Willi segera menghampiri sofa yang berada didepannya. Menghempaskan diri dengan wajah malas bercampur marah.
Sebastian dan Brian saling berpandangan. Dan mereka hanya mengedikkan bahu satu sama lain.
"Ada apa dengan wajah tampanmu itu? " tanya Brian.
Willi hanya diam, tanpa reaksi apa pun.
Sebastian menuangkan minuman kedalam gelas kecil , yang biasa digunakan untuk minuman beralkohol.
"Minumlah, agar kamu merasa jauh lebih baik..! " rayu Sebastian sambil menyodorkan gelas tersebut.
Willi menerimanya tanpa bertanya. Brian tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Karena Willi bukan lah tipekal lelaki yang menyukai minuman beralkohol.
"Sebastian, apa kita tidak salah orang? " bisik Brian masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Willi meneguk sedikit minuman digelas pemberian Sebastian. Karena tidak terbiasa, dia terlihat susah ketika ingin menelan minuman tersebut.
"Harus dilakukan sekali teguk, agar kamu bisa merasakan nikmatnya..! " Sebastian semakin menambah rasa gila.
Willi kembali mengangkat gelas yang masih berisi minuman keras tersebut. Ketika gelas sudah sejajar dengan bibir nya. Dia terhenti seketika, ia lirik Brian dan Sebastian bergantian.
"Glukkkk..! " dia tenggak minuman itu sekali minum.
Sebastian dan Willi terlihat menertawai temannya itu. "Wah... wah. Aku tidak sangka, ternyata kamu seperti ahlinya.. " sela Brian.
Wajah Willi seperti orang yang lagi menelan buah asam. Sehingga keningnya terlihat berkerut.
"Apa kamu punya sesuatu masalah.. ?" tanya Sebastian.
"Tapppp...! " suara gelas yang diletakkan oleh Willi ke atas meja.
"Aku bosan, tante Rose selalu meminta ku untuk berumah tangga...!" ucap Willi.
Brian dan Sebastian saling berpandangan "Hahahah...! " tertawa keduanya.
"Kenapa kamu tidak turuti saja perintah tante mu! " ujar Sebastian.
Willi memandang tajam "Apa kamu sudah gila, aku tidak berniat untuk nikah saat ini! " jawab Willi.
"Dari pada setiap saat dia meminta mu untuk menikah.! " pungkas Brian.
"Kalian teman tak setia kawan, kenapa kalian malah seperti berpihak pada dia..? " suara Willi sedikit meninggi.
Sebastian dan Brian hanya terdiam, mendengar ekpresi Willi yang terlihat marah.
Willi mengambil botol minuman dan menuangkan nya kedalam gelas. Dia kembali meminum nya. Tak puas sampai disitu.
Dia meminum langsung dari botolnya, sehingga hampir menghabiskan separuh dari isi botol itu.
Karena tidak terbiasa dengan minuman memabukkan. Pandangan Willi sedikit goyang, dia berusaha untuk berdiri. Tapi tubuhnya terhuyung-huyung kekiri dan kenan.
Sebastian dan Brian berusaha menangkap tubuh temannya agar tidan jatuh.
"Lepaskan... Jangan pegang aku. Kalian bukan sehabat setia ku..! " mulut Willi mulai meracau.
Sebastian tidak perduli, dia berusaha memegang sahabatnya itu agar tidak jatuh. Merasa keadaan sudah kurang baik. Sebastian menghubungi seseorang.
"Hallo.. Aku mau supir pengganti sekarang. Datang ke tempat biasa..! " belum sempat orang di seberang menjawab. Panggilan langsung diputus begitu saja oleh Sebastian.
Willi sudah tidak kuat menopang tubuhnya sendiri.
20 menit kemudian "Kringgg... kringgg...! " suara telepon Sebastian berdering.
"Tuan , aku supir pengganti yang tuan minta sebelumnya..! " ucap seorang wanita di seberang.
Sebastian menjauhkan ponsel dari telinganya, merasa heran. Suara nya mirip dengan wanita.
"Halllo tuan.. Apa tuan masih disana..? " suara wanita itu lagi.
Sebastian menampik fikirannya "Ah.. Ya, kamu masuk saja. Kami di bagian VIP..! " jawab Sebastian.
Percakapan pun terputus.
5 menit kemudian "Tok... tok... tok..! " terdengar suara ketukan dari luar.
"Masuk lah..! " sebuah jawaban dari dalam.
Dan pintu pun di dorong, Brian dan Sebastian sama-sama melihat arah pintu yang di dorong.
Wanita itu mendekat "Maaf tuan, siapa yang ingin di antarkan..? " tanya wanita itu.
"Bukan kah yang kuhubungi sebelum nya adalah laki-laki..? " tanya Sebastian.
"Maaf tuan, tadi saya di mintai tolong sama pak Dudung. Karena beliau lagi tidak berada disini sekarang.! " jawab Wanita itu.
"Baiklah, antarkan laki-laki ini kerumahnya..! " ucap Brian sambil menunjuk Willi yang setengah sadar masih duduk di sofa.
Wanita itu menoleh "Kenapa wajah nya mirip dengan bos Willi..? " batin Vivian.
"Apa yang kamu perhatikan, cepat bawa dia.. " ucap Sebastian.
Vivian buyar setelah mendengar suara bariton tersebut.
"Baiklah..! " Vivian segera membopong bos nya.
Vivian dengan susah payah membopong tubuh yang lebih besar di banding tubuh nya. Sebastian bangkit dan memberikan mengambil kunci mobil yang berada di saku celana Willi.
Setelah menemukan nya, Sebastian memberikannya kepada Vivian.
Tanpa basa basi lagi, Vivian berusaha mengimbangi langkahnya yang berat karena tubuh Willi.
Ketika sampai diluar, dia memencet tombol yang ada di kunci mobil "Tit.. tit.. " suara alarm mobil berwarna merah.
Vivian membawa Willi menuju mobil itu. Dia membuka pintu belakang dan membaringkan Willi dibangku mobil.
"Hah... Badannya begitu besar. Tenaga ku seperti habis terkuras.! " keluh Vivian sendiri.
Dia pun membuka pintu bagian depan, segara masuk dan menghidupkan mesin mobil.
Di perjalanan yang sudah cukup jauh dari club tempat dia menjemput Willi. Dia baru ingat, bahwa kedua sahabat bos nya tadi tidak memberi tahu dimana alamat Willi.
"Kemana orang ini di antarkan.Aku hubungi Pak dudung saja.! " Vivian bicara sendiri.
Dia menepikan mobil dan mengambil ponsel yang berada di saku celana. Dia tekan nama dikontak telepon yang bertuliskan Pak Dudung.
Ketika dihubungi, tak ada suara apa pun. Hanya terhubung ke mailbox.
Vivian merasa pekerjaannya tidak beres sedikitpun. Apalagi dia harus segera kerumah sakit untuk melihat mama nya yang lagi sakit.
"Ya Tuhan, bagaimana ini. Apa aku harus kembali ke club itu lagi dan menanyakan alamatnya" gerutu Vivian kesal dengan kecerobohannya sendiri.
Dia kembali melihat kebangku belakang, Willi hanya terbaring dengan gelisah.
"Tuan, dimana alamat rumahnya.Biar saya antarkan..? " tanya Vivian pada Willi yang sudah lupa diri.
Tapi tidak ada jawaban sama sekali. Vivian semakin kesal. Dia memukul sandaran jok mobil.
Willi yang dari tadi tidak mau dia. di kursi belakang "Bruukkkkk...! "
Vivian menoleh kebelakang dan alangkah terkejutnya melihat tubuh Willi sudah berada di bawah kursi.
Vivian keluar dari mobil dan membuka pintu belakang. Dia berusaha mengangkat tubuh Willi ke atas kursi. Dengan susah payah dan akhirnya berhasil juga.
Tapi "Uwweeekkk.... uweeekkk...! " Willi mengeluarkan isi perutnya dan tepat mengenaik Vivian.
"Aaaaaa....! " teriak Vivian, karena baju terkena mun*a*an si Willi.
Willi kembali tiduran setelah merasa tenang.
"Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam. Kenapa malam ini, aku terasa sial..? " Vivian mengumpati dirinya.
"Aduh bagaimana ini, tidak mungkin juga aku mengantarkan orang ini dengan keadaan seperti ini. Dia tidak sadar apa pun. Baik aku bawa saja kerumah...! " ucap Vivian.
Vivian kembali masuk kedalam mobil dan menghidupkan nya. Tanpa menunda lagi, dia membawa mobil menuju menuju kos2an nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments