Malam ini adalah malam minggu jadi kami memutuskan untuk pergi makan malam direstoran langganan keluarga Amira, walaupun mereka sibuk dengan urusan pekerjaan tapi diakhir pekan selalu menyempatkan waktu berasama keluarga. Apa lagi Papa yang sibuk kadang pergi keluar kota, jadi dia sangat menikmati mengahabiskan waktu bersama.
Saat sampai direstoran tersebut Papa mengajak kami semua turun, sebelumnya Papa sudah memesan tempat untuk kami makan malam ini.
"Sudah sampai ayo turun" ucap Papa mengajak mereka turun.
"Ayoooo.... adek sudah tak sabar mau makan laper" Sambung Marsa yang tergesa-gesa turun dari mobil.
"Astaga adek pelan-pelan dong! nanti jatuh baru tau rasa" Lanjut Amira, kini adek kecilnya sudah menjadi gadis remaja yang cantik.
"Dasar kakak sewot deh, lihat Ma kakak marahin Adek terus dari kemarin" Jawab Marsa sambil bersembunyi dibelakang Mamanya.
"Kakak benar, lain kali adek nggak boleh gitu gak sopan" Ucap Mama dengan lembut.
"Iya-iya adek minta maaf" jawabnya kemudian.
Kami pun memasuki restoran dan menuju meja yang telah Papa pesan. Semua makanan hari ini Papa yang pesankan, karena Papa nggak pernah pelit kalau soal jalan dan membeli makanan. Seperti sekarang ini menurut Papa menghabiskan waktu berasama kelaurga adalah hal yang paling berharga.
Beberapa menit kemudian pesanan makananya sudah datang, terlihat sekali jika Marsa sangat senang.
"Makananya sudah datang" Ucap Marsa sangat antusias.
"Karena makanannya sudah datang ayo kita makan perempuan - perempuan kesayangan Papa" Sambung Papa yang mulai mengambil makanannya.
"Astaga Papa sangat romantis bikin Mama tambah cinta" jawab Mama sambil memberikan tanda love menngunakan kedua tanganya.
"Papa sama Mama kayak Abg lagi jatuh cinta aja" Ucap Amira sambil mengambil makanannya juga.
"Ngomong aja kalau kamu iri kan, makanya udah Papa bilang sana cari pacar, jangan bilang ke Papa kalau Kakak nggak laku makanya jomloh terus" Lanjut Papa dengan nada bercanda.
"Lah kok Amira lagi yang kena, bukanya Papa yang bilang kalau kakak masih seperti putri kecil kesayangan Papa. Jadi nggak usah buru-buru!" ucapnya bangga sambil tersenyum.
"Jangan ngomong gitu kak, kalau nggak dicari mana dapat ingat tu umur kakak aja udah 26 tahun berarti kakak udah dewasa dan siap untuk menikah. Mama juga udah siap kok punya cucu iya kan Pa?" sambung Mama sambil menyenggol lengan suaminya itu.
"Papa juga setuju karena tahun ini kakak udah benar-benar dewasa, jadi Papa nggak akan melarang kakak buat pacaran lagi" Ucapnya dengam nada sedikit sedih, banyak hal yang dia pikirkan tentang putrinya itu.
"Tumben sekali kali ini Papa sama Mama kompak kakak jadi sedih kalau bayain mau nikah pisah sama Papa, Mama dan Adek jika kakak menikah nanti" Jawab Amira dengan nada agak sedih sambil memghembuskan napasnya.
"Jangan sedih sayang pacar aja nggak punya bagaimana mau nikah, apa mau nanti Mama kenalkan kamu sama anak teman Mama anaknya keren-keren loh sayang" Mama membuju Amira untuk kesekian kalinya.
Ada-ada saja Mama, emang ini masih jaman apa jodoh-jodohan. Jadi bosen kalau bahas masalah jodoh ucap Amira dalam hatinya.
"Udah lah, jurus Mama udah nggak mempan lagi. Mama dari kemarin mengenalkan anak teman Mama tapi tidak ada satu pun yang benar" Amira merengek pada Mamanya.
"Bisa nggak bahas yang lain aja, Adek kan masih kecil jadi nggak nyambung ceritanya" Sela Marsa yang mulai berbicara karena sudah bosen mendengar perdebatan mereka bertiga.
"Uhhh kecilnya adekku ini, jangan bohong kamu kemarin kakak lihat ponsel kamu ada laki-laki yang chat tu." Jawab Amira gemas sambil mencubit pipi adiknya.
"Mana ada, Kakak kok suka buka ponsel orang tampa pamit si" jawab Marsa marah.
"Sudah lah jangan berdebat, ayo lanjutkan makanya" sambung Mama.
Banyak hal yang kami bicarakan sampai tiba-tiba Papa dan Mama membicarakan keluarga Om Surya. Ya tentu saja bersangkutan dengan Juan anaknya, sebenarnya Amira cukup pensaran dengan cinta pertamanya itu.
"Bagaimana Mama udah ketemu sama Istrinya Surya? " Tanya Papa kepada Mama.
"Iya sudah Pa, kebetulan Ami mampir kebutik jadi kami sekalian makan siang bersama ternyata orangnya asik juga walapun nampaknya pendiam" jawab Mama sambil terus memberikan makanan kepada Amira dan Marsa.
"Apa kata ku, bagus lah Mama berteman denganya dari pada tetangga sebelah Papa kurang suka Ibu-ibu yang suka gosip" Sambung Papa lagi.
"Iya Pa, Jeng Mida memang ratu gosip di perumahan kita semua orang pun tau udah lah jangan bahas dia kayak nggak ada pembicaraan lain aja. Oh iya Mama penasaran berapa anaknya Surya sama Ami itu soalnya Mama tanya kemarin mereka hanya tinggal bertiga saja?" Tanya Mama lagi yang masih penasaran.
"Anak surya itu ada tiga, yang pertama Tomi bekerja sebagai TNI dia tinggal di luar kota bersama istrinya. Terus yang kedua cewek namanya Zili dia seorang guru yang bekerja di kota P dan menetap disana, yang paling bungsu ya Jerry. Papa salut sama Jerry, Mama tau sebelum tes polisi kemarin dia juga sudah pernah kuliah jurusan menajemen tentang bisnis dan mendapat gelar S1 itu kemauan Surya sebenarnya untuk meneruskan bisnisnya tapi Surya tidak ingin memaksakan Jerry katanya" Penjelasan Papa panjang lebar dan Amira terus menyimak dari tadi.
"Wah keren ya Pak Surya anaknya pada sukse semua" Jawab Mama yang memuji keluarga Om Surya.
"Iya begitu lah Ma, Surya memang tipe orang yang pekerja keras dari dulu dan kini sukses mendidik anak-anaknya. Tapi Papa baru ketemu sama Jerry aja kalau yang lain kan jarang pulang kesini" Ucap Papa lagi.
"Mama juga udah ketemu sama Jerry kemarin Pas jemput Ami dikafe, anaknya memang pendiam tapi sopan sekali. Mama liat juga keluargannya Pak Surya religius sekali ya Pa" Sambung Mama.
" Memang benar Ma, pas kami masih kuliah dulu yang paling sering ngaji sama solat ya Surya" Ucap Papa sambil tersenyum mengingat masa lalunya.
"Bagus dong, kalau Papa pasti bandel kan. Mama sudah bisa menebaknya" tebakan Mama memang selalu benar tak pernah salah.
"Mana ada Papa adalah laki-laki yang keren dan nggak banyak omong, sudah lah jangan bahas Papa" jawab Papa.
"Bilang aja Papa malu, jika anak-anak tau Papanya dulu bandel" canda Mama sambil tersenyum.
"Tu liat anak-anak diam terus, kamu si ngajak ngomong terus dari tadi. Sayangnya Papa kok diam terus?" sambung Papa lagi mengalihkan pembicaraan, sambil bertanya pada kedua putrinya.
"Lanjutin aja Pa, Amira sama Adek menyimak dengan baik kok" jawab Amira sambil senyum kepada Papanya.
Pada saat sekolah Papa memang bandel sering bolos, merokok dan lebih parahnya lagi pernah berantem dengan guru sampai guru itu babak belur sampai pingsan. Akhirnya Papa dibawah kekantor polisi selama seminggu itu perilaku yang tidak pantas dicontoh kata Papa.
"Iya Papa memang bandel tapi Mama suka kan?" Gombal Papa lagi yang tak bosan memgerjai Mama dari tadi.
"Udah-udah Mama kalah kalau harus berdebat sama Papa, Sayang ayo segera dihabiskan. Udah larut takutnya kemaleman" Jawab Mama karena memang sudah pukul 11 malam.
Setelah makan mereka pulang kerumah, Amira dan Marsa pun mengikuti Mamanya keluar dari restoran dan Papa membayar terlebih dahulu. Diperjalanan Amira masih memikirkan perkataan orang tuanya. Apa benar dirinya sudah pantas menikah tapi dalam hati nya dia benar-benar belum kepikiran untuk pacaran apalagi menikah. Hanya ada satu laki-laki yang bernama Jerry yang selalu mengusik hatinya, tapi sayangnya laki-laki itu sama sekali tak mengenal Amira.
#Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Maura
visual dong thor kalau boleh
2023-04-16
0
Mi. Kelinci🐰
Upp
2022-10-24
0