Tok... Tok... Tok...
Pintu kaca jendela mobil Djiwa di ketuk oleh seseorang dari luar mobil.
Oh, Ya Tuhan.
Ayunda mengerang dengan menekan udara dari dadanya, mendorong satu nama yang ada di ujung lidahnya. “Samudra.”
Ayunda bergegas keluar dari mobil Djiwa, dan kemudian di ikuti oleh Djiwa yang juga ikut turun dari mobilnya karena rasa penasaran pada pria yang mengetuk pintu mobilnya.
"Hei, Honey. Masih ingat dengan aku?”
Ayunda terdiam meyakinkan diri jika di hadapannya kini benar-benar pria yang masih berstatus suaminya.
"Coba tahan dulu perasaanmu padanya, kita kan belum selesai sayang.” Tawa serak Samudra, dalam dan penuh percaya diri, terdengar di telinga Ayunda sesaat sebelum bibir Samudra menyentuh kulit lembut di bawah anting telinganya.
Ayunda tersentak mendengar ucapan itu, bukan karena sensasi geli yang menyusuri kulitnya, lalu dengan refleks Ayunda mencengkeram tangan Djiwa yang kini telah berada di sampingnya.
'Bagaimana Samudra bisa datang kemari? Aku tak melihat berita tentang kepergiannya di media mana pun hari ini,' batin Ayunda.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
“Aku tidak akan membiarkanmu mengabaikanku seperti yang telah kau lakukan tiga tahun yang lalu.”
Mulut Ayunda menganga, pertama karena ucapan Samudra, dan yang kedua karena Djiwa tiba-tiba saja berdiri di hadapan antara dirinya dan Samudra, karena menganggap cengkeraman tangannya tadi sebagai isyarat dirinya meminta tolong kepadanya.
'Oh, tidak. Bukan bukan itu maksudku,' batin Ayunda.
Tinggi badan Djiwa mungkin menyamai tinggi badan Samudra, tapi Djiwa terlihat jauh lebih berotot. Bagaimana tidak, Djiwa adalah seorang pelatih ilmu bela diri. Berbeda halnya dengan Samudra, olahraga yang sering ia lakukan hanyalah berenang, dan berselancar.
Namun malam itu Samudra berdiri dengan gagah berani sembari menunjukan sikap posesifnya kepada Ayunda.
'Pria ini seharusnya berada di Jakarta, menikmati popularitasnya sembari memantau perkembangan investasi properti terbarunya,' batin Ayunda.
"Pergilah. Aku harus bicara dengan istriku," Samudra menyingkirkan tubuh Djiwa dengan satu tangannya.
"Uhhuuk," Ayunda batuk, tersedak oleh sikap berani Samudra.
Sudah bertahun-tahun ia dan Samudra berpisah, Samudra pikir dirinya siapa? “Cukup, Samudra!!”
Yang akan didapatkan Ayunda hanyalah terjebak dalam pernikahan yang mengerikan, dan hilangnya kehidupan yang tenang ketika bersama Samudra.
Ayunda tidak akan membiarkan hal itu terjadi terjadi lagi. Tidak akan.
Djiwa mulai menarik Ayunda ke sisinya, tapi ketika menyadari ketegangan pada sorot mata Samudra, Ayunda dengan cepat menggeleng kemudian menoleh ke arah suaminya. “Jangan membuat keributan di depan rumahku, Samudra.”
Ayunda mengelus Djiwa dengan lembut, sikap mesra yang ditujukan untuk menenangkan teman kencannya, sekaligus memberikan sebuah pesan kepada Samudra.
'Lihat aku. Lihat apa yang aku lakukan? Lihat kekasih yang tampan ini?' batin Ayunda
Ayunda memandang Djiwa dengan saksama. Pria tampan bagi standar wanita mana pun yang waras. Ayunda memnadang Djiwa dengan tatapan yang di harapkan oleh Djiwa yaitu tatapan seolah penuh kekaguman, Ayunda menempelkan telapak tangannya di dada Djiwa.
“Djiwa, tolonglah,” gumamnya. “Beri kami waktu sepuluh menit untuk bicara.”
Ketegangan menghilang dari wajah Djiwa, berubah menjadi ekspresi datar.
Djiwa tersenyum, ia melepaskan tangan Ayunda dari dadanya, kemudian memberikan kecupan di punggung tangan Ayunda, dan membiarkan Ayunda pergi berbicara dengan Samudra.
Ayunda mengikuti Samudra yang berjalan masuk ke dalam kediamannya.
“Wow, Ayunda. Yang tadi itu luar biasa.”
Melihat suaminya berada di hadapannya, Ayunda terdiam, ia terpana oleh pandangan pertamanya pada pria yang dulu pernah mengisi hidupnya. Samudra, memiliki tubuh tinggi, bidang, dan ramping dengan proporsi yang tepat. Garis wajah yang terpahat kuat dan bibir yang tegas. Mata cokelat tajam yang bisa sekeras tanah beku atau sehangat cokelat leleh, berkilau geli di balik helaian gelap rambut yang tidak pernah rapi.
Samudra adalah pria tampan yang santai, percaya diri, dan memesona, segala sesuatu yang tidak Ayunda butuhkan, dan sedang berdiri di hadapan Ayunda, di teras rumahnya.
Samudra seharusnya kau tidak terlihat sama. Apalagi setelah sekian lama.
“Maaf soal pacarmu,” ujar Samudra sembari menyunggingkan bibirnya dengan masam, yang bisa di artikan jika Samudra tengah cemburu.
Namun Ayunda menafikan hal itu, ia tidak ingin tahu lagi tentang perasaan Samudra, tak ingin lagi mengingat kembali setiap kebersamaan atau kesenangan yang telah mereka bagi, dan tidak ingin memikirkan apa yang telah terjadi di masa lalu.
Ia hanya ingin bangkit. Itulah sebabnya ia telah mengajukan surat gugatan cerai.
Sambil menggeleng, Ayunda bertanya, “Apa yang kau lakukan di sini?”
Samudra, menatap Ayunda dalam - dalam, hingga mata mereka saling bertemu. “Bukankah itu sudah jelas? Aku ke sini untuk mengajakmu pulang.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
apa ada maslah kah kehidupan rumah tangga d masa lalu nya sehingga ingin mengakhiri status pernikahan nya !!!!🤔🤔🤔
2022-09-13
1
yuni kazandozi
ayunda djiwa samudra,satu perempuan diperebutkan dua pria,antara pengagumnya dan suami
2022-09-11
1
ѴἶὉ
Apalah artinya tampan, gagah dan mempesona kalau tak Setia...
Modal utama laki² adalah komitmen dan kesetiaan, harta dan rupa hanyalah Bonus, walau tidak munafik semua mahluk membutuhkan harta, tapi kembali lagi buat apa bergelimang harta, memiliki pasangan yang sempurna dengan rupa kalau hati terluka dan tersiksa.
2022-09-05
8