Vivian semakin gundah, hati nya tak tenang. Saat makan siang bersama teman-teman kantor nya. Mereka semua membicarakan Vivian.
"Aku mohon, jangan lagi membicarakan tentang masalah itu. Aku sudah tidak tenang..! " ucap Vivan sayu.
"Tapi, sudah beberapa jam berlalu. Kenapa tuan Willi seperti tidak ada perintah? " sanggah teman lain nya.
"Sudah... Sudah.. Doakan saja semoga tuan Willi lupa akan kejadian itu..! " balas teman yang lainnya.
Mereka pun terdiam, tidak membahas masalah itu lagi serta menghabiskan makan siangnya.
Keesokan hari nya
Pagi sudah menjelang, di kamar kecil berukuran 4x3 Vivian masih duduk malas di tempat tidur. Dia ingin segera bersiap-siap masuk kerja. Tapi hati nya masih bimbang dengan kesalahan nya kemarin.
"Vi..Kamu kenapa malas gitu.Bukankah biasanya kamu begitu semangat ? " tanya Liana, teman sekamar Vivian.
"Heeemmmm..Kemarin aku membuat kesalahan di kantor.! " jelas Vivian.
"Kesalahan apa.. ? " Liana bingung dan mendekat duduk di samping temannya.
"Entah kenapa, aku begitu berani menjawab ucapan tuan Willi...! Tapi dia tidak ada perintah apapun untuk ku. Seperti pemecatan atau lainnya..! " jelas Vivian panjang.
"Mungkin saja dia tak menanggapi hal itu. Kalau memang dia ingin memecatmu. Bisa sajakan dari kemarin dia lakukan.. " ucap Liana.
Vivian menoleh pada sahabatnya itu "Benar juga kata-katamu. Kalau memang dia ingin memecat ku,kenapa haru menunggu waktu.! " jawab Vivian dengan mata berbinar dan senyum melebar.
"Betul kan apa kataku! " tambah Liana.
Vivian bangkit dari tempat tidur dan segera berjalan menuju kamar mandi.
Setelah selesai, dia pun buru-buru mengenakan pakaian kerja nya.
"Baik Vivian, si Bos pasti tidak akan memecatmu! " ucap Vivian menyemangati dirinya sendiri.
Jam menunjukkan pukul 8 pagi, sudah banyak karyawan yang berdatangan termasuk Vivian.
Ketika hampir sampai di pintu masuk, dia melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat di depan nya.
Sang security buru-buru membuka pintu mobil. Dan tak di sangka, yang keluar dari dalam adalah Willi. Bos pimpinan perusahaan tersebut.
Tak ingin berpapasan dengan nya Vivian langsung berlari masuk kedalam gedung. Sekilas Willi melihat gerakan yang di lakukan oleh Vivian.
Dengan tampang dingin, Willi seakan tidak perduli.
Dia terus berjalan menuju lift, ketika pintu hampir menutup "Tuan Willi...! " sebuah panggilan dari Robby yang sedang berlari.
Willi hanya melihatnya tanpa menahan pintu lift.
Willi tersenyum miring dengan kelakuan nya.
"Dasar bos sinting..! " rutuk Robby.
Sementara di meja kerja Vivian, dia terlihat sibuk dengan pekerjaan nya. Menyusun lembaran kertas yang diberikan oleh managernya.
"Vi....! " Bagaimana, aman kan? " tanya teman kerjanya yang duduk nya tepat di depan meja kerja Vivian.
"Entah lah, mungkin si bos tidak akan memecat ku. Dan lagian ya, aku kan hanya menjawan bahwa meja itu memang sudah ku bersihkan..! "ujar Vivian membela diri.
" Benar juga ya, tidak mungkin hanya hal sepele seperti itu dia memecatmu! " pungkas temannya
Robby sudah tiba di lantai atas, dia menuju ruang kerja Willi.
"Tok.... tok....! " ketukan pintu dari luar.
"Masuk..! " jawab Willi.
Masuklah Robby dengan membawa agendanya.
"Tuan hari ini kita ada kunjungan sosial kerumah sakit HARAPAN..! " ucap Robby.
"Ah.. Aku hampir lupa. Apa aku memiliki acara lain nya.? " tanya Willi lagi.
"Tante Rose meminta tuan untuk datang ke rumah nya malam ini..! " ucap Robby.
Willi mengurut keningnya "Apalagi yang akan dilakukan tante..? " Willi tanda tanya.
Robby hanya diam.
"Apa kunjungan kerumah nya tidak bisa ditunda dulu..? " sanggah Willi.
"Maaf tuan, dia sudah mengatakan ada hal penting..! " jelas Robby.
Willi sudah bisa menebak apa yang akan tante nya lakukan..
Menjelang jam istirahat kantor.
"Deerrttt.... derrttt..! " suara getar ponsel.
Vivian meraih ponsel nya dan membuka isi pesan tersebut.
"Maaf nona, anda diharapkan segera kerumah sakit HARAPAN"
Begitu lah isi pesan dari rumah sakit HARAPAN.
Vivian terlihat cemas setelah membaca pesan tersebut.Segera fia dia membereskan barang-barangnya dan memasukkan ponsel nya ke dalam tas.
Dia pun pergi begitu saja "Vivian, kamu mau kemana..? " tanya teman nya Rina.
Tanpa menoleh atau menjawab sepatah kata pun.
"Ada apa dengannya.. ? " gumam Rina.
Tak menunggu lama, Vivian memanggil taksi yang tak jauh terparkir didepan perusahaan.
Taksi pun berhenti tepat didepannya. Vivian segera masuk "Kerumah sakit HARAPAN ya pak! " ucap Vivian.
Taksi pun meluncur, karena sekarang jam istirahat. Jalanan sedikit macet , mungkin akan memakan waktu dalam beberapa menit lebih lambat dari biasanya.
30 menit berlalu, akhirnya taksi tiba ditempat tujuan. Vivian mengeluarkan yang pas dan terus berlari masuk menuju kamar inap.
Begitu masuk, terlihat jelas seorang wanita paruh baya terbaring dengan beberapa selang yang terpasang dibeberapa tubuhnya. Dan disana juga ada seorang dokter dan dua orang perawat.
Vivian menangis menyaksikan wanita itu tidak berdaya "Dokter, apa yang terjadi. Kenapa mama ku bisa sampai seperti ini.? " tanya Vivian dengan linangan air mata.
"Maaf kan kami nona, tadi ibu anda merasa bagian dadanya terasa nyeri dan beliau pun pingsan.! " jelas dokter.
"Bukan kah mama ku terlihat baik-baik saja pagi ini..? " tanya Vivian masih belum terima.
"Memang, tapi itu terjadi setelah siang ini nona! " jawab perawat.
Vivian membelai lembut pipi wanita paruh baya itu. Ada sedikit air mata yang tertinggal disudut matanya. Seperti mendengar kesedihan anaknya.
Baru saja Vivian merasakan hangat tubuh ibu nya. Tiba-tiba tubuh ibu nya kejang-kejang. Mata Vivian membesar menyaksikan tubuh ibunya seperti disetrum.
"Dokter.. Dokter..! " panggil Vivian pada dokter yang baru saja keluar dari ruangan.
Dokter yang belum jauh mendengar teriakan Vivian, segera memutar arah kembali ke ruang inap.
Dokter pun langsung menuju pasien.
"Mohon nona tunggu diluar dulu. Biarkan dokter menangani pasien dulu..! " minta seorang perawat.
Vivian pun keluar dari ruangan ,hanya bisa menunggu didepan pintu. Dia gelisah, sehingga mondar mandir tak menentu.
10 menit kemudian, perawat yang tadi keluar. Vivian mendekat untuk bertanya. "Bagaimana kondisi mama saya suster.? " tanya nya.
Tanpa memperdulikan pertanyaan Vivian, suster itu terus berlari meninggalkan nya.
Vivian ingin sekali menghambur masuk kedalam, melihat mama nya.
Berselang beberapa menit, perawat tadi datang kembali dengan 3 orang lain nya sedang mendorong brankar rumah sakit.
Vivian semakim khawatir, karena banyak orang-orang terlihat sibuk.
"Ayo pindahkan, hitungan ketiga. 1,2,3..! " ucap dokter.
Keempat suster wanita dan pria tadi pun, bersama-sama memindahkan tubuh Mama Vivian.
Setelah dipintu Vivian melihat mamanya akan dibawa " Mau dibawa kemana mama saya dokter? " tanya Vivian dengan uraian airmata.
"Nona, kemungkinan mama anda mengalami komplikasi jantung. Jadi kami harus melalukan oprasi untuk mencegah terjadi nya hal yang tidak diinginkan" jelas dokter.
Mendengar penjelasan dokter tersebut, Vivian langsung ingat biaya rumah sakit yang tidak sedikit. Karena selama ini dialah yang menopang kehidupan ibunya. Setelah papa nya mengusir Mama dan Vivian. Karena ada nya pihak ketiga di kehidupan keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments