Melawan Restu
Sejak beberapa hari yang lalu, Anneta terus di sibukkan dengan persiapan untuk acara pameran tunggalnya. Setelah perjuangan selama dua tahun, akhirnya Anne bisa menggelar pameran tunggalnya sendiri. Sejak pagi, Anne sudah sibuk bersiap-siap karena hari ini, adalah hari yang spesial dan bersejarah bagi karirnya di masa depan. Di mana ia akan menyajikan semua hasil karyanya selama dua tahun pada para penikmat seni.
Sebelum acara pembukaan di mulai, Anne menyempatkan diri untuk mengecek semua karyanya terlebih dahulu. Apakah sudah terpasang semua atau belum?
Melihat jarum jam yang sudah hampir berada di angka sembilan, membuat Prisillia berjalan menghampiri Anne.
" Anne, apakah sudah bisa di mulai acara pembukaannya?" tanya Prisillia selaku manager Anne.
Anne tersenyum, lalu mengangguk. Menandakan bahwa ia sudah siap untuk membuka acara pameran tunggalnya hari ini.
"Kalau begitu, ayo kita ke tempat acara pembukaan, " ajak Sila.
Anne mengangguk, lalu mengikuti langkah Sila menuju tempat pembukaan.
Di tempat pembukaan, sudah ada Mama Dira dan Papa Ken beserta rekan bisnisnya. Anne hanya bisa menyapa orang tuanya secara formal karena status mereka di tempat ini hanya sebagai tamu undangan VVIP.
Di karenakan tak ingin dikenal oleh khalayak luas serta tak ingin di anggap bisa terkenal karena status kedua orang tuanya, membuat Anne semakin menutup identitasnya sebagai putri ahli waris keluarga Fabio yang sah di mata hukum dan agama. Karena ia ingin di kenal sebagai pelukis berbakat yang memulai karirnya dari nol.
Setelah acara pembukaan dan potong pita selesai, semua tamu undangan segera memasuki ruangan pameran untuk menikmati karya seni yang ada di sana.
Seusai semua orang pergi, Mama Dira dan Papa Ken segera menghampiri Anne untuk memberikan selamat.
" Selamat sayang, semoga impian dan karirmu bisa berjalan dengan baik," ucap Mama Dira seraya memeluk Anne.
" Makasih, Ma." Anne ikut membalas pelukan hangat yang di berikan oleh Mamanya.
Setelah itu, giliran Papa Ken yang memberikan selamat pada putri kesayangannya. Sampai saat ini, Papa Ken masih belum percaya jika putrinya sudah bisa mengadakan pameran tunggalnya sendiri. Perasaan, baru kemarin Anne masih belajar berjalan, bisa berbicara, tapi kini dia sudah menjadi gadis dewas dengan keahliannya.
" Papa bangga sama Anne, tapi jangan pernah merasa mudah puas dengan apa yang kamu dapatkan hari ini. Terus berusaha menjadi pelukis yang lebih hebat lagi."
Anne mengangguk. " Terimakasih karena Papa selalu mendukung apa yang Anne inginkan," ucap Anne di sela pelukan mereka. Anne benar-benar bersyukur karena memiliki orang tua yang selalu mendukung penuh bakatnya, bukan orang tua yang suka mendikte anaknya untuk menjadi apa.
Jika papanya orang tua toxic, mungkin tidak akan ada Anne yang sekarang. Selama ini, Papa Ken selalu mendukung apa yang ingin di lakukan Anne tanpa membeda-bedakan dirinya dengan kedua kakak kembarnya. Anne memang berbeda, dia tidak genius dan sehebat kedua kakak kembarnya. Namun, dia lebih ke orang yang punya imajinasi dan kreatifitas yang cukup tinggi.
Begitulah manusia yang tak sama, Ia pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri sehingga jangan pernah menjudge dengan mengatakannya bodoh atau membanding-bandingkannya dengan orang lain. Daripada membandingkan, lebih baik lihat apa keunggulan lain yang dimilikinya.
Tak berselang lama, Kakak sulungnya Keane datang bersama istri dan juga ketiga anak kembarnya. Kean dan Dinda memberikan selamat atas pameran tunggal Anne.
" Selamat atas pameran tunggalnya adikku yang manja dan juga ceroboh!" ujar Kean sembari memeluk Anne.
Wajah Anne justru terlihat cemberut ketika mendengar Kean masih saja menyebutnya manja dan juga ceroboh. Meski itu kenyataannya, tetap saja Anne tak suka.
Kini, giliran Dinda sang Kakak ipar yang memberikan selamat sekaligus buket bunga pada Anne.
" Makasih atas bunganya yang sangat cantik ya, Kakak iparku yang cantik," ucap Anne penuh penekanan.
" Kok makasihnya cuma sama Kak Dinda saja, sama Kakak tidak?" ujar Kean yang merasa iri karena Anne tidak mengucapkan terima kasih padanya.
" Memangnya Kakak ngasih apa? "tanya Anne.
" Em ... " Kean bergumam seakan memikirkan apa yang ia kasih pada adiknya.
" Gak ngasih apa-apa, kok mau di ucapin terimakasih! "lanjut Anne dengan memutar bola matanya malas.
" Yakin? Padahal Kakak mau memberikan sesuatu loh! " Kean mencoba memancing sang adik yang sangat suka sekali dengan sesuatu yang bernama 'hadiah' tapi siapa sih wanita yang tak suka di kasih hadiah?
Anne yang awalnya sedikit jutek, tiba-tiba mendekati Kean untuk menanyakan hadiah apa yang akan dia berikan.
" Kakak beneran mau memberikan aku hadiah?" tanya Anne seraya menakutkan kedua alisnya.
Kean sang pria dingin, tiba-tiba tak sanggup menahan tawanya ketika melihat tingkah menggemaskan adiknya itu.
" Memangnya kamu ingin hadiah apa sih, hem?" ujar Kean sembari mengusap lembut puncak kepala Anne.
" Bukannya Kakak tadi bilang sudah punya? Kok masih nanya!" kesal Anne.
Kean justru mencubit pipi Anne yang mengembang karena menahan kesal akibat di permainan oleh sang kakak.
" Iya ... Iya ... Jangan ngambek dong, nanti cantik dan kharismanya hilang! Nanti akan kakak kasih ketika sudah sampai rumah. "
Anne seakan tak memperdulikan ucapan Kean, Ia justru beralih menatap kearah ketiga keponakan yang masih tertidur pulas di strollernya.
" Kalian itu ya, memang jagonya tidur," ucap Anne gemas sembari menciumi keponakannya secara bergantian.
" Oh, ya. Lean sama Nala kok belum datang?" tanya Mama Dira yang belum melihat kedatangan Lean dan juga Nala.
" Mungkin masih di jalan, Ma," sahut Kean.
Karena tak kunjung melihat kedatang Lean dan Nala, membuat mereka semua memutuskan untuk memasuki ruang pameran saja.
...☘️☘️☘️...
Di tempat parkiran gedung pameran, terlihat seorang pria tampan baru saja keluar dari sebuah mobil. Di tangannya, terdapat sebuket bunga yang akan ia berikan untuk seseorang.
Tubuh atletis serta penampilan yang sangat keren bak model hollywood, membuat beberapa wanita melirik ke arahnya. Namun, ia tak menghiraukannya dan terus melangkahkan kedua kakinya berjalan menuju tempat pameran berada.
"Bisa perlihatkan kartu undangannya?" tanya seorang penjaga di depan pintu masuk ruangan pameran.
Hari ini, pameran memang masih di buka untuk tamu yang mendapatkan undangan saja. Besok, baru di buka untuk umum asalkan memiliki tiket masuk ruang pameran.
Brian mengeluarkan kartu undangan yang ia punya, lalu sang scurity pun mempersilahkan ia masuk ke dalam setelah melihat bahwa Brian mempunya kartu undangan VVIP.
Pria itu sesekali menetralkan rasa gugupnya karena sebentar lagi, ia akan bertemu dengan wanita yang sudah sangat di rindukannya.
Derap langkah kaki itu terus berjalan memasuki ruang pameran yang terlihat tidak tidak terlalu ramai karena memang hanya para undangan khusus yang berada di ruangan ini.
Di balik kaca mata hitam yang bertengger, sepasang mata itu terus mencari di mana sang gadis itu berada. Namun, tatapannya tiba-tiba terhenti pada sebuah lukisan yang seketika mencuri perhatiannya. Kini, langkahnya beralih mengarah untuk mendekati lukisan itu.
Saat menyadari bahwa ada seorang pria yang berdiri cukup lama di depan lukisan yang sejak tadi tak ada peminatnya, membuat Anne berjalan menghampirinya.
" Apakah anda menyukainya?" tanya Anne yang seketika membuat lamunan pria itu buyar.
" Em," jawabnya singkat seraya menoleh sebentar ke arah samping. Ketika melihat siapa yang berada di sampingnya saat ini, membuat detak jantungnya semakin cepat.
" Apa anda tahu makna dari lukisan ini?" tanya Anne pada pria asing itu.
" Sangat tahu, apakah ini di jual?"
Anne tersenyum, " Sepertinya anda harus melepaskan kaca mata hitam itu dulu agar bisa membaca dengan jelas tag di atas pigura lukisan itu," jelas Anne sembari memperlihatkan papan kecil di atas lukisan itu. " Not sale" yanga artinya bahwa lukisan itu tidak dijual.
" Sayang sekali, padahal saya sangat ingin membelinya," ujar Brian.
" Sayang sekali, tapi sepertinya anda kurang beruntung karena karya ini tidak untuk dijual. Jika anda mau, masih banyak karya yang bisa anda beli," tawar Anne.
Brian menggeleng. "Saya hanya ingin membeli karya ini, meski dengan harga tinggi sekalipun."
Anne memicingkan matanya tatkala mendengar jawaban dari pria di sampingnya itu. Padahal, sejak tadi tidak ada pengunjung yang tertarik dengan karya ini. Tapi, kenapa pria di depannya ini sangat ingin sekali membelinya? Bahkan sampai menawarkan harga tertinggi. Siapa sebenarnya dia?
...****************...
Halo reader kesayangan ... Dikarenakan ada masalah internal, sehingga membuat novel ini author ubah judul dan akan ada perubahan sedikit cerita. Jadi, kalian baca dari awal lagi ya? Yang penting, cerita ini bisa lanjut lagi biar kalian tidak penasaran dengan novel Anne yang sempat menggantung sebelumnya dan jangan lupa untuk memberikan dukungan berupa like, komen, vote dan hadiahnya yang banyak ya... biar author semangat untuk menulis kisah mereka sampai habis. Oke.
Salam sayang buat kalian semua love you all 💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
αrѕhα
semoga selalu sukses ke dapannya Anne
2022-09-26
1
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ〈⎳Alexa Kᵝ⃟ᴸ ❣️
Chie mampir teh😤
2022-09-16
1
FIERSHA B
aku hadir ka
aku pernah baca karya ka Novi
cuma karena masih awam dan lama ga buka novel baru ketemu lagi
2022-08-29
1