Vivian menunggu didepan ruang oprasi, dia duduk sambil sebelah kaki nya bergerak naik turun. Menandakan dia sedang khawatir. Kedua tangan nya saling berdekapan menopang wajahnya. Air mata tak berhenti mengalir, walau tidak terdengar suara isakan.
Sementara Willi yang memiliki kunjungan kerumah sakit HARAPAN.Bersama berjalan menuju koridor tempat Vivian menunggu.
Willi,asisten dan beberapa dokter,mendekat keruang operasi.
"Disini para dokter melakukan kerja bakti mereka..! " dokter senior menunjukkan ruangannya.
Willi melihat ke arah pintu yang tertutup rapat dengan lampu berwarna merah. Dan didepan pintu, dia melihat wanita yang sedang duduk sendirian.
Ketika jarak mereka semakin dekat, Willi termangu, dan mengarahkan pandangan nya kepada Robby.
Robby yang mengerti dengan maksud tuan nya sedikit mendekat.
"Kamu lihat wanita yang duduk sendiri itu..! " bisik Willi pada Robby.
Robby pun mengalihkan pandangan nya. "Itu kan wanita yang bekerja di perusahaan tuan yang tempo hari! " jelas Robby.
Willi hanya diam, dia berlalu tanpa memperdulikan Vivian yang sedang duduk.
Sementara Vivian, tidak terlalu memperhatikan orang-orang yang lewat dari depan nya.Fikiran nya dipenuhi dengan harapan dan sambil berdoa. Agar mama nya bisa diselamatkan.
Lampu ruang oprasi sudah padam, menandakan kegiatan didalam sudah usai. Dia buru bangkit setelah pintu di dorong dari dalam.
"Bagaimana mama saya dok, apa dia baik-baik saja? ' tanya Vivian penuh harap.
Wajah sang dokter sedikit terlihat lemas " Kami sudah mengusakan sebaik mungkin. Dia sudah keluar dari masa kritis. Tapi sewaktu-waktu dia bisa mengalami kejang-kejang kembali.! " jelas Dokter.
"Lakukan yang terbaik dokter, agar mama saya bisa pulih kembali.! " pinta Vivian.
"Untuk oprasi tindak lanjut, membutuhkan biaya yang tak sedikit.? " jawab sang dokter.
"Berapa pun akan saya usahakan dokter, agar mama saya sehat! " pungkas Vivian dengan sedikit memaksa.
"Untuk biaya nya sekitar 500 juta..! " jelas Dokter.
Seketika Vivian terdiam, dia terduduk lemah di kursi . "500 juta, kemana aku harus mencari nya? " batin Vivian.
Dokter pun segera pergi, tak berapa lama. Pintu kembali terbuka, perawat mendorong brankar mama Vivian.
Vivian bangkit dari duduk nya, dan mengikuti arah brankar itu di dorong.
Waktu berlalu
Malam menjelang, Willi yang sudah di jadwalkan berkunjung kerumah tante nya mau tidak mau, harus menuruti perintah nya.
Sebuah mobil berhenti tepat di sebuah rumah besar yang memiliki halaman yang cukup luas.
Willi keluar dari dalam mobil, dengan langkah panjang dia segera masuk.
Seorang wanita paruh baya telah berdiri tepat di pintu utama. Wajahnya tersenyum sumringah melihat kedatangan ponakannya tersebut. "Selamat datang ponakan tante..! " ucap wanita itu
"Kali ini, apa lagi yang tante inginkan? " tanya Willi ketus.
"Kita makan dulu ya, tidak enak kan bicara sambil berdiri.! " ucap Tante nya.
Willi menaikkan sebelah alisnya.
Mereka pun segera menikmati makan malam yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
"Bik, panggil Rommi turun makan..! " ucap tante Rose.
"Baik nyonya, " jawab bik Inah asisten rumah tangga itu.
"Willi..! " panggil Tante Rose.
Willi memandang ke arah tantenya.
"Berapa sekarang umurmu? " tanya sang tante.
"Kenapa tante menanyakan itu? " tanya Willi balik.
"Apa kamu tidak memikirkan masa depanmu? " ucap tante.
"Huuuffff.. " terdengar suara lenguhan nafas Willi yang begitu berat.
Tante Rose melipat kedua tangannya didada "Bagaimana, apa kamu mau tante jodohkan sama anak teman tante? " tanya Tante Rose.
"Aku belum memikirkan untuk menikah tante.! ' jawab Willi.
" Di umur mu yang sudah 30 tahun, hidup mu mapan bahkan serba berkecukupan. !"ulas si tante.
Willi terlihat semakin malas, dia bangkit dari duduk nya dan "Selamat malam..! " sebuah suara laki-laki yang mendekat.
Siapa lagi kalau bukan Rommi, dia adalah anak tante Rose satu-satu nya.
"Willi, kamu mau kemana. Makan malam nya belum lagi dimulai.! " ucap Rommi.
Willi menghentikan niatnya yang akan meninggalkan makan malam yang membosankan itu. Karena dia sangat menghargai Rommi sebagai saudara nya.
"Ayo kita makan..! Rommi pun duduk di samping Willi.
Semua makan tanpa ada suara, hanya dentingan sendok dan garpu.
Acara makan malam telah selesai, Willi buru-buru pergi meninggalkan meja makan.
" Willi, kamu mau kemana. Kita belum selesai lagi.! " ucap Tante Rose sedikit menekankan.
"Tante, aku bisa sendiri mencari jodoh untuk ku. Tanpa perlu tante jodohkan dengan orang lain..! " jawab Willi.
"Tante beri tempo dua bulan, apabila kamu tidak bisa membawa calonmu pada tante. Maka tante yang akan turun tangan..! " tegas si tante.
Tanpa menjawab, Willi pergi dengan hati yang kesal. Di dalam mobil, dia memukul setir nya berulang-ulang.
Rommi yang melihat kepergian sepupunya dengan raut wajah yang jelas terbaca,hanya bisa melihat wajah mama nya yang diam tanpa ingin membahas apapun pada nya.
Ketika sampai diruman, Willi masih dengan rasa kesal. Menghempaskan tubuhnya di ranjangnya yang terlihat empuk dan nyaman.
Setelah melepaskan rasa kesal nya sejenak. Dia pun menuju kamar mandi, untuk mendinginkan otak nya yang terasa panas.
Setengah jam dia berendam dalam bathtub, dan akhirnya selesai juga.
Dia ambil ponsel yang terletak di atas meja. Dia gulir kontak nama yang tersimpan.
Setelah terlihat dia menekan tombol untuk melakukan panggilan
"Tut... tut.. tut..! " suara panggilan terhubung.
"Hallo....!" jawab sebuah suara dari seberang telepon.
"Sebastian, kalian dimana? " tanya Willi.
"Tumben kamu menanya kami dimana! " ejek Sebastian.
"Kalau kamu tidak mau menjawab, ya sudah..! " lirih Willi.
Sebelum Willi menutup teleponnya "Tunggu... tunggu..! Kami ada di club X.. " Jawab Sebastian
"Baiklah, aku segera kesana..!" Willi mengakhiri teleponnya dan langsung pergi menuju mobil mahalnya yang terparkir di garasi .
"Tumben si Willi mau kesini. Apa yang terjadi dengan nya..? " Sebastian dan Brian tanda tanya.
Berselang 20 menit, Willi masuk kedalam club. Dia menutup hidung nya dengan sapu tangan yang dia bawa.
Didepan nya seorang wanita yang berjalan terhuyung-huyung, sudah dipastikan dalam keadaan mabuk menghampiri Willi.
Willi berusaha menghindar agar tidak bersentuhan dengan wanita itu. Tapi alangkah sial nya, wanita itu menghampiri Willi yang semakin menjauh dari wanita itu.
"Hai tampan, kenapa kamu menutupi hidungmu dengan sapu tangan itu..? " ucap wanita itu dengan nada orang yang lagi teler berat.
Willi terus saja menghindar,dia melihat kesekeliling . Berusaha mencari keberadaan teman-temannya tapi tak ketemu.
Dia rogoh saku dan mengambil ponselnya. "Kalian dimana, kenapa tidak ada? " tanya Willi.
"Kami diruang VIP..! " jawab Brian.
Willi pergi dengan tergesa-gesa meninggalkan wanita mabuk yang setengah sadar tersebut.
Willi pun akhirnya tiba di depan pintu,dia membuka pintu perlahan dan benar saja. Disana ada Brian dan Sebastian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments