Diteriknya matahari yang menyengat, Nania dengan sekuat tenaga menggowes sepeda miliknya. Dengan bunga-bunga yang ada di depan keranjang sepeda. Nania menawarkan bunga jualannya pada orang-orang yang sedang berada di taman.
Sambil menunggu panggilan dari tempatnya bekerja. Nania menjadi seorang penjual bunga keliling. Dari pagi hingga sore, Nania berkeliling untuk menjajakan bunga miliknya. Walaupun tak besar, tapi itu cukup untuk mengganti hari-hari Nania yang libur bekerja.
Matahari sudah semakin dekat di arah barat. Langit biru sudah menghilang. Berganti dengan kegelapan yang perlahan-lahan menyusupi langit.
Nania memarkir sepeda tepat diteras rumahnya. Tak berselang lama, ibunya menyambut kedatangan Nania. Melihat wajah Nania yang begitu lelah, ibunya pun memeluk erat Nania. Dengan kata-kata maaf, ibu Nania meminta Nania untuk sabar. Sebab dia harus menanggung semua pengobatan ibunya.
Dengan sedikit senyum kecil, Nania coba meyakinkan ibunya. Dia meyakinkan ibunya akan kesembuhan dari penyakit yang diderita. Nania juga tidak pernah menyesali pengorbanannya untuk kesembuhan sang ibu. Dia justru bahagia bisa menjadi bagian dari perjuangan sang ibu melawan penyakit yang di derita.
Tak ingin larut dalam kesedihan, Nania mengajak ibunya untuk masuk kedalam rumah. Namun ketika akan masuk, tiba-tiba ponsel Nania berbunyi keras. Dia pun langsung mengangkat telpon tersebut.
"Hallo..." Nania membuka pembicaraan.
"Hallo, saya dari departemen kepegawaian ingin mengundang kamu ke kantor pusat besok pagi." Jawab darinya.
"Ini dari Restoran Laurence?" Nania penuh semangat.
"Benar, kami dari restoran Laurence." Jawabnya kembali.
"Baik... Besok pagi saya bakal berangkat menuju kantor." Ucap Nania penuh semangat.
"Kalau begitu, saya tunggu besok. Selamat Malam"
"Iya, selamat malam." Tutup Nania.
Mendapat kabar bahagia, Nania langsung memeluk ibunya. Dia memberitahu pada ibunya perihal panggilan kantor yang ia terima. Nania pun nampak begitu senang dengan panggilan kerja kembali.
Menggunakan mode transfortasi umum. Nania bergegas sedari pagi menuju kantor. Dengan pakaian formal dan rambut digerai panjang. Nania nampak begitu cantik. Sebuah jepitan kecil berwarna pink yang dia letakan di sisi kiri rambutnya, kian mempermanis penampilan dia.
Tak terasa waktu begitu singkat. Dua kali naik turun kereta, Nania akhirnya sampai di kantor pusat. Tempat dimana restoran Nania bernaung. Menarik napas sekuat mungkin, kemudian secara perlahan Nania menghembuskannya. Semangat! Nania menyemangati dirinya sendiri agar tidak gugup.
Dua teman Nania sesama pelayan ternyata juga mendapatkan panggilan kembali. Bahkan keduanya datang lebih pagi. Saat Nania sampai, keduanya sudah duduk untuk menunggu kesepakatan kontrak yang akan diberikan perusahaan. Nania tanpa sungkan bergabung bersama mereka berdua.
Menunggu giliran untuk masuk kedalam ruangan bagian kepegawaian. Nania dan kedua temannya asyik mengobrol perihal kesibukannya selama dirumahkan.
Larut dalam obrolan, ketiga tak sadar. sebentar lagi pengumuman tempat bekerja Mereka yang baru diumumkan. Sehingga satu persatu nama mereka dipanggil masuk kedalam ruangan.
Lucy, nama pertama yang masuk. Gadis asli Prancis yang terkenal cerewet itu. Mendapatkan penempatan di Paris. Mau tidak mau dia harus pindah ke Paris. Mengingat jarak antara Brest dan Paris cukup jauh.
Nama kedua yang dipanggil masuk adalah Angeline. Berdarah Jerman dari ibunya. Angeline ditempatkan di Marseille. kota yang berada di selatan Prancis.
Tentu nama terakhir yang dipanggil adalah Nania. Dia menjadi orang terakhir yang masuk ke ruangan tersebut.
Nania menyapa terlebih dahulu pada kepala personalia. Sebelum akhirnya dia dipersilakan duduk di kursi yang telah disediakan oleh kepala Personalia.
"Selamat kamu jadi salah satu pegawai yang kembali di panggil untum bekerja di restoran kami." Ucap Personalia sambil menyodorkan tangan kanannya.
"Iya pak, terima kasih." Nania menjawabnya sambil menjabat tangan personalia tersebut.
Kemudian personalia tersebut merapikan sebuah surat-surat penting yang menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh Nania. Surat-surat itu kemudian disodorkan pada Nania untuk ditandatangani. Namun sebelum menandatangani, Nania meminta izin terlebih dahulu untuk membaca isi perjanjian tersebut. Tanpa keberatan, Nania diperbolehkan untuk membacanya terlebih dahulu.
Semua point hampir sama dengan kontrak awal. Namun dibagian penempatan, Nania sedikit keberatan. Mengingat Nania harus ditempatkan di kota Nice. Dimana jarak kota tersebut dari rumahnya cukup jauh. sehingga Nania sedikit ragu untuk menerima tawaran tersebut.
"Apa tidak ada tempat lain yang lebih dekat untuk saya pak?" Tanya Nania.
"Mohon maaf, tidak ada." Jawab personalia tersebut.
"Tapi ini jauh banget pak dari rumah saya." Nania memohon.
"Maaf Bu, itu sudah jadi pilihan perusahaan. Jika ibu mau, silakan ambil. Tapi jika enggak. Ibu bisa memutuskan kontrak yang ada." Jelas personalia.
Nania terdiam sejenak. Pikirannya terbagi dua. Apakah dia harus resign, tapi harus membayar sisa kontrak yang ada. Atau lanjut, namun dia harus berpisah jauh dari ibunya.
"Bagaimana Bu, apakah ibu bersedia?" Tanya personalia kembali.
Dengan berat hati, Nania akhirnya menerimanya.
"Iya pak, saya terima." Nania ikhlas.
Sebagai kesepakatan terakhir. Nania pun harus menandatangani semua dokumen yang telah disediakan. Termasuk dokumen mutasi dari restoran awal ke restoran baru di tempat lain. Dia pun dijadwalkan akan kembali bekerja dalam dua hari kedepan.
Senang bisa kembali bekerja. Namun disisi lain, dia harus meninggalkan ibunya sendiri di rumah. Nania khawatir pada kesehatan ibunya, mengingat ibunya sudah sering sakit-sakitan. Namun jika dia melepas kontrak tersebut. Dia tidak memiliki pekerjaan lagi. Ditambah dengan penalti yang harus dia bayar. Sebuah pilihan sulit dalam hidupnya.
Hangatnya kuah kental Burguignon, masakan khas Prancis yang memiliki karakter seperti rendang tersebut. Menjadi penghangat ditengah udara yang dingin di malam ini. Nania pun mulai menceritakan perihal mutasi yang ia dapat. Sekaligus dia meminta izin untuk tinggal di Nice. Mengingat jarak Brest dan Nice yang jauh. Sehingga dia tak mungkin pulang pergi. Namun Nania berjanji untuk menjenguk ibunya setiap mendapat libur kerja.
Tak marah, ibunya justru mendukung Nania sepenuhnya. Dia menyerahkan semuanya pada Nania. Dirinya hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Nania. Dia juga meminta Nania untuk tidak mengkhawatirkan kesehatan ibunya. Sebab perlahan ibunya mulai merasa lebih baik.
Memeluk erat ibunya. Nania mengucapkan terima kasih pada ibunya. Dia bersyukur sang ibu mau mengerti kondisinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Vallents Romandha
bagus
2022-11-05
0