Andai lo tahu gua nggak seperti yang lo liat, dan gua nggak seperti yang mereka katakan..
-Hera yang mirip Yoona-
S E L A M A T M E M B A C A
Hera hanya mengamati percakapan kakaknya dengan wali kelas Hera yang baru. Tidak ada percakapan yang bearti, hanya percakapan antara alumni dengan guru. Hera asyik bersenandung dalam hatinya sampai sebuah tepukan ringan di bahunya menghentikan kegiatannya, Kak Rendy memberi tanda bahwa acara percakapannya telah selesai.
"Baik Nona Hera Herlina Devani, kamu masuk ke kelas X IPA 2," ujar Pak guru dengan sertai senyuman, Hera membalas senyumannya .... dalam peraturan hidup gadis itu ada pasal yang berbunyi: Berikan kesan baik saat pertama bertemu seseorang.
Setelah keluar dari ruang kepala sekolah Rendy kembali memakai topi dan hoodie-nya untuk menyamar. Bagaimana pun tidak boleh ada kehebohan karena ada idol yang datang ke sekolah, kan?
"Aku masuk kelas dulu ya!"
"Ingat! Sebulan. Bertahanlah sebulan!" ujar Rendy lalu berjalan meninggalkan Hera yang juga mulai berjalan ke kelas barunya.
Hera mengamati seluruh papan nama kelas di setiap kelas yang dilewatinya. Sesampainya di kelas barunya Hera langsung masuk saja, dia tahu dia datang kecepetan jadi belum ada guru yang datang. Dengan segera diletakkannya begitu saja tasnya di kursi yang terletak paling belakang. Menurutnya tempat duduk yang paling bagus itu ada di sudut paling ujung dan dekat dengan jendela, pas banget untuk tidur cantik.
Tidak beberapa lama keadaan kelas mulai ribut, Hera melihat beberapa cewek dengan dandanan yang terkesan berlebihan dan lebih mirip cabe-cabean dibanding siswa. Tidak beberapa lama kemudian masuklah seoraang cowok dengan seorang cewek yang sepertinya adalah kekasihnya. Mata Hera langsung terbelalak begitu melihat cowok yang berjalan masuk ke dalam kelas itu. Cowok itu sangat tidak asing bagi Hera, ingatanya terus terputar pada kejadian satu tahun lalu. Ingatan tentang bagaimana cowok berengsek itu meninggalkannya demi teman dekatnya sendiri.
Cowo itu sekarang terlihat sangat bahagia dengan pacarnya, tawa tidak pernah luntur dari wajah mereka. Seketika dada Hera terasa sesak, jantungnya memompa lebih kenjang dari biasanya. Hera berlari keluar dari ruangan kelas, dia terus berlari menuju belakang sekolah dimana tidak banyak siswa yang pergi ke sana ketika pagi hari.
Dengan tenaga yang tersisa Hera duduk di sebuah bangku taman. Napasnya masih sulit diatur, perlahan-lahan pandangannya mulai kabur, Hera mulai panik dan merogoh saku roknya ... dan akhirnya dia menemukan sebuah kotak obat. Dengan tergesa dia membuka kotak obat itu dan langsung memakan obatnya dia bahkan tidak peduli dengan rasa pahit yang memenuhi mulutnya.
Hera terus mensugesti dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun percuma saja! Pandangan matanya terus kabur sampai menjadi benar-benar gelap! Dia tidak bisa melihat cahaya secuil pun. Perlahan-lahan Hera mulai bisa mengendalikan emosinya, napasnya mulai stabil ... sedikit demi sedikit cahaya mulai bisa terlihat
sepertinya efek obatnya mulai terlihat! pikir Hera.
Perlahan-lahan penglihatannya mulai kembali. Hera dapat melihat ada seseorang sedang berdiri di depannya, tubuhnya terlihat sangat tinggi dengan bahu yang lebar .... Cowok itu juga terlihat tidak memakai sergam. Hera mengingat bahwa tadi Kak Rendy memakai hoodie yang sama dengan yang dipakai cowok ini, jadi ini pasti Kak Rendy! Lagian mana ada siswa yang nggak pakai seragam di sekolah.
Hera tersenyum kepada cowok itu yang dikiranya kak Rendy,
"Hehe, Kak? Sorry, Kak. Aku lagi nggak bisa lihat ..., tadi udah minum obat kok, palingan bentar lagi udah sembuh," ujar Hera.
Namun, sekarang kebingungan mulai melanda pikiran Hera. Kalo ini kakaknya pasti Kak Rendy bakal menanyakan ini-itu tapi kok cowok ini diam aja? Jangan-jangan ini bukan kakaknya?
"Lo Kak Rendy kan?" tanya Hera memastikan, dan cowok itu hanya mengangguk. Setelah memastikan bahwa itu adalah Kak Rendy, Hera langsung menarik tangan cowok itu hingga duduk di sampingnya. Hera merebahkan kepalanya di bahu cowok yang dipikirnya adalah kakaknya itu.
"Aku gak pernah nyangka penyakitku bakal kambuh .... Kakak di sini aja aku masih belum bisa liat dengan jelas," ujar Hera. Setetes air mata jatuh membasahi pipi putih Hera, dia memeluk Rendy erat ... setidaknya dia bisa sedikit tenang kalo ada orang di dekatnya.
***
Cahaya matahari mulai mengusik mimpi gadis itu. Perlahan dia membuka kelopak matanya, lalu mengerjap pelan beberapa kali, mencoba membiasakan matanya dengan cahaya sang bagaskara. Hera baru menyadari bahwa barusan dia tertidur di bangku taman, dan orang yang bersamanya tadi hilang bagai ditelan bumi.
"Kak Rendy sialan! Dia tidak membangunin gue, dan dia juga meninggalin gue! Huh!" Hera bagun dari kursi itu dan terus mengutuk apa pun yang ada di depannya. Lebih dari satu jam gadis itu tertidur dan sekarang pasti sudah masuk jam pelajaran kedua.
Hera berjalan menuju kelasnya, dia menarik napas dalam-dalam berusaha supaya tidak terbawa emosi ketika bertemu mantan pacar di dalam. Tampa mengatakan apapun Hera langsung masuk begitu saja kedalam kelas, dia masuk melalui pintu kedua yang berada di belakang kelas.. menurutnya pintu ini yang paling dekat dengan tempat duduknya.
Hera langsung merebahkan kepalanya di atas meja bersiap untuk melanjutkan tidurnya di dalam kelas.
"Kamu! Yang duduk paling belakang, cepat ke depan!"
Suara Pak guru yang bagaikan guntur disiang hari itu sontak membangunkan Hera. Dengan sangat-sangat terpaksa dia harus mengikuti apa yang diperintahkan oleh Pak guru.
Hera berdiri di depan kelas, semua mata menjadikannya pusat perhatian. Dan saat-saat seperti ini adalah saat yang paling dibenci gadis berusia 17 tahun itu.
"Kamu siswa baru?"
Hera hanya mengangguk.
"Perkenalkan dirimu!"
Seketika kelas jadi heboh. Hal ini sudah sering terjadi, maklum Hera itu terlihat sangat cantik secara visual ... itu bisa terlihat dari kulit putihnya, hidung mancung dan jangan lupakan rambut panjang berwarna hitam dengan gradasi warna biru langit yang membuatnya makin terlihat menawan di mata para kaum Adam.
"Perkenalkan nama gue Hera Herlina Devana ...," ujar Hera sambil memberikan senyum manis dan polosnya. Sontak seluruh siswa laki-laki makin jadi heboh.
"Udah punya pacar belom?"
"Tipe lo yang kayak gimana?"
Mereka semua heboh dengan melontarkan pertanyaan yang tidak penting seperti itu. Hera memberikan tatapan tajam kepada mereka semua, lalu langsung melontarkan satu pernyataan yang lebih mirip seperti ancaman.
"Kalau lo pada masih sayang nyawa, lebih baik jangan macam-macam sama gue!"
Wajah mereka langsung berubah pucat. Maklum, ini adalah hal yang sering terjadi--seperti sebuah siklus. Pertama, semua orang akan menyukai Hera karena tampangnya bak seorang malaikat .... Namun, setelah mengetahui sikap bad girl-nya mereka akan dengan kompaknya menjadi takut bagaikan tikus ketika berhadapan dengan kucing.
"Silakan duduk!" ujar pak guru yang sepertinya ikut terguncang dengan sikap Hera. Bagaimana tidak, ini kali pertama beliau melihat siswa yang model begini.
Tidak berselang lama waktu istirahat pun tiba, ini adalah salah satu dari dua waktu yang paling disukai siswa setelah waktu untuk pulang. Hera langsung memeriksa kantongnya untuk mengecek uang, ya dia akan jajan makanan di kantin. Otak Hera mulai membayangkan rasa enak makan dikantin.
"Hey kau Hera kan?" tanya sebuah suara yang tentunya sangat tidak bagi Hera. Siapa lagi kalo bukan sang mantan yang paling brengsek sedunia..
"Kalo lo udah tau kenapa nanya?!" cetus Hera.
"Santai ... gue cuma mau memastikan, karena gua juga kenal sama orang yang namanya persis sama kayak nama lo ...," jelas Reza--mantan Hera--tentu saja Hera tahu siapa yang sedang dibicarakan oleh Reza. Ya! Itu tidak lain adalah dirinya sendiri.
"Oh ya? Perasaan nama gue itu gak pasaran!"
"Tapi cewek yang gue bicarain itu gak mungkin elo. Lo kan cantik terus tipe-tipe bad girl gitu. Kalau cewek yang gue bilang itu orangnya cupu banget trus jelek lagi.. Untung pin--"
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Reza, dia tampak sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Hera kepadanya. Dia tidak menyangka akan ditampar sama cewek yang baru dikenalnya. Tapi apa boleh buat kemarahan Hera tidak bisa ditahan lagi, emosinya sudah meluap! Bahkan salah satu indra nya sudah kehilangan kemampuannya. Sekarang giliran indra penciumannya yang eror, tapi Hera masih mencoba santai untuk tidak menunjukkan kelemahannya.
"Lo kenapa sih?!" bentak Reza yang tidak terima dia ditampar begitu saja.
"Lo lupa sama peringatan gue pas kenalin diri gue? Apa perlu gue ulang?! Jangan deketin gue kalau lo masih sayang nyawa!" tegas Hera. Dia sengaja menekankan setiap kata yang diucapnya.
Reza langsung ternganga tidak percaya ada cewek yang kayak begini.
Hera langsung meninggalkan Reza yang sedang dikerumuni sama sekumpulan cabe-cabean yang super caper.
"Oh ya. Tika apa kabar?" tanya Hera sebelum meninggalkan kelas yang tentunya berniat menyindir Reza dengan menyebutkan nama teman Hera yang berkhianat dengan berselingkuh dengan Reza.
-TBC-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Whaat Hera baru kelas X? ku pikir kelas X1.. Tapi cerdas nih anak bisa masuk kelas IPA ..
2023-09-27
0
Suzieqaisara Nazarudin
Aku pada mu Hera...💖💖💖💖🌹🌹🌹🌹
2022-07-16
0
indah asyifa
depresikah gegara dikhianatin
2022-01-06
0