Ariana merapikan stok barang dagangannya di rumah. Ia menghitung-hitung jumlah barang yang terjual hari ini. Ariana masih gencar menjual barangnya melalui kontak dan juga marketplace. Karina memberi salam pada Ibunya yang sedang sibuk menghitung barang yang ada di gudang.
"Bu." sapa Karina.
"Sudah pulang? Langsung bersih-bersih ya, Nak."
"Hari ini Ina ada ulangan. Untung aja Ina belajar. Kalau nggak, pasti nggak bisa ngerjain." cerita Ina begitu melepas sepatunya.
"Kalau Ina nanti malam mau belajar, bilang Ibu ya, Na. Jadi Ibu nggak panggil-panggil Ina."
"Nggak apa-apa, Bu. Nanti kalau Ina udah lulus sekolah, Ina bantuin Ibu ya. Ina janji bakal ningkatin keuangan kita. Sekarang Ina cuma bisa bantu-bantu Ibu sedikit aja."
"Nggak apa-apa. Ibu sudah sangat berterimakasih kok kamu bisa bantu Ibu. Bantu kalau lagi senggang aja ya."
"Lena mana, Bu?"
"Ada, lagi nonton TV sama Om kamu di dalem."
Semenjak pindah ke rumah orang tuanya, Karina tinggal bersama om dan tantenya juga. Itu tidak masalah bagi Karina. Asal ada ketenangan, Karina merasa semua akan baik-baik saja. Selena sudah berusia tiga tahun. Sudah besar dan lebih ceriwis dari tahun lalu. Keingintahuannya banyak. Kadang kalau sedang sibuk belajar, Karina tidak bisa meladeni pertanyaan Selena yang semakin banyak.
Mobil Handi berhenti di depan rumah Ariana. Ariana kaget mendengar suara mobil Handi yang khas. Ada apa Handi datang sore-sore begini?
"Itu suara mobil Ayah, Bu?" tanya Karina melihat ke depan rumah.
"Kayaknya iya."
"Ibu minta Ayah datang atau gimana? Kok bisa datang tiba-tiba, Bu?" tanya Karina mulai merasa sebal dengan kedatangan Ayahnya.
"Ngapain Ibu minta Ayahmu datang? Nggak ada keperluan juga." jawab Ariana merasa bingung juga dengan kedatangan Handi.
"Ina masuk aja ya, Bu. Ina nggak mau ketemu Ayah." kata Karina sambil bangkit berdiri.
"Kamu masih belum mau ketemu Ayah ya?"
"Males!" jawab Karina singkat. Ia mengambil tasnya dan pergi ke kamarnya.
Ariana pergi ke depan pagar dan membukakan pintu untuk Handi. Ariana tidak mau ambil pusing dulu dengan Karina. Ia hanya berharap kedatangan Handi tidak menyita waktunya terlalu banyak.
"Ada apa, Han? Mau ketemu anak-anak?" tanya Ariana begitu ia mempersilakan masuk. Handi datang dengan wajah yang terlihat lelah dan lesu. Semakin hari, Handi semakin terlihat kurus tidak seperti biasanya. Berbeda dengan Ariana yang terlihat semakin cantik dan terawat setelah bercerai dengan Handi tiga tahun yang lalu.
"Aku hanya ingin tahu kabar anak-anak saja. Tidak ketemu juga tidak apa-apa." kata Handi.
"Aku mengerti jika mereka masih belum siap bertemu denganku."
Ariana mengangguk.
"Mungkin Selena masih bisa jika kamu ajak bercanda atau jalan-jalan. Tapi berbeda dengan Karina. Karina sudah mengalami luka terlalu dalam. Ia pasti merasakan sakit ketika tahu Ayahnya mengkhianatinya. Tapi aku tidak berusaha menjauhkan kalian. Karina sudah remaja. Tidak bisa kita bohongi ataupun kita bentak dengan keras, Itu akan membuatnya semakin malas di rumah. Biar nanti aku berbicara pelan saja dengan Karina."
"Terima kasih banyak ya, aku hanya bisa mengirimkan uang bulanan. Aku masih akan terus bertanggung jawab selama aku bisa. Aku juga akan terus berusaha membelikan keperluan anak-anak."
Tidak lama, Selena keluar dan menyapa Ayahnya.
"Ayah...."
Handi langsung memasang wajah yang ceria di hadapan Selena.
"Anak Ayah, sudah makan belum?"
"Sudah."
"Makan apa?"
"Nasi sama telur."
"Anak pintar. Nanti Ayah belikan makanan enak lagi buat Lena mau?"
"Mau Ayah."
Setelah berbicara dengan Selena, Handi berbicara serius lagi dengan Ariana.
"Aku harap kita bisa bertemu diluar lain waktu. Aku ingin bicara denganmu. Kamu tenang saja. aku tidak akan macam-macam. Kita bisa bertemu saat makan siang."
"Oke. Tidak lama."
"Aku janji."
Handi tidak lama berada di rumah Ariana. Ia takut membuat Karina semakin kesal dengan keadaannya, Handi hanya berharap bisa berbicara dengan Karina suatu hari nanti. Ia ingin melakukan apa saja untuk menebus segala dosanya kepada Karina.
*********************
Setiap kali Handi datang ke rumah Ariana, Karina masih belum bisa menemuinya. Di satu sisi, Ariana merasa bersalah dengan perceraiannya. Di sisi lain, Handi memang tidak layak dipertahankan. Bagaimana bisa Handi kumpul kebo dengan janda anak satu? Karina sangat membenci ibu tirinya. Terlebih lagi adik tirinya yang dibawa dari Melani. Kalau sudah memiliki kekuatan yang lebih besar dari sekarang, ingin rasanya ia menghancurkan hidup Melani dan anaknya itu. Sampai kapanpun Karina tidak bisa memaafkan kesalahan Ayahnya.
Handi rutin mengirimi pesan untuk Karina. Walau hanya sekedar bertanya kegiatan di sekolah atau sedang menginginkan barang apa. Jika Karina meminta, Handi akan langsung menurutinya. Handi sayang sekali pada Karina. Maka dari itu, Karina adalah korban yang paling kecewa dengan perselingkuhan Handi. Ia telah kehilangan cinta pertamanya dari seorang lelaki yang disebut Ayah, dimana ia seharusnya meminta perlindungan jika anak perempuannya berada dalam kesulitan.
Karina ingin sekali bertemu dengan Handi. Tapi setiap Karina mengingat betapa menyakitkannya Melani saat itu datang ke rumah, Karina selalu menutup hatinya. Ia tidak ingin bertemu Handi sampai luka hatinya benar-benar sembuh.
Malam itu, Melani datang ke rumah Ariana dan Handi yang saat ini sudah dikontrakkan. Melani datang malam-malam dengan menggandeng tangan anak kecil laki-laki berusia sekitar tujuh atau delapan tahun. Itu adalah anak Melani dengan mantan suaminya. Melani mengaku pada Ariana bahwa ia mencintai Handi dan ingin anaknya memiliki Ayah sebaik Handi. Karina mulai membenci Melani dan anak laki-lakinya sejak malam itu. Berkat sengkuni, keluarga Karina hancur. Hingga saat ini. Tidak ada kebahagiaan Karina saat bertemu dengan Ayahnya lagi. Bahkan apa yang Melani katakan malam itu, masih sangat jelas berada dalam kepala Karina.
"Kamu siapa?" tanya Ariana bingung dengan kedatangan Melani yang membawa anak kecil disampingnya.
"Saya Melani. Saya asisten kantornya Pak Handi." jawab Melani dengan nada yang pelan.
"Ada apa datang kesini?" Ariana masih belum mengerti dengan kedatangan asisten Handi yang mendadak malam-malam begitu. Saat itu Ariana sedang hamil muda.
"Saya ingin mengakui sesuatu, Mbak. Rasanya ini lebih baik daripada Mbak tahu belakangan."
"Ya, jelaskan saja. Ada apa?"
"Saya dan Pak Handi memiliki affair, Mbak." kata Melani.
"Af... Affair?" tanya Ariana tidak percaya.
"Iya, Mbak. Sudah sekitar tiga bulan ini, Pak Handi kadang-kadang di rumah saya sampai malam."
"Jangan mengada-ada kamu ya!" kata Ariana tidak mempercayai pengakuannya.
"Sungguh, Mbak. Saya tahu, Pak Handi sudah memiliki anak dan istri. Saya juga tidak ingin sebenarnya ini terjadi. Tapi, Mbak..." Melani tiba-tiba berlutut di depan pintu rumah Ariana.
"Saya sangat mencintai Pak Handi, Mbak. Saya benar-benar tidak bisa hidup jika tidak ada Pak Handi."
Ariana tidak mempercayai pendengarannya. Apa ia salah dengar? Atau bagaimana? Handi yang begitu mencintai Ariana, yang ia bilang tidak bisa jika tidak ada Ariana disisinya, sekarang berani sekali berselingkuh bahkan sekarang selingkuhannya berlutut dan mengatakan bahwa sangat mencintai suaminya? Ini yang gila siapa sebenarnya? Bagaimana bisa Ariana dimadu dengan cara seperti ini?
"Kamu salah kan? Handi yang kamu maksud bukan Handi suami saya kan? Kamu pasti salah? Iya kan? Handi suami saya tidak seperti itu orangnya! Dia sayang dan sangat bertanggung jawab sama keluarganya! Bahkan dia sangat sayang pada saya dan juga anaknya!" kata Ariana mengguncangkan badan Melani. Ariana sengat kesal. Sangat benci jika harus dihadapkan dengan situasi seperti ini. Ia benar-benar benci.
"Saya serius, Mbak. Handi suami, Mbak. Handi Pratama."
JGERR
Bagai disambar petir. Ariana tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Wanita itu menyebut nama lengkap suaminya. Wanita itu berani datang ke rumahnya dan mengatakan bahwa dia mencintai suaminya! Menjijikan sekali, saudara-saudara!
Ariana menampar wajah Melani. Ia marah besar. Ia tidak menyangka bahwa Handi menusuknya dari belakang. Ini sakit. Sangat sakit!
"Bajingan kamu, wanita tidak tahu malu!" bentak Ariana.
"Beraninya kamu datang dan bilang mencintai Handi di rumah ini? Apa kamu tidak punya otak? Kamu ingin menghancurkan keluargaku dengan cara murahan seperti ini?"
"Saya serius, Mbak. Saya tidak bohong. Saya juga tidak ingin berbohong, Mbak. Saya juga tidak ingin menjadi simpanan, Pak Handi." kata Melani mengeluarkan air matanya. Ariana tidak tertarik dengan drama yang Melani buat. Ini menjijikan. Sangat menjijikan! Kenapa ada wanita seperti ini di rumahnya?
"Lalu saya harus bagaimana? Saya harus, oh iya silakan mbak kalau suka sama suami saya. Begitu?"
"Maafin saya, Mbak..."
Handi yang baru saja datang ke rumah melihat Melani berlutut didepan Ariana, sangat terkejut. Bagaimana bisa Melani datang dengan anaknya malam-malam seperti ini?
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Handi pada Melani yang sedang menangis dan berlutut.
"Dia asisten kamu, bilang sama aku kalau dia nggak bisa hidup tanpa kamu. Sekarang kalian pergi, aku muak melihat kalian! Jahanam!" teriak Ariana. Handi tidak bisa berkata-kata malam itu. Dia hanya meminta Melani pulang bersama anaknya dan Handi meminta waktu untuk menjelaskan semuanya.
Handi merasakan keringat dingin, Ia tidak pernah melihat mata Ariana meyala seperti api membara. Kemarahan Ariana benar-benar ada dipuncaknya. Melani sudah pulang bersama anaknya. Ia ingin meminta maaf pada Ariana walau ia tahu, tidak mudah mendapatkan maaf dari Ariana.
"Ri, izinkan aku menjelaskan semuanya, Ri."
"Apa yang mau kamu jelaskan, Han? Kamu mau bilang kalau itu tidak sengaja? Khilaf?" Ariana tidak dapat menahan amarahnya. Ia melampiaskan seluruh amarahnya pada Handi.
"Aku salah, Ri. Aku minta maaf. Aku sungguh minta maaf. Awal aku ke rumah dia itu murni karena pekerjaan. Tidak ada yang lain, Ri."
"Jangan jadikan pekerjaan sebagai alasan kamu. Sekarang aku tidak akan menerima maafmu. Jelas-jelas dia datang sama anaknya, bilang kalau dia cinta sama kamu. Apa maksudnya? Kamu janji menikahi dia atau apa? Apa kamu pikir aku sudi diperlakukan seperti ini?" Ariana menangis. Ia benci sekali pada Handi sekarang. Rasanya ia sudah tidak ingin melihat wajahnya lagi.
"Aku akan menebus kesalahanku, Ri. Aku tahu, tidak ada alasan bagiku saat ini."
"Ya memang tidak ada alasan lagi. Kamu minta maaf bukan karena kamu merasa bersalah. Tapi karena kamu sudah ketahuan! Tiga bulan, Handi. Waktu yang cukup lama dan tidak bisa disebut khilaf! Khilaf itu hanya sekali!"
"Maaf, Ri, aku benar-benar minta maaf. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku tidak akan melakukannya lagi, Ri. Aku sungguh-sungguh."
"Aku tidak ingin hidup bersama seorang pengkhianat." kata Ariana.
Handi tersentak kaget. Tidak pernah ia melihat ekspresi dingin Ariana selama ini. Selama ini Ariana adalah orang yang hangat dan lembut. Melihat Ariana seperti ini, ia sangat takut.
"Ri, jangan bilang begitu. Aku masih sayang sama kamu, Ri. Aku nggak mungkin ninggalin kamu."
"Lalu aku harus bagaimana? Menerima perselingkuhan kalian dengan lapang dada? Kamu pikir aku malaikat? Bahkan malaikat saja bisa marah melihat ada manusia seperti kamu!"
Handi terdiam. Ia tidak bisa membantah perkataan Ariana yang sedang marah besar seperti itu.
"Kamu tahu kan aku sedang hamil anak kedua?" tanya Ariana.
"Aku tahu, Ri."
"Status menikah kita hanya sampai anak ini lahir. Setelah itu kita bercerai." ucap Ariana tegas.
"Ri, kamu serius, Ri? Ri, aku mohon, Ri, kita masih bisa bicarakan ini baik-baik. Aku akan menanggung semua kemarahan kamu. Aku rela. Aku bersedia. Tapi tolong, Ri, jangan lakukan ini."
"Aku jijik, Handi! Setiap lihat kamu, aku pasti teringat wanita itu! Kamu mau aku bagaimana? Maafin kamu? Ya, oke! Tapi ingat, Han! Aku tidak akan pernah melupakan semua yang terjadi malam ini!"
Handi tidak percaya bahwa Ariana menginginkan perceraian darinya. Sesayang apapun Handi, jika hatinya sudah mendua, maka semua tidak akan sama. Terlebih lagi semua pengakuan itu dikatakan oleh Melani. Tidak ada bantahan yang bisa diterima. Tidak ada sanggahan ataupun interupsi.
Ariana pergi ke kamar. Ia mengunci pintu kamarnya. Handi tidak bisa berkata apapun lagi. Ariana terlihat dingin dan hatinya sudah menutup pintu maaf untuk Handi. Ariana tidak memedulikan setiap kata dari Handi malam itu. Hatinya sakit. Sangat sakit. Ia tidak bisa memaafkan perselingkuhan Handi yang keterlaluan seperti ini. Handi terduduk lemas di sofa. Ia meremas rambut dikepalanya dan rasa penyesalan telah datang menghampirinya.
Sementara itu, Karina menutup wajahnya dengan bantal dan menangis mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Karina menyaksikan apa yang terjadi malam ini. Dan itu membuat trauma dalam hatinya sejak malam itu juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
suharwati jeni
kasihan karina.
yg sabar ya nak
2023-04-16
0