Setahun berlalu dan Fabian berhasil menginjakkan kaki ke sekolah impiannya. Berkat Handi, Fabian bisa masuk ke sekolah swasta. Ia sudah lama ingin mencicipi bagaimana rasanya sekolah di sekolah swasta yang terkenal ini. Ternyata tidak buruk juga memiliki Ayah tiri yang memiliki banyak uang seperti Handi. Jika minta sesuatu, Fabian tinggal mengambil hatinya sedikit, maka Handi akan mengabulkannya. Handi hanya ingin memperlakukan Karina dan Fabian dengan adil. mendapatkan hak dan pendidikan yang sama walau Fabian bukanlah anak kandung Handi.
Fabian memiliki perbedaan usia dengan Karina. Karina tiga tahun lebih tua dari Fabian. Tetapi Fabian sudah memiliki rasa kagum pada Karina. Terlebih lagi, Karina harus menderita karena dirinya. Ia ingin berbuat baik setidaknya untuk membalas rasa bersalahnya karena telah merebut Ayahnya darinya. Fabian mengelilingi sekolah. dan mendapati Karina yang sedang tertawa bersama teman-temannya, Fabian merasa bersyukur bahwa Karina bisa tertawa lepas dengan teman-temannya. Tahun ini Karina akan melaksanakan wisudanya, Dan akan segera menjadi anak sekolah menengah atas. Karina berencana melanjutkan sekolah di SMA Mutiara Harapan. Fabian akan sering bertemu dengan Karina walau mereka berbeda gedung.
Fabian melihat Karina berjalan ke arahnya. Karina terlihat sangat cantik dengan baju kasual dan jeans yang dikenakannya. Fabian semakin kagum melihat kecantikkan Karina yang terpancar dengan jelas didepan matanya. Anak kecil yang dulu mengumpat dibalik pintu karena kedatangannya dan ibunya, kini telah berubah menjadi remaja yang cantik.
Karina berjalan melalui Fabian. Rupanya Karina tidak mengenalinya sebagai saudara tirinya. Ya, memang sudah lama berlalu dan ia tidak pernah bertemu dengan Karina. Dan malam itu pastilah gelap. Karina tidak mungkin melihatnya.
Langkah Karina terhenti dan melihat layar ponsel ada telepon masuk dari Ayahnya. Semenjak berbicara dengan Ariana tentang perasaannya, Karina sedikit demi sedikit mulai bisa menerima kebaikan hati Ayahnya.
"Halo, Ayah." jawab Karina. Fabian hanya memerhatikannya dari belakang Karina.
"Halo, Ina, Ina ada dimana sekarang?" tanya Handi dari seberang telepon.
"Ada di sekolah, Yah."
"Ina, Ina tahu kan anak Tante Melani yang namanya Bian?"
"Aduh, Ayah bisa nggak jangan sebut nama itu ditelingaku? Sangat tidak enak didengar." kata Karina.
"Oke, oke, Ayah minta maaf ya."
"Iya terus kenapa anaknya itu?"
"Bian sekolah SMP disana, Na."
"Apa? Satu sekolah sama Ina? Nggak salah, Yah? Emang nggak ada sekolah lain selain disini? Kenapa harus disini sih?" Karina merasa kesal karena saudara tirinya satu sekolah dengannya.
"Dia hanya mau fokus belajar, Na. Ayah juga bilang supaya dia bisa menyapamu dengan sopan."
"Nggak perlu, Ayah, Ina nggak mau sapa-sapaan segala. Nggak penting buat Ina!" Karina marah, dan langsung memutuskan teleponnya.
Fabian kaget mendengar Karina berbicara dengan Ayah. Dari nada bicaranya, Karina sangat membenci dirinya. Tapi Fabian juga tidak ingin berasumsi terlalu banyak. Tapi, bukankah wajar jika Karina membencinya? Itu semua karena Ibunya kan? Bukan dirinya? Karena Fabian juga merupakan korban dari keegoisan orang tuanya.
Fabian memberanikan diri mendekati Karina dan berusaha menyapa Karina dengan sopan. Ia teringat janji dengan Ayahnya sebelum masuk ke sekolah itu bahwa ia harus bersikap sopan pada Karina walaupun Karina menolaknya. Karena Karina telah mengalami waktu yang sulit selama ini.
"Selamat siang, Kak."
Karina dikejutkan dengan anak lelaki yang dihadapannya. Ia membaca nama yang ada di baju Fabian.
"Kamu siapa?" tanya Karina.
"Saya Bian, Kak."
"Bian? Bian anak tirinya Ayahku?" tanya Karina memastikan.
"Iya, Kak."
"Ngapain sih? Minggir sana!"
Karina benci sekali dengan anak sengkuni itu. Ia tidak mau bertemu apalagi bertegur sapa. Ia benci segala hal yang berhubungan dengan sengkuni itu. Termasuk anaknya. Sampai kapanpun ia masih belum bisa menerima kehadiran sengkuni itu. Memaafkan Ayahnya membutuhkan usaha bertahun-tahun., Dengan segala usaha. Karina akhirnya bisa berbaikan dengan hatinya. Ia ingin mencoba memberikan kesempatan pada Ayahnya ,menebus kesalahannya.
Fabian merasa tersingkirkan karena Karina bersikap seperti itu. Tapi Fabian tidak akan menyalahkan Karina,ia mengerti mengapa Karina bersikap dingin seperti itu.
Kehidupan remaja Karina berjalan dengan sangat menyenangkan. Ia pergi ke tempat les yang dipilihkan Ibunya, ia juga memiliki waktu berjalan-jalan dengan teman-temannya. Ariana memberikan kebebasan pada Karina. Ariana ingin Karina menjalankan kehidupannya dengan sebahagia mungkin. Jangan ada perasaan sakit hati lagi. Meski begitu, Karina tetap tahu batasan di setiap pertemanannya. Ia selalu ingat pesan Ibunya agar tidak ke bar atau tempat nongkrong yang tidak terasa nyaman didalamnya. Karina harus lebih bisa menjaga diri mengingat usia remaja yang sedang labil seperti itu.
Berbeda dengan Melani yang terus mengatur anaknya agar menjadi lebih unggul daripada Karina. Fabian terkadang merasa tertekan sendiri jika harus dibanding-bandingkan dengan Karina. Semakin dibandingkan dia jadi semakin penasaran bagaimana sosok Karina sebenarnya. Sepintar itukah? Sehebat itukah sampai ia harus dibandingkan dengan saudara tirinya? Fabian menjadi penasaran bagaimana sosok Karina sesungguhnya. Ia ingin sekali melihat kakak tirinya dari dekat. Jadi ia akan tahu persis bagaimana Karina yang sesungguhnya.
Fabian meraih tangan Karina. Ia menahan Karina pergi begitu saja dari hadapannya.
"Aku tau Kak Ina nggak suka denganku."
"Iya. Lalu kenapa?" tanya Karina asal. Ia merasa muak sekali melihat wajah Fabian. Ia benci sekali segala sesuatu yang berhubungan dengan sengkuni itu.
"Maaf, Kak. Tapi aku yakin, aku nggak seperti yang Kakak pikirkan." jawab Fabian. Ia masih terus berusaha keras agar saudara tirinya bisa menerimanya. Walau itu akan jauh lebih sulit dari yang ia bayangkan. Ketidaksukaan Karina, terpancar jelas dari tatapan matanya.
"Mau kamu baik atau nggak, kamu tetap orang luar yang berusaha masuk ke keluargaku dan sekarang kamu sudah lihat sendiri akibat perbuatan dari Ibumu kan?" balas Karina.
Fabian terdiam sesaat. Ia mencoba menenangkan hatinya yang terluka karena Karina.
"Aku akan berusaha melakukan apa saja untuk memperbaiki kesalahan aku dan ibuku." kata Fabian.
"Kamu masih SMP. Apa yang sudah bisa kamu lakukan? Belajar saja yang benar! Kamu bisa melakukan sesuai janjimu jika kamu sudah besar nanti." kata Karina.
"Aku memang tidak mempunyai apa-apa saat ini. Segala kebutuhanku ditanggung oleh Ayahmu. Tapi aku bisa menjaga dan melindungimu, Kak." kata Fabian sungguh-sungguh.
."Melindungi bagaimana? Bahkan kamu lebih muda dariku."
"Tunggu saja, Kak. Aku pasti akan menepati janjiku."
Karina tidak banyak menanggapi lagi. Ia tidak percaya dengan ucapan Fabian. Ia menganggap ucapan Fabian hanyalah sekedar ucapan saja karena rasa bersalahnya. Lagipula Karina sebelumnya tidak pernah bertemu dengan Fabian. Berani sekali ia mengatakan akan melindungiku, kata Karina dalam hati.
"Lakukan saja sesukamu!"
Kemudian Karina pergi meninggalkan Fabian. Sementara itu, dengan segala tekadnya yang bulat, ia berlatih meningkatkan kemampuan bela dirinya. Dulu sebelum hatinya merasa sesak seperti ini, ia selalu melampiaskan segala amarahnya dengan berlatih bela diri. Meninju samsak serta mengikuti pertandingan antar sekolah. Fabian tidak terlihat buruk. Ia cukup manis, pintar dan juga cukup berbakat. Hanya saja menjadi anak seorang sengkuni adalah kekurangannya. Fabian benci dengan posisi itu. Tidak masalah jika ayahnya meninggalkannya demi wanita lain. Tapi ia tidak ingin menjadi pihak ketiga yang merusak keluarga orang lain. Ia ingin membuktikan pada saudara tirinya, bahwa dia sama sekali berbeda dari kedua orang tuanya. memiliki orang tua yang hanya memikirkan kepentingan masing-masing terasa sangat menyebalkan. meski begitu ia harus bisa menerima keadaanya saat ini perlahan-lahan. Memiliki ayah tiri dan kakak tiri yang tidak menyukainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments