"Oh, ya Anne ... kamu kapan mau menikah? Masak aku saja sudah mau jadi seorang Ibu kamu pacaran aja belum?" tanya Nala yang membuat Anne seketika terdiam.
Pertanyaan seperti ini, sungguh membuat Anne merasa kurang nyaman.
"Em ... nanti kalau sudah waktunya juga pasti aku akan menikah, kok! Tenang saja, lagian umurku juga masih sangat muda untuk menikah," jelas Anne dengan memaksa untuk tersenyum.
Nala memicingkan matanya. " Jika kamu yang sudah hampir dua puluh tahun masih sangat muda untuk menikah. Lalu apa kabar dengan diriku yang masih delapan belas tahun sudah mau menjadi seorang Ibu, huh? " ujar Nala dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
Anne tersenyum." Kalau kamu ... 'kan beda konteks cerita say ..." balas Anne dengan menaik turunkan kedua alisnya. Sedangkan Nala hanya bisa menghembuskan nafas panjang.
Kondisi Nala memang jauh berbeda dengan Anne, dia sudah mengagumi seorang pria sejak kecil. Sedangkan Anne, sampai saat ini Nala tak pernah mendengar cerita bahwa gadis itu jatuh cinta pada seorang pria.
"Anne ...," panggil Nala sembari memegang tangan adik iparnya itu.
"Hmmm."
"Kamu yakin, belum pernah jatuh cinta pada seorang pria?" tanya Nala yang sangat penasaran.
Anne menggeleng.
" Serius?" tanya Nala lagi yang terlihat tak percaya.
" Emm, emangnya kenapa sih?"
Nala terlihat mencoba merilekskan kondisinya yang masih setengah terkejut mendengar penuturan Anne. Ia benar-benar tak percaya saat mendengar Anne mengatakan bahwa ia belum pernah jatuh cinta.
Apakah di dunia ini masih ada orang yang seperti Anne? Belum jatuh cinta, di usia yang bisa di bilang cukup untuk mengerti apa itu arti cinta. Bahkan, zaman sekarang anak smp saja sudah banyak yang pacaran, tapi Anne?
Apa jangan-jangan Anne tidak normal? Atau, Nala saja yang terlalu cspat jatuh cintanya?
Nala segera menggelengkan kepalanya, guna menepis pikiran aneh itu.
" Woy, Nal. Kamu kenapa?" tanya Anne yang terlihat bingung dengan sikap sahabat sekaligus kakak iparnya itu.
" Gapapa, gue hanya heran saja. Kok ada ya, orang udah segede ini, belum pernah jatuh cinta sama pria. Jangan-jangan... Kamu sukanya sama cewek lagi, "ujar Nala yang langsung mendapatkan sentilan dari Anne.
" Au, sakit Anne! Gak sopan banget sama Kakak ipar, "gerutu Nala sambil mengusap dahinya yang di sentil oleh Anne.
" Ya, lagian siapa suruh ngatain kalau aku suka sama cewek. Lagian, ya ... Aku tuh masih normal kok! Masih suka sama cowok, hanya ... " Anne menggantung ucapannya, membuat Nala jadi penasaran.
" Hanya apa?" desak Nala yang sudah sangat ingin tahu apa lanjutan dari perkataan Anne.
" Hanya tidak tahu seperti apa rasanya orang jatuh cinta itu!" ungkap Anne jujur.
Hahahaha
Gelak tawa seketika memenuhi ruang tengah. Melihat Nala yang tertawa begitu keras, membuat Anne langsung membekap mulutnya. Dia tak mau kalau sampai ada orang lain yang mendengar obrolan mereka, apalagi kalau sampai Lean yang dengar. Bisa jadi bulan-bulanan ejekan kakaknya yang jahil itu.
" Jangan keras-keras kalau ketawa!"
Nala mengangguk, membuat Anne langsung melepaskan bekapannya karena tak tega juga jika membekap mulut Nala terlalu lama.
" Kamu serius tidak tahu?" Nala terlihat memastikan kembali.
Anne hanya mengangguk, dan terus menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak ipar.
Tiba-tiba Nala menyingkirkan kepala Anne yang bersandar pada pundaknya, lalu menatap adik iparnya itu dengan seksama.
" Anne, aku benar-benar ingin kamu jujur, jangan ada yang di tutup-tutupi. Kamu seriusan tidak pernah merasakannya?"
Anne kembali mengangguk, membuat dahi Nala berkerut.
" Apa kamu tidak pernah menyukai seorang pria?"
" Apakah rasa suka bisa di katakan jatuh cinta? " bukannya menjawab, Anne justru melempar sebuah pertanyaan kembali.
" Ya... Nggak juga sih, tapi kan___"
"Sudah ya, jangan bahas itu lagi. Lebih baik kita membahas kuliah atau yang lainnya. Jangan lagi membahas soal cinta," pungkas Anne yang memang tak terlalu menyukainya.
Jika sudah seperti ini, Nala hanya bisa menurut karena ucapan serta raut wajah Anne sudah memperlihatkan bahwa ia tak suka membahas soal cinta, pacaran dan teman sebangsanya.
...☘️☘️☘️...
Di waktu yang sama, Lean baru saja sampai di tempat ketiga pria beda usia berkumpul. Di mana ada Papa Ken, Kean dan Brian.
" Wajahmu kenapa di tekuk begitu, Le?" tanya Papa Ken tatkala melihat wajah murung putranya yang terlihat seperti angry bird.
" Iya, apa sudah tidak asik menempel sama istri?" sindir Kean dengan menahan tawanya.
"Nggak usah ngajak ribut, deh ...."
"Siapa yang ngajak ribut, orang aku ngajak ngobrol sambil ngopi," elak Kean yang membuat Papa Ken dan Brian tergelak mendengarnya.
"Kenapa sekarang kamu pindah haluan menjadi pria yang menyebalkan!" ketus Lean.
"Sudah-sudah ...," lerai Papa Ken. "Kalian itu dari kecil sampai sudah jadi ayah dan calon ayah, masih saja berdebat kalau lagi bersama."
" Habisnya ... Kak Kean__" Lean tidak melanjutkan ucapannya tatkala mendengar teguran Papa Ken yang memanggil namanya dengan tatapan tajam.
" Apa kalian tidak malu berdebat di depan, Brian? Dia sampai melongo melihat kalian berdebat!" tukas Papa Ken.
" Ya ... Dia melongo karena tidak tahu bahasa kita, Pa." Lean masih saja terus menjawab jika di beritahu, sedangkan Brian hanya tersenyum mendengarnya. Dia memang belum terlalu lancar berbahasa Indonesia, namun cukup paham dengan apa yang Kean dan Lean perdebatkan.
Setelahnya, ketiga pria beda usia itu kembali melanjutkan pembicaraan mereka yang sempat tertunda karena kehadiran Lean.
" Oh, ya. Kalian sejak tadi membicarakan apa?" tanya Lean yang kurang paham dengan pembicaraan mereka.
" Pekerjaan," sahut Brian dan Kean.
" Pekerjaan?" ulang Lean yang tidak mengerti dengan jalan pikiran ketiga pria di depannya saat ini, dalam kondisi santai begini masih saja pekerjaan yang di bahas?
Benar-benar para workaholic!
" Kenapa wajahmu terlihat seperti terkejut, Kak?" tanya Brian.
" Aku bukan terkejut, tapi sepertinya salah tempat lagi!" gumam Lean dengan wajah lesunya.
Ketiga pria beda usia itu justru tergelak melihat ekspresi Lean saat ini. Dari keempat pria itu, memang hanya Lean yang bukan dari kalangan pebisnis sehingga dia kurang nyambung jika di ajak bicara.
Selain menepati janjinya pada Anne, kedatangan Brian ke Indonesia juga karena ada urusan bisnis bersama perusahaan Fabio mewakili Daddynya. Jadi, apa yang mereka bicarakan sejak tadi ya tidak jauh dari tentang kerja sama mereka.
***
Saat melihat jarum jam di jam tangannya sudah berada pada angka setengah sepuluh malam, membuat Lean segera pamit undur diri. Ia lebih memilih menghabiskan waktu bersama istrinya di kamar daripada mendengar pembicaraan yang tak ia pahami sama sekali. Dari kecil, Lean memang lebih tertarik dengan dunia kedokteran. Makanya, dia bisa menjadi dokter bedah yang sangat hebat. Sedangkan Kean, awalnya ia tak suka saat di minta menjadi pengganti Papa Ken untuk memimpin perusahaan. Tapi, seiring berjalannya waktu, Ia mulai menyukai dunia bisnis.
Melihat Lean pergi, membuat kedua pria beristri itu ikut melihat jam di tangan mereka.
" Sepertinya kita lanjutkan besok saja obrolannya, karena sudah waktunya untuk tidur." Papa Ken mencoba mengakhiri pembicaraan mereka.
Brian juga ikut melihat jam yang melingkar di tangannya. " Apakah kalian sudah tidur di jam segini?" tanya Brian yang cukup heran karena tidur di jam setengah sepuluh bisa di katakan cukup dini bagi seorang workaholic.
Kean menepuk pundak Brian. " Nanti ... jika sudah menikah, kamu pasti akan tahu kenapa para pria beristri itu tidur lebih cepat dari pria singel!" pungkas Kean sebelum pergi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
αrѕhα
sesak kan jadinya Anne...pacaran beda keyakinan
2022-09-28
0
🌻ᴄʜᴀͣɪͥʀᷤᴜͪɴͣɴɪsᴀ🌻
mereka bekerja keras dan bercocok tanam spy memiliki hasil yg baik ehh 🤣🤣🤣🚴🏼♂️🚴🏼♂️🚴🏼♂️🚴🏼♂️🚴🏼♂️
2022-09-22
1
🌻ᴄʜᴀͣɪͥʀᷤᴜͪɴͣɴɪsᴀ🌻
di kamar emang lebih enak n nyaman ya kan Lean 🤣🤣🤣🤣
omegad apasih ini 😆🙈
2022-09-22
1