain?
“Mungkin hanya pakaian Tuan Shen yang agak panjang.”
“Berikan padaku!”
Meskipun aneh, namun Zhang Bi tetap mengambilkan satu set pakaian milik Shen Yi dan memberikannya pada Feng Shang. Kini, perempuan itu memakai setelan mirip seperti Shen Yi, berjas hitam dengan kemeja putih dan celana panjang hitam. Feng Shang juga menggunakan sepatu Shen Yi yang ukurannya besar, hingga ketika dia melangkah, sepatunya kerap tertinggal. Dia menunggu di ruangan milik Shen Yi sendirian.
“Dia sungguh aneh,” ucap Shen Yi ketika dia melihat lewat kaca setelah selesai rapat. Di dalam ruangannya, Shen Yi melihat dengan jelas kalau Feng Shang seperti seorang karyawan baru yang polos dan aneh.
“Nona Feng menolak memakai pakaian yang baru. Dia bilang, dia ingin yang lebih panjang. Padahal, pakaiannya sudah basah sejak dia masih di Pulau Yonghe. Tuan, ke mana Tuan akan mengirim Nona Feng?” tanya Zhang Bi.
“Bawa pulang saja.”
...***...
...Duh, Maharani Feng malah terdampar di pulau! Dia naik burung spiritual modern, nih! Kira-kira, siapa ya Shen Yi itu? Mengapa dia membawa pulang Feng Shang ke rumahnya?...
...Cari tahu jawabannya di episode-episode selanjutnya ya! Sampai jumpa!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
DHIwa diaryNT
masuk ke otakku kyk dunia modern Thor ,tp GK tau Deng...
2024-01-26
0
Fifid Dwi Ariyani
trudsukses
2024-01-23
0
siauce
Kalau in pulau yonghe , kalau t4 tingalku koya yonghe😂😂
2022-08-31
1