Savage Love
“Katerinnaaa!”
Suara pekikan pilu dari seorang wanita paruh baya menggema di sebuah ruang unit gawat darurat salah satu rumah sakit. “Kenapa jadi begini, Sayaaang!” Wanita itu merupakan ibu dari seorang gadis muda yang terbaring kaku di ranjang pemeriksaan. “Bangun Sayaaang! Bangun, Naaak. Huhu…”
Tangisnya kian pecah dengan memeluk erat tubuh kaku putrinya. Gadis yang terbujur kaku itu adalah seorang pelajar di salah satu sekolah menengah atas di kota. Dia dinyatakan meninggal di sekolahnya hanya dikarenakan tersedak satu biji salak.
Meanwhile di dimensi lain—
“Wait a minute!”
Tidak ubahnya wanita paruh baya yang menjerit keras di dalam layar hologram, gadis remaja yang merupakan gadis yang baru saja dinyatakan meninggal itu, dia sendiri memekik kesal dan seperti tengah berbincang dengan seseorang.
“Bagaimana aku bisa melihat diriku sendiri mati tragis seperti itu, hah?!”
Saya hanya menjalankan tugas saya sebagaimana prosedur yang sudah diprogram.
Gadis itu menganga lebar saat suara berat terdengar. “Dengar, aku tidak peduli! Hal yang aku inginkan adalah— cepat kembalikan jiwaku sebelum mereka mengubur ragaku, bgsd!”
Gadis itu mengumpat sarkas pada sistem yang menarik jiwanya ke sebuah dimensi antah berantah yang tidak bisa dipercaya nalar.
Maaf, Tuan… Saat ini sistem sedang mengalami kerusakan. Saya sudah katakan sebelumnya, anda adalah korban sistem kehidupan, oleh karenanya—
“Ba-kaaa!” Gadis itu kembali memekik nyaring tidak terima.
[ Baka adalah bo-doh dalam bahasa jepang. ]
Tapi— anda tenang saja, kami bertanggung jawab untuk mengembalikan anda.
Gadis itu berbinar luar biasa dengan ucapan tambahan sistem. “Benarkah? Cepatlah jika begitu!!”
Gadis pelajar itu bernama lengkap Katerinna Aliester, dia berasal dari keluarga biasa saja. Hal yang membuatnya luar biasa adalah karena dia memiliki kepintaran diatas rata-rata. Hal itu lah yang membuat dia bisa bersekolah di salah satu sekolah favorit di kotanya. Naas memang tidak terlihat di kalender, hari ini saat jam istirahat, Kate sapaan akrab gadis manis itu tidak sengaja tersedak biji salak, tenggorokannya tertutup rapat membuat dia tidak menerima pasokan oksigennya. Pada akhirnya, dia mati mendadak di tempat membuat geger satu sekolah.
***
“So, gimana Kate?”
Kate mengerjapkan matanya berulang kali, dia tersadar dan segera mengedarkan pandangan.
“Katerinna?!”
“Hah?”
Kate terlonjak saat teriakan seorang wanita paruh baya membuyarkan lamunannya. Gadis itu kembali dihadapkan dengan keadaan yang semakin kesini semakin kesana. Kate tidak menjawab seruan wanita paruh baya di depannya. Dia justru kembali mengedarkan pandangan. Dia berada di sebuah ruang kerja dengan gaya klasik dan banyaknya rak buku serta isinya. Tidak hanya itu, ruangan yang terasa seperti perpustakaan itu diisi oleh barang-barang autentik yang diperkirakan memiliki nilai jual yang bukan main harganya.
“Kamu sakit, Sayang?” tanya si wanita kembali dibuat kebingungan dengan tingkah gadis dihadapannya.
“Eh?” Kate kembali menoleh dengan wajah yang tak kalah berkerut menunjukkan keduanya sama-sama kebingungan sekarang.
Kate menelan ludahnya sendiri, dia yang pintar tentu harus bisa keluar dari situasi sulit ini. ‘Sistem sialan! Dia bilang akan mengantarkanku kembali ke dunia ku! Ini apa, Miskah!!’
Kate merutuki sistem dalam benaknya, dia sungguh teramat sial kali ini. Sudah dinyatakan mati mendadak, sekarang dia berada di tempat orang yang tidak dikenalinya.
“Ehm– anu— begini, Tante… Aku— aku—” gagap Kate mengatupkan bibir dengan pikiran yang sudah menunjukan diri mencari alibi agar dia bisa melarikan diri. “Aku kebelet!” Dengan menunjukan jari telunjuk dan wajah berbinarnya Kate kembali menyempurnakan kalimat. Tak lama, dia bangkit menyingkir dari tempat itu segera.
Wanita paruh baya barusan tercengang, wajahnya sampai terlihat tengah melakukan freeze sesaat.
“Eh, maaf tan-te… Toiletnya, dimana ya? Hehe…” Kate kembali berbalik badan dengan wajah cengengesan bertanya pada wanita yang masih menatapnya takjub.
“Tan-te?” keluh wanita itu mengernyit menunjukkan kekesalan. “Kamu kan harusnya tahu, toilet ada di kiri ruangan lurus mentok di ujung bangunan?”
“Ah, iya!” Dengan cepat Kate kembali menunjukan antusiasnya kemudian kabur dalam sekejap mata.
Otak encer Kate tidak tercipta begitu saja, dia memang gemar membaca apapun yang ditemuinya. Dari mulai buku ensiklopedia, novel, jurnal, bahkan bungkus koran yang digunakan penjual nasi uduk semua dia baca. Banyak informasi yang sudah hafal diluar kepala. Saat ini, dia pasti seperti kebanyakan tokoh yang diciptakan di sebuah novel fiktif, dia tidak bodoh, dia mengasumsikan dia sedang melakukan perjalanan waktu. Namun, dia tidak tahu dia jatuh di dimensi mana lagi selain sebelumnya jatuh di dimensi dimana sistem mengatakan permintaan maaf karena sudah membuatnya mati mendadak karena biji salak.
Di dalam ruang kerja kasti, wanita paruh baya itu lantas memijat keningnya. Rasanya semakin hari kehidupannya kian berwarna dengan tingkah putranya dan juga gadis barusan. Gadis itu adalah calon istri putranya lewat sebuah perjodohan.
“Ada apa sebenarnya? Dia pasti bertengkar lagi dengan Richard!”
“Haiiish, dua-duanya benar-benar tidak bisa dibiarkan begitu saja!”
Wanita itu lantas meraih ponsel dan menghubungi seseorang. “Halooo, kamu kesini sekarang juga!”
Di luar, Kate terus berlari sekencangnya. Dia sendiri sebenarnya tidak tahu harus kemana, namun, dia putuskan mengambil arah ke toilet seperti yang jadi alasannya pada wanita dalam ruangan. “Sial!”
Kate terus berlari dengan dada kembang kempis dan mulutnya terengah sekarang. Dia sudah berada di dalam kamar mandi kastel yang ukurannya jauh lebih besar dari kamarnya, bahkan hampir tiga kalinya. “Wuaah, sugoooi!”
Kate memekik takjub dengan wajah berbinarnya, wajar saja, toh dia memang remaja tujuh belas tahun yang sedang ekspresif sekali. Kate masuk semakin dalam, dia menatap cermin besar di hadapannya. Cermin itu memantulkan dirinya. Kate terdiam tanpa suara, dia bahkan sudah siap jika harus kembali merasakan mati untuk kesekian kalinya.
“Huh!” Kate menghela nafas dalam. “Sungguh malang nasibmu, Katerinna…”
Hening sesaat, kemudian dia memekik tertahan menguarkan rasa frustasinya. “Aaarrkkk!”
Plak!
Kate dengan sadar menampar dirinya sendiri, “Aark, sakit!”
Kate menatap kedua tangan besarnya dengan tatapan nanar dan bahkan tengah bersiap mengalirkan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. “Huaaa…”
Dia akhirnya menangis dalam duka mendalam, dia bukan dirinya lagi. Entah dia masuk ke dalam raga siapa. Hal yang pasti, dia bukan gadis remaja lagi. Sekarang ini, Kate tengah dalam raga seorang wanita dewasa yang cukup manis di pandangannya.
“Sistem aho ba-kaa-yaro!”
[ aho bakayaro dalam bahasa jepang bisa diartikan seperti menunjukan umpatan bodoh pada seseorang atau diri sendiri. ]
Kate menyeka kasar air mata yang sebelumnya keluar, sungguh rugi dia menangis untuk hal yang tidak pasti seperti sekarang. Hal yang utama, bagaimana dia bisa keluar dari situasi sekarang dan bertemu kembali dengan sistem kehidupan sialan itu.
Kate menatap kembali pantulan dirinya di cermin besar. “Tapi— kenapa aku merasa tidak asing dengan wajah ini?”
Kate semakin mendekatkan dirinya dengan cermin, dia seolah tengah meraih wajahnya di cermin. “Kamu— kamu seperti diriku!”
Kate menelan ludah, dia memiliki hal yang tidak diketahui orang lain. Kate memiliki tanda lahir dibagian tubuhnya. Dengan cepat Kate memeriksanya, betapa terkejutnya dia saat tanda itu benar-benar disana. “Imposible,” lirihnya tidak percaya.
Kate mengucek kedua matanya, auranya kembali menguarkan kekesalan mendalam. “Sistem aho! Gue bilang hidupkan di kehidupanku yang sebenarnya!”
“Dia malah hidupin gue pas udah gede… Baka-yaro!”
Tak hentinya Kate terus merutuk tidak jelas, namun, yang pasti dia tengah kesal tentu saja. Dia berkacak pinggang menatap tajam pantulan dirinya di cermin. “Seenggaknya, gue hidup sih!”
Kate menghela nafas sejenak kemudian memantapkan diri keluar dari sana. Dia menatap kiri kanan dengan debar jantung yang semakin tidak beraturan. Dia seperti pencuri rasanya, apa mau dikata. Dia harus kabur dari sana dan mencari tahu sendiri setelah keluar dari sana.
“Apa yang sedang kamu lakukan, Kate?”
“Aaarkk!!” Kate memekik keras terkejut dengan pertanyaan seorang pria yang memiliki suara serak berat yang membuatnya merinding seketika.
Si pria menunjukan raut wajah mengejek saat melihat respon memalukan Kate saat ini. “Cih, kamu selalu membuat ulah, Katerinna!”
Kate terpaku sejenak, pria dihadapannya sungguh pria kualitas premium teratas. Tampan, wangi, tegap, dingin dan kejam. Sungguh bak tokoh pria manga yang keluar dari buku dan ada di hadapan Kate saat ini juga. ‘Hajiguuur…’
“Katerinna? Apa kamu menjadi bodoh sekarang?” tanya si pria kembali membuat hati Kate bergetar liar. “Cih, kamu tuh selain bisanya ngadu, kamu juga aneh!”
“Eh, nani?” Kate mengernyitkan keningnya, sepertinya percikan kebencian baru saja diucapkan pria tampan di depannya.
“Cukup, Kate! Aku sungguh lelah dengan wajah pura-pura polosmu itu!” Si pria terlihat geram dan berkacak pinggang penuh emosi. Dia mengusap wajahnya kasar, jelas saja Kate dibuat bingung oleh tingkah pria dewasa itu.
“M-maaf, Om… Aku tidak mengerti…” Kate menjawab cepat dengan gaya cengengesannya. “Ehm, aku permisi dulu, Om… Mariii!”
Dengan perlahan dan senyuman terpaksanya, Kate menunduk menyingkir dari sana. Sontak saja si pria terperanjat dengan tingkah Kate yang berubah. Sejauh ini, Richard selalu risih dengan tingkah Kate yang selalu berusaha menempel padanya.
“Hey!” Pria itu tersadar dan berbalik mencoba menghentikan langkah kaki Kate. “Kamu mau kemana, hah?!”
“See you, when I won't see you anymore!”
Kate mengambil langkah seribunya, dia kembali berlari dan tidak ingin menoleh baik ke belakang maupun sisi lainnya. Hal yang dia inginkan hanya kabur dan lari sejauh mungkin.
“Tunggu!” Kate menghentikan langkah kakinya dan berhenti tepat di ruang baca sebelumnya. “Gue ingat gue bawa tas!” Kate menghirup nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan kemudian membuka kembali pintu ruangan. “Permisi…”
Kate kembali masuk, dia terperanjat, ternyata wanita paruh baya itu masih berada disana tengah menyesap minumannya dengan anggunly.
Kate menelan ludahnya sendiri, dia kembali melangkahkan kaki dengan berani. “Tante, maaf tadi saya mules… Hehe,” ucap Kate basa-basi terus melangkah menuju kursinya.
“Kate?” Si wanita paruh baya itu menoleh sumringah. “Kamu ini bikin khawatir aja, kenapa—”
“Maaf Tante, mungkin lain kali saja kita berbincang lagi… Permisi!” Setelah mendapatkan tas miliknya, Kate dengan cepat beringsut mundur dan kembali mengambil ancang-ancang dengan langkah kaki seribunya.
Bruk!
“Aaargh!!”
Suara pekikan keras di balik pintu yang dibuka kasar oleh Kate membuat gadis itu semakin terasa ingin mati saja saat ini. Kate tak sengaja mendorong pintu dan mengenai pria yang ditemuinya di toilet kastel. Pria itu mengaduh kesakitan, sedangkan Kate menunduk meminta maaf cepat.
“M-maafkan saya, Om… Sumpah Demi Tuhan, saya tidak sengaja!” Kate terus mengulang permintaan maafnya dengan menunduk berkali-kali dalam tempo yang cepat, setelahnya gadis itu kembali melarikan diri.
“Katerinnaaa!” pekik keras si pria merasa ingin mencekik Kate saat ini juga.
“Aaarh!” Kate semakin meningkatkan kecepatan berlarinya. Untungnya dia peraih piala perunggu cabang olahraga lari jarak jauh.
Bersambung…
Halooo, ohayou...
Ini keputusan paling random tapi memang harus othor lakukan.
Mohon maaf, bagi yang baru datang membaca. Karya ini sedang dalam perbaikan, baik dari segi penulisan bahkan dari segi alur yang mungkin sedikit berantakan. Tapi, tenang... Semua masih tetap pada jalurnya. Hanya perbaikan untuk semakin enak di baca, terutapa banyaknya typo dan salah pengambilan kosakata.
Terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa untuk tinggalkan apresiasi dengan jejak like, comment, gift dan vote.
Pastinya sudah di SUBSCRIBE ya, mungkin saja Othor mau menggarap kelanjutan ceritanya...
Saranghaeyooo :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Septi Verawati
ini jejakku👣👣👣👣👣
2022-10-18
2