Menganggukan kepala dengan dua earphone terpasang ditelinga. Nania begitu asyik mendengarkan lagu yang dia streaming dari sebuah aplikasi lagu. Walaupun mulutnya tidak menyanyikan lagu yang ada. Namun Nania larut kedalam lagu yang dia dengar.
Kesenangan Nania terguncang. Ketika Aurille secara tiba-tiba melepaskan dua earphone yang terpasang di telinganya. Kemudian menarik tangan Nania.
"Mau kemana?" Tanya Nania bingung sambil menahan tangan Aurille.
"Ayo antar aku pergi keluar." Jawab Aurille.
Nania yang hanya mengenakan baju tidur. Meminta waktu untuk mengganti pakaiannya, sebelum pergi bersama Aurille. Namun waktu yang semakin menipis, membuat Aurille melarang Nania mengganti pakaiannya. Nania pun dipaksa hanya mengenakan baju tidur saja.
Nania duduk disamping Aurille yang memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sedikit ketakutan, Nania beberapa kali meminta Aurille memperlambat laju mobil yang ia kemudikan. Namun bukan Aurille yang ketika di minta sesuatu akan langsung dituruti. Dia justru malah memacu mobilnya dengan kecepatan yang lebih tinggi. Hingga membuat Nania semakin histeris dengan laju mobil yang dikemudikan Aurille.
Ketakutan Nania akhirnya terhenti. Ketika sudah sampai ditujuan. Disebuah kafe bernuansa modern dengan live music yang membuat para tamu larut dalam alunan lagu yang ada.
Aurille keluar dari dalam mobil. Sementara Nania diminta untuk membawa mobil Aurille pulang ke apartemen. Tak lupa Aurille mengucapkan terima kasih pada Nania. Menyebalkan! Nania hanya mampu berkata itu. Mengingat dia hanya disuruh untuk mengantar Aurille.
Berbeda dengan Aurille yang membawa mobil seperti orang kesetanan. Nania justru membawa mobil Aurille seperti sebuah keong berjalan. Begitu lambat dan penuh kehati-hatian. Selain ingin merasakan suasana kota NICE di malam hari. Nania juga takut terjadi sesuatu padanya. Sehingga dia menjalankan mobil Aurille selambat mungkin.
Satu persatu icon dari kota Nice dia bisa lihat. Sesekali dia memotret dengan ponsel miliknya. Dia begitu menyukai Nice ketika malam. Ketika lampu menerangi gelapnya malam. Dan suara angin yang sedikit berdesir di telinganya.
Pemandangannya kacau, ketika tanpa sengaja dia melihat seorang pria terjatuh di trotoar. Dia menghentikan laju mobilnya. Kemudian dengan segera keluar untuk menolong pria itu.
Ahh.... Wajah Pria itu nampak tak asing bagi Nania. Namun dia tidak ingat pria itu siapa. Kacau sekali pikirannya. Sebab dia tidak ingat pernah bertemu dengan pria itu, namun wajahnya seperti tidak asing.
Tanpa pikir panjang, Nania pun membawa pria itu masuk kedalam mobilnya. Nania berniat mengobati luka lebam yang terdapat di pipi sebelah kanannya.
Sedikit kelimpangan ketika membopong tubuh pria itu. Namun Nania berusaha membawa pria itu masuk kedalam apartemen yang berada di lantai 10. Beban berat untuk Nania.
Hah.. Hah.. Hah.. Nania begitu ngos-ngosan begitu sampai di dalam apartemen. Perlahan dia meletakkan tubuh tubuh pria itu diatas sofa. Kemudian melepaskan sepatunya yang nampak kotor dan berdebu. Jas hitam yang kotor juga, Nania lepaskan dari tubuh pria itu. Kemudian dengan segera Nania mengambil sebuah wadah berisi air dan kain untuk mengompres luka lebam dari pria tersebut.
Perlahan Nania mengompres luka itu, sambil sesekali mengingat kejadian yang bisa mengingatkan Nania pada pria itu. Semakin keras Nania berpikir, justru Nania semakin tidak menemukan jawaban dari pertanyaan dirinya sendiri. Sial, Nania bergumam dalam hatinya.
Setelah mengompres luka lebam yang ada pada pria itu. Nania melanjutkan dengan menutupi 3/4 bagian dari tubuh si pria dengan selimut tebal miliknya. Nania tersenyum, dia sedikit mengagumi ketampanan pria yang nampak sudah berumur tersebut.
Nania mencuci wajahnya, kemudian melanjutkan menggosok gigi. Setelah semua rutinitas dia sebelum tidur dia lakukan. Nania baru ingat dengan pria itu. Pria yang dia tabrak ketika Thomas mengejarnya. Nania kembali ke sofa untuk memastikan orang tersebut benar-benar adalah orang yang ia tabrak waktu itu.
Benar saja. Pria itu benar-benar orang yang dia tabrak waktu itu. Nania bersyukur bisa kembali bertemu dengan pria itu. Sebab Nania belum meminta maaf saat itu.
Matahari kembali dari ufuk timur. Aurille yang pergi bersama pacarnya tak kunjung kembali. Nania mengira dia akan pulang. Ternyata Aurille tidak kembali. Nania lalu mengecek kondisi dari pria yang dia bawa pulang semalam.
Masih pingsan. Dia belum siuman. Tidak seperti perkiraan Nania yang memperkirakan dia akan siuman di pagi ini. Nania meraba denyut nadinya. Masih berdetak. Itu tandanya pria itu masih pingsan.
Nania yang haus bergegas ke dapur untuk mengambil segelas air. Baru beberapa langkah menuju dapur. Nania mendengar suara erangan dari belakang. Suara yang ternyata dari si pria yang mulai siuman.
Nania menghampiri pria itu. Dia menanyakan kondisi pria itu yang nampak sedikit kesakitan dan masih linglung.
Perlahan pria itu menatap wajah Nania. Dia kemudian dia memperhatikan area sekitar. Dia tidak mengenalinya. Sehingga dia begitu kebingungan dan merasakan hal yang aneh.
"Saya dimana?" Tanya Pria dengan wajah yang bingung.
"Kamu ada di apartemen saya. Semalam saya melihat kamu tergeletak di pinggir jalan. Kemudian saya membuka pulang kamu untuk mengobatinya." Jelas Nania.
Pria itu menatap Nania. Dia mengingat kejadian semalam. Perlahan dia mengingatnya. Namun tiba-tiba dia merasakan sedikit rasa sakit di kepalanya. Nania yang melihat langsung kesakitan dari pria itu, menanyakan apa yang harus dia lakukan. Pria itu hanya meminta segelas air putih. Nania dengan sigap mengambilnya dari dapur.
Dengan penuh perhatian Nania memberikan air putih pada pria itu. Dibarengi ucapan terimakasih. Pria itu menerima dengan tangan kanannya. Secara perlahan meminum air putih tersebut.
Habis segelas penuh, tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari perut pria tersebut. Suara perut keroncongan. Nania yang mendengar suara itu dengan polos melontarkan pertanyaan pada pria itu.
"Kamu lapar?"
Pria itu dengan wajah yang malu-malu. Menjawab.
"Sedikit."
Nania meminta pria itu tetap di sofa dan beristirahat. Nania berinisiatif untuk membuatkan sarapan untuk pria tersebut di dapur.
Terigu, mentega dan telur. Iya bahan yang ada didalam freezer cocok untuk membuat sebuah pancake. Namun Nania lupa cara membuat pancake tersebut. Maklum selama ini Nania sibuk bekerja, sedangkan urusan dapur menjadi milik ibunya.
Tutorial dari jejaring berbagi video Nania cari. Step by step dia coba mulai ikuti. Dimulai peralatan yang harus dia sediakan. Hingga langkah pertama yang harus dia lakukan.
Nania yang ceroboh, tanpa sengaja menjatuhkan gelas kaca berisi air yang akan ia gunakan untuk membuat adonan pancake. Kerasnya suara dari gelas itu, terdengar juga hingga ke ruang tamu yang masih beristirahat pria itu.
Mendengar sesuatu dari dalam dapur. Pria itu dengan langkah sedikit sempoyongan berjalan untuk melihat apa yang terjadi.
Bom... Dapur apartemen yang berantakan, ulah Nania dalam membuat pancake. Sedikit menarik pipi pria itu naik. Tertawa melihat tingkah Nania yang berantakan dalam membuat pancake.
Nania tersipu malu. Dia meminta Pria itu untuk tetap berada di sofa untuk istirahat. Namun pria itu mengelak dan malah masuk ke dapur untuk membantu Nania membuat sarapan.
"Kamu mau buat apa?" Tanya pria itu dihadapan Nania.
"Emmm, aku pengen buatin kamu pancake." Jawab Nania.
"Oh pancake. Sini biar aku yang buat." Pinta si pria sambil meminta apron yang dikenakan oleh Nania.
"Kamu bisa buat pancake?" Tanya Nania melepaskan apron.
"Bisaaa!" Jawab si pria menerima apron.
Bak chef handal. Si pria membereskan terlebih dahulu semua peralatan yang dibuat kacau oleh Nania. Dia juga meminta Nania membersihkan sisa pecahan gelas yang dia pecahkan.
Dia pun mulai beraksi. Dari langkah-langkah yang dia lakukan. Semuanya begitu rapi dan bersih. Si pria itu pun membuat pancake dengan bentuk yang sempurna juga. Terlihat mewah dengan hiasan yang digunakan. Pancake itu pun siap disajikan.
Saling berhadapan, Nania set dua pancake diatas piring. Begitu juga pria itu dengan dua pancake diatas piringnya. Nania yang menunggu si pria untuk memakan pancake terlebih dahulu, hanya memandangi pancakenya. Baru setelah si pria itu menawarinya makan. Nania pun langsung dengan lahap memakan pancake tersebut.
Ditengah-tengah lahapnya menyantap pancake. Si Pria itu pun mengucapkan terimakasih pada Nania yang telah menolongnya. Dia juga memperkenalkan namanya pada Nania.
"Nama ku Julien's." Ucapnya menyodorkan tangan kanan.
"Aku Nania." Menjabat tangan pria tersebut.
"Senang bertemu dengan kamu Nania. Kamu cantik." Ucap Pria itu kembali.
Mendengar kata cantik yang diucapkan oleh Julien's. Nania seketika tersipu malu.
Namun sebelum obrolan itu berlangsung lama. Tiba-tiba Julien's mendapatkan telpon. Seketika dia meminta izin pada Nania untuk pergi terlebih dahulu. Tanpa meninggalkan identitas. Julien's membuat Nania menjadi penasaran. Sehingga Nania tak ragu untuk mengatakan hati-hati pada Julien's sebelum dia benar-benar meninggalkan apartemen Nania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Vallents Romandha
awesome
2022-11-05
0
Rivan Karang
Bagus banget
2022-09-15
0