Tidak pernah Dimas meninggalkan rumah hanya karena bertengkar sebelumnya. Namun, Resti yang juga merasa kecewa dan sakit hati memutuskan untuk tidak menghubunginya.
Apa yang dilakukan Dimas padanya, cukup membuat dirinya terpukul. Namun sekarang ada sesuatu yang harus dia lakukan.
"Aku harus membeli bahan-bahan ini ... "
Sejak hari itu, Resti di sibukkan dengan membuat ragam minuman. Uang yang diberikan perusahaan itu padanya memang lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan mereka.
Jadi, Resti merasa tidak masalah jika membelikan semua kebutuhannya dan Alfa, selama dia membuat varian baru dari minuman yang akan di presentasikan pada perusahaan tersebut.
Dia sengaja menambahkan jenis dan beberapa pewarna alami untuk mencoba membuat varian baru.
Bahkan Resti memberanikan diri untuk membeli jenis kacang yang lebih mahal seperti Almond dan kacang Arab untuk meningkatkan rasa serta manfaat minuman yang dia buat.
"Hanya ini kesempatan yang aku punya, Alfa akan terus tumbuh dan membutuhkan banyak hal ... "
Resti tumbuh di panti asuhan, jadi dia sama sekali tidak mengenal kasih sayang orang tua, selain yang dia dapatkan dari pengasuh yang membesarkannya di sana.
Setelah Dimas menikahinya, pria itu membawanya ke kota ini, di mana jarak kota tersebut dengan kota dimana dia dibesarkan cukup jauh.
"Permisi ... Mbak Res?!"
Resti melihat keluar, dia tersenyum saat melihat satu orang gadis dan satu wanita yang memiliki umur di atasnya, sudah berdiri di depan pintu.
"Eh, sudah pada datang. Masuk Mil ... Mbak Aya juga ayo masuk ... "
Keduanya masuk begitu Resti mempersilahkan. Memang, Resti sengaja mengajak keduanya untuk membantunya. Karena saat ini Resti masih tetap ingin untuk terus menjual minumannya ke warung-warung seperti biasanya.
"Wah, mbak ... Banyak sekali bahan-bahannya ... "
Resti hanya tersenyum dan menjawab. "Iya, aku mau mencoba membuat rasa baru dan mencampurkan beberapa kacang. Jadi, karena kalian sudah datang, sebelum memulai silahkan cobain dulu yang ini.
Saat itu keduanya sedikit terkejut dengan banyaknya jenis minuman yang ada di atas meja makan.
"Res, ini semua ada berapa jenis?"
Aya yang merupakan seorang janda, akhirnya angkat suara. Dia begitu senang saat Resti mengajaknya untuk membantu. Karena untuk mencukupi kebutuhannya, dia yang hanya hidup sebatang kara semenjak perceraiannya, sedikit kesusahan untuk memenuhi kebutuhannya.
"Ada dua belas mbak, kalau di gabung dengan yang sudah aku jual ... "
Mila yang tertarik dengan salah satu minuman karena warnanya sedikit mencolok, langsung mengambil dan mencobanya.
Sambil memperhatikan Mila yang meneguk minuman itu, Resti bertanya dengan sedikit nada ragu.
"Gimana Mil? ... "
Setelah menyesap habis minuman di gelas kecil itu, Mila terdiam. Tak lama, dia mengambil gelas yang berisi sama dan memberikan nya pada Aya yang juga terlihat penasaran.
Tidak menjawab pertanyaan Resti, Mila malah menawarkan Minuman itu pada janda itu. "Mbak Aya, cobain deh ... "
Resti sempat ragu dengan minuman yang dibuatnya itu. Karena setelah banyak membuat dan mencoba, dia sendiri sampai tidak bisa membedakan mana minuman yang enak dan mana yang tidak.
Saat Aya menghabiskan semua yang ada di gelas itu, dia pun langsung bertanya.
"Mbak Aya, apa rasanya tidak enak?"
Sebelum menjawab, Aya melirik pada Mila yang juga sedang melihatnya. Keduanya tersenyum sebelum akhirnya serentak berseru.
"Ini enak banget Res ... Sumpah, deh!"
"Iya Mbak, enak banget ... Ini dari kacang apa?"
Resti langsung merasa lega. Karena setiap bahan yang dia buat, itu menggunakan uang sebuah perusahaan, dia takut akan banyak menyia-nyiakan nya.
"Oh, sukur lah ... Cobain yang lain juga ya!"
Sejak saat itu, Mulai lah mereka membantu Resti sebagai pembuat sekaligus penilai rasa dari setiap minuman yang dibuat Resti.
Memang tidak semuanya enak, bahkan ada yang membuat Mila dan Aya merasa mual hanya dengan menciumnya saja.
Tapi, Resti tidak berputus asa dan terus meningkatkan rasa dan mencoba banyak hal untuk itu.
Waktu terus berlalu, untuk mengantarkan minuman-minuman itu, sekarang Resti tidak bisa mengandalkan Dimas yang biasa mengantarnya jika suaminya itu di rumah.
Beruntung saat ini, sudah banyak ojek online yang bisa meringankan sedikit pekerjaannya.
Sudah sepuluh hari berlalu, setiap harinya Alfa semakin sering memanggil-manggil Dimas, ayahnya.
"Pa-pa-pa ... Ma ... Pa-pa-paaaaa ... "
Biasanya, Alfa tidak serewel ini. Namun, dua hari terakhir. Anak laki-laki itu kadang menangis sendiri.
"Kamu mau ketemu papa? Kamu rindu sama papa?"
Resti memang sempat melupakan masalah yang dia sedang hadapi dengan Dimas. Hanya saja, saat dia mengingatkannya. Hatinya masih terasa sakit.
Namun, dia tidak mungkin terus membiarkan semuanya seperti ini. Sekarang, di depan layar ponselnya, dia menatap sebuah nama, dan tak sadar menggumamkanya.
"Imamku ... "
Sempat ragu, Resti menoleh pada anaknya yang terlihat begitu kesepian dan mungkin memang merindukan ayahnya tersebut.
Resti menarik nafas, sebelumnya akhirnya berkata. "Baiklah, kita hubungi papa ya nak ... "
Resti sengaja melakukan Video Call, agar saat panggilan itu tersambung, Alfa bisa langsung melihat Dimas.
Namun, setelah beberapa lama menunggu, panggilan itu tidak kunjung di jawab. Resti sempat mencoba tiga kali lagi, dan menunggu sedikit lebih lama dan mengulangnya beberapa kali lagi, namun Dimas tetap tidak menjawabnya.
Aya dan Mila, yang ada di sana, sempat melirik pada Resti. Sebenarnya, keduanya juga sudah mulai penasaran karena sejak mereka menghabiskan banyak waktu di sini, keduanya sama sekali tidak melihat sosok Dimas.
Namun, tidak ada satupun dari keduanya yang berani bertanya. Takut, akan membuat Resti marah, atau bimbang. Karena jelas sudah sepuluh hari lebih, suaminya itu tidak kunjung pulang.
"Hei Dim, kenapa kamu tidak mengangkatnya ... Resti pasti mencemaskan mu. Kasihan dia, pulanglah ... "
Dimas yang saat itu duduk di sebuah warung kopi, membiarkan ponselnya bergetar di atas meja.
Karena panggilan itu berulang-ulang, tiga teman yang duduk bersamanya itu, sudah bisa menebak siapa yang memanggilnya.
"Ah, biarkan saja ... Wanita ini sudah lancang. Berani sekali dia membongkar barang-barang, pribadiku."
Nada bicara Dimas yang begitu ketus, membuat satu teman lainnya bertanya.
"Dim, aku lihat Resti sangat baik dan pintar mencari uang ... Berbeda dengan istriku di rumah yang banyak maunya ... Sebenarnya, apa masalah yang membuatmu begitu marah padanya? Tidak mungkin hanya karena itu, bukan?"
Mendengar itu, Dimas sempat tertegun sebentar. Namun, beberapa saat kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Dia membongkar barang-barang pribadiku, untuk menemukan semua uang Tunjangan yang aku dapat. Dia menginginkan agar aku memberikan semua padanya. Bahkan, dia tidak terima saat aku memberikan ibuku sedikit modal dan membelikan Dita adikku motor, untuk berkuliah ... "
Mendengar hal itu, Wajah ketiganya berubah. Jelas, bagi mereka seorang istri tidak boleh melakukan hal tersebut.
"Dimas, jika apa yang kau katakan benar, maka istrimu itu benar-benar lancang ... apa dia tidak merasa cukup dengan nafkah yang kau berikan? Haish ... Wanita sekarang, memang mengerikan."
Dua yang lainnya menganggukkan kepala mereka menyetujui kata temanya itu, dan menimpalinya.
"Ngomong-ngomong, dari seratus juta yang kau dapat, berapa yang sudah kau berikan padanya, hingga dia masih merasa kurang? ... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ꇙꋬ꓄ꌦꋬ ꀘꏂꋊꉔꋬꋊꋬ
kewajiban suami untuk menafkahi istri lahir bathin
2022-08-20
0
ꇙꋬ꓄ꌦꋬ ꀘꏂꋊꉔꋬꋊꋬ
sebenarnya namanya resti atau ranti ya thor?
2022-08-20
1
Pemenang YAWW 9 😴🤕
jangan buat aku naik darah yah Thor ... laki kurang manfaat... ceraikan aku mas... ceraikan... 😰🙄😡
2022-08-17
0