Kate terbelalak, namun, dia sendiri tidak begitu terlalu terkejut. “Jadi— aku pernah bilang suka ama Om Richard?”
“Om?” Debora menoleh menatap sanksi pada temannya.
“I-ya, tampilannya kan setelah gue liat-liat, macam om-om!” elak Kate lupa, bahwa dirinya juga sudah beranjak dewasa.
Debora kembali menatap jalanan ibu kota, dia terlihat meremehkan tingkah Kate. ‘Kate, kamu memang tidak bisa di tebah! Kenapa pula kamu yang biasa ini bisa terjebak perjodohan dengan Tuan Richard!’
Debora semakin mengeratkan pegangan kemudinya, dia teramat iri pada temannya. Selama ini, Debora sudah bersusah payah mencari perhatian atasannya. Sial, Kate lah yang dipilih nyonya Min menjadi calon istri Richard hanya karena sebuah keberuntungan.
Tanpa Kate ketahui, Debora menatapnya sinis. Gadis itu bermuka dua dan berpura-pura baik pada Kate selama ini.
“Thanks, ya Deb… Gue tanpa lo bagai sayur sop tanpa micin!” kelakar Kate saat kendaraan milik temannya sudah berada di pelataran lobi kantornya.
Debora hanya melayangkan senyum tipisnya, tak lama kendaraan menjauh dari pandangan Kate.
Jauh sebelumnya, Kate sudah meminta sistem memberitahukan pasal pekerjaan dan siapa saja yang jadi rekan dan atasannya. Beruntungnya Kate, respon alami tubuhnya ternyata bisa mengimbanginya saat ini.
“Kate!” seru seseorang menghentikan langkah kaki Kate.
“San!” senyum lebar mengembang dari wajah Kate dan melambaikan tangan membalas rekannya.
“Dih, senyam-senyum sendiri… Gimana? Nomor togel kita keluar semalam?” seloroh Sandara rekan satu divisinya.
“Hah?” Kate menganga dengan guyonan rekannya.
“Hahaha! Kuy…”
Keduanya kembali melangkahkan kaki mereka menuju ruangan. Kate mengedarkan pandangan, dia berhutang pada sistem dengan membeli sumber daya untuk mengenali sekitar dengan cepat. ‘Ck, begini aja gua utan seribu poin sama sistem, bakayaro memang!’
Anda jangan keseringan merutuki sistem, jika anda masih ingin mendapatkan kemudahan dalam hidup ini.
‘Ck…’
Mulai saat ini, Kate bisa berkomunikasi bebas dengan sistemnya tanpa perlu keluar masuk dimensi.
‘Ingat janjimu, aku tidak tahu menahu tentang pekerjaanku!’ protes Kate kembali terlihat tengah berdialog dengan seseorang.
Anda tenang saja, Tuan. Tubuh anda akan merespon dengan alami seperti biasa. Asalkan, anda tidak terlalu banyak melakukan improvisasi!
Kate menghela nafas pasrah, dia membuka laptopnya dan mulai menganalisa dengan mata pintarnya. ‘Ternyata gue cuma jadi Staf? Tapi— staf disini bayarannya lumayan ya…’
Anda lupa, semua butuh proses…
Kate menaikan sudut bibirnya mengejek sistemnya. Saat tengah merutuk, sudut matanya seolah menangkap sesuatu yang menarik atensinya. ‘Sepertinya, wajah itu tidak asing?’
Kate mendorong kursi mendekati Sandara. “Ssst, itu siapa?”
“Hah?” Sandara mengedarkan pandangan ke arah yang ditunjukkan mata Kate.
“Owh… Itu anak IT baru, tapi— mata you jeli juga ya…” Sandara terkekeh dengan respon temannya yang tiba-tiba tertarik dengan rekan kantor lawan jenisnya.
“B-bukan gitu— gue kek gak asing sama mukanya!”
“Dia memang jadi primadona anak baru akhir-akhir ini. Banyak yang menyukai parasnya, kalau tidak salah namanya Ree…”
“Ree?” Kate terlihat berpikir keras dengan nama barusan.
“Oh, iya— baru inget, kalau gak salah dia emang satu almamater sama kampus lo!
“Serius? Pantas aku begitu familiar…” gumam Kate menekan dagunya. “Jadi— lu juga suka ama cowok itu ya ampe bisa tahu namanya?” Kate menggoda rekannya dengan menyenggol tangan Sandara.
“Hah? Gua?” Sandra menunjuk dirinya dengan mengerutkan kening. “Sorry, I like a bad boooy, he looks like a good boooy!”
Kate membuka mulutnya seketika membuat Sandara terbahak seketika. Keduanya kembali disibukkan dengan pekerjaan mereka saat bos mendekati ruangannya.
***
Waktu bergulir cepat, sudah waktunya makan siang. Kate menerima sebuah panggilan dari nomor yang sudah disimpan sebelumnya. “Nyonya Min…”
“Halooo…” Dengan lirih Kate menjawab panggilan.
“Kate, Sayaaang! Kamu kok gak hubungi Mami dari kemarin?” Nyonya Min terlihat bersemangat langsung menyeru saat suara Kate sudah terdengar. “Kamu marah ya sama Mami?”
Kate terdiam sejenak, ada rasa yang sukar dijelaskan oleh kata. Sifat nyonya Min begitu berbanding terbalik dengan sikap putranya. Dia menarik sudut bibirnya merasa bahwa sepahit apa hidup kita, Tuhan akan selalu mengelilingimu dengan orang-orang yang peduli padamu.
“Maaf, Mam… Kemarin Kate sudah membuat keributan dan dengan tidak tahu malu membuat—”
“Sudah-sudah, jangan dipikirkan hari kemarin…” Nyonya Min menyela ucapan calon menantunya yang sendu itu. “Malam ini kamu kesini kan?”
“I-iya, Mam… Sepulang bekerja, Kate mampir…”
“Mami sungguh senang, nanti biar Richard yang menjemputmu!”
“Tidak perlu, Mam… Aku bisa memakai taksi saja…”
Nyonya Min terdiam tidak menyela seperti sebelumnya, entah apa yang jadi pikirannya saat ini. “Baiklah, Mami gak akan maksa kamu… Kamu mau kesini aja Mami udah senang…”
Kate semakin melebarkan senyumnya, dibanding dengan menjadi seorang mertua, Kate merasa memiliki ibu sambung dari hubungannya dengan nyonya Min.
“Huh—” Kate menghela nafas berat, dia menutup sambungan.
“Kenapa lu ampe hela nafas berat gitu?” Tiba-tiba Sandara mengejutkan rekannya.
“Ah, ini—”
“Perjodohan itu ya?”
“Eh?”
Kate menoleh pada Sandara dengan wajah seriusnya. ‘Apa aku selama ini selalu cerita pada siapapun? Setahuku— aku hanya bisa dekat dengan Debora…’
“Kamu tahu soal itu?” tanya Kate gugup.
“Ya— kemarin kamu cerita dikit. Lu dipaksa nikah gara-gara lu nolong orang…”
Kate membuka mulutnya lebar semakin membuat Sandara penasaran. Rekannya itu juga mendadak berpikir Kate berbeda dari biasanya. Terlebih cara berdandan juga pemilihan pakaian yang tidak seperti biasanya. Kate kembali berubah seperti yang dikenalnya sejauh ini.
“Btw, gue penasaran… Emang siapa sih yang dijodohin ama lu? Kalau kaya ama ganteng bukannya untung ya?”
“Abaikan saja, bukan siapa-siapa dan gak penting juga!”
Kate kembali duduk di tempatnya, Sandara mengekor dan duduk di tempatnya. “Biasanya, orang kaya yang masih mengatup paham perjodohan, jika orang biasa—”
“Kamu aja yang maennya kurang jauh!” elak Kate tidak ingin orang lain tahu tentang Richard.
“Owh…” Sandara mengangguk mengiyakan.
Waktu bekerja telah usai, Kate dan Sandara bersiap keluar ruangan. Tiba-tiba, tanpa disengaja seseorang bertabrakan dengan Kate di pintu keluar.
“S-sorry…” ucap Kate merasa bersalah.
“It's ok–e, Kate!”
Kate merona dengan wajah kebingungannya, berbanding terbalik dengan pria yang tertabrak olehnya.
“Eh, cieee— tubrukan langsung terpanah asmara!” kelakar Sandara mengolok Kate di belakangnya.
“Ih, apa sih!” sungut Kate menepis dengan menyembunyikan raut wajah meronanya.
“Kate, kamu Katerinna kan?” tanya si pria kembali memastikan.
“I-iya…” Kate menjawab gugup, dia merasa akan ada yang keluar dari hidungnya. ‘Aaark, jangan mimisan please!’
“Ini aku Kate, kamu lupa ya? Sedih aku…” Si pria terus berceloteh riang di depan Kate yang kebingungan.
“Sheung Ree?”
“Ya!”
Si pria begitu senang saat Kate mengenalinya, dia tersenyum sangat manis dan tampan membuat jantung Kate berdetak tidak karuan. ‘Eh, tunggu—’
“Kamu beneran Sheung Ree?” tanya Kate memastikan dengan membalikkan tubuh Ree seenak jidatnya. Ree sapaan akrab pria tampan itu terkekeh dengan tingkah Kate yang tidak pernah berubah selama dia mengenal gadis itu.
“Iya lah… Kenapa emangnya?”
“Sheung Ree yang gue kenal culun abis!” celetuk Kate polos.
Ree mendadak mengerucutkan bibirnya kesal, Kate terbahak melihat ekspresi satu-satunya teman semasa sekolahnya selain Debora.
“Kamu juga, aku gak nyangka kamu bisa tambah secantik ini,” ucap Ree lirih menatap penuh rasa pada gadis di depannya.
“Cie, bumi milik kalian berdua… Gue beli tiket ke Mars nih?” Sandara menguarkan rasa haru kedua muda-mudi di depannya.
Kate dan Ree menundukan pandangan dengan sisa tawa mereka. Kate sendiri masih menetralisir debaran jantungnya saat Ree dengan santai mengatakan dirinya cantik.
“Dah lah, gue balik duluan ya Kate?” Sandara melambaikan tangan pada rekannya menuju kendaraan miliknya.
“Ya!” Kate membalas melambaikan tangan dengan riang.
“Kamu tinggal dimana? Aku antar ya…” Ree membuyarkan tatapan Kate pada rekannya.
“Eh? Ehm… Aku tinggal di mansion x, tapi— gak usah lah, nanti aku ngerepotin…” Kate tersenyum manis menolak halus tawaran Ree.
Ree terdiam menatap lekat gadis di depannya. ‘Kamu tetap sama, selalu menolak keberadaanku… Aku rindu, Kate…’
“Ya elah, mana ada ngerepotin… Kebetulan rumahmu searah dengan rumahku…”
“Lain kali saja… Hari ini aku juga ada urusan lain, jadi—”
Kate merasa aneh dengan tatapan Ree terhadapnya, namun, dia sendiri tersipu malu saat ada seseorang yang menatapnya lekat seperti saat Ree menatapnya. ‘Ya, Tuhaaan… Jangan bilang rasa ini adalah jatuh cinta…’
“Owh, kalau begitu… Boleh minta ID Chat kamu?” Ree mengeluarkan ponselnya dan sudah siap sedia bertukar nomor ponsel dengan wanita yang selalu berada di hatinya selama ini.
Kate mengangguk riang menyetujuinya, dia merogoh ponsel di tasnya dan mereka resmi bertukar id chat. Keduanya kembali melemparkan tawa yang jelas terlihat rona kebahagian di keduanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Septi Verawati
lanjut 💪💪💪👍👍
2022-10-18
1