“Richard!”
Sang pria menghentikan niatnya untuk mengejar si gadis biang kerok barusan. “Mom!”
“Are you okay?” tanya si wanita yang ternyata adalah ibu si pria barusan.
“Lihat kelakuan calon menantu kebanggaan Mami!” rutuk pria itu sarkas mengusap kasar wajahnya yang masih terasa perih.
“Hm…” Wanita itu mendekat dan seperti tengah berpikir keras. “Sepertinya ada yang salah dengan dia. Kamu cepat kejar dia!”
“Mamiii!!”
Pria itu kembali memekik tidak suka, keberpihakan ibunya sungguh tidak berlandaskan. Pada kenyataannya, dia adalah putra kandungnya. Namun, wanita paruh baya itu justru condong selalu membela Katerinna yang hanya calon menantu.
“Jangan pulang sebelum kalian berdua berbaikan!”
“Aaah, shi-baaal!” Pria itu mengumpat kasar, tetap saja, ibunya tidak peduli dan kembali menekan titahnya. Setelahnya, dia meninggalkan putranya kembali ke kamarnya.
“Katerinna, awas kamu ya!”
Walaupun dia teramat kesal, namun, dia tidak bisa mengabaikan titah ibunya. Jika tidak, seluruh kekuasaan Karl.corp akan dijatuhkan pada orang lain.
Kate sendiri masih terus berlari, dia tidak tahu lorong mana yang akan membawanya keluar dari kastil luas ini. “Ahh, shiiibal! Orang kaya mana yang mau berurusan dengan gue!”
Hal yang membuat Kate takjub adalah sikap para pelayan juga penjaga di rumah besar itu. Mereka justru menundukkan diri saat dirinya melewati mereka. ‘Kayaknya, Ibu aku bukan berasal dari keturunan Bangsawan. Mana mungkin—’
Kate terus berlari dengan membawa banyak pertanyaan atas misteri kehidupannya saat ini.
‘Sistem ahooo!’ Kate kembali merutuki sistemnya, dia berharap tiba-tiba kembali tersedot dalam sebuah dimensi.
Mata Kate berbinar saat dia bisa melihat gerbang besar yang diperkirakan adalah pintu keluar. “Disana!”
Secepatnya Kate berlari, para penjaga otomatis membukakan pintu gerbang semakin membuat Kate senang bukan kepalang.
“Katerinaaa, jangan lari kamu!!”
Teriakan keras dari seorang pria yang tak sengaja dilukai Kate sebelumnya membuat gadis itu terbelalak ketakutan. Dia harus berlari cepat agar bisa keluar sepenuhnya dari kawasan kastil.
“Penjaga! Tutup pintunya, jangan biarkan Kate lari!!”
Kate semakin dilanda ketakutan besar, dengan sisa tenaga yang ia punya, dia mengambil ancang-ancang dan nafas panjang untuk berlari keluar dari kawasan. Pria itu menganga lebar atas kekuatan kaki Kate yang kini sudah lari terbirit keluar kawasan. “Aku tidak pernah tahu, dia bisa lari sekencang itu…”
Kate hanya tahu berlari dan terus berlari, sampai dia merasa nafasnya tersenggal dan tubuhnya terjatuh begitu saja. “Haaah… Haaah…”
Kate beruntung, saat batas tenaganya berhenti tepat di bangku taman yang dia sendiri tidak pernah membayangkannya. “Dimana ini?”
Kate duduk mengistirahatkan tubuhnya, nafasnya masih tersengal, tenggorokannya terasa kering butuh air untuk menyejukkannya. “Hauuus…”
Kate segera merogoh sling bag miliknya. Dia tersenyum senang, dia bisa melihat id card miliknya. Dia bahkan menemukan ponsel canggih keluaran terbaru. “Boljug juga nih gue… Pasti karena gue pintar jadi gue bisa dapet kerjaan bergengsi dan gaji yang tinggi!”
Kate menyanjung dirinya sendiri, dia senyum-senyum sendiri. Untung saja untuk membuka ponselnya dia menggunakan sidik jari. Tak terbayangkan jika harus menggunakan kode unik, bisa gila dia tidak bisa ingat nomornya.
Deg!
Matanya kembali terbelalak dengan tubuh yang kini kaku tidak bisa digerakkan. “No way!”
Kate bisa dengan jelas melihat wallpaper ponselnya, dimana gambar yang digunakan dirinya di masa ini adalah potret dia dan pria besar yang dipanggilnya om.
Kate terlihat sendu, dia tidak tahu apapun. Dia tidak ingin mengira, dia memilih untuk mencari tahu tempat tinggalnya.
Sungguh mustahil rasanya, selama Kate hidup tujuh belas tahun di kehidupan aslinya, gadis itu tidak pernah berpacaran sama sekali. Jika dia bisa mendapatkan pria sesempurna pria yang ditemuinya sebelumnya, sungguh tidak bisa dipercaya nalar rasanya. “Pantas saja, mereka tidak asing denganku… Ternyata…”
Kruuuuk!
Kate sudah bisa mendengar bunyi perutnya yang tengah mengajukan protes. Dia sangat lapar, Kate mengedarkan pandangan dan mencari penjual makanan. Dia barusan memeriksa dompetnya. Dia sudah mengantongi sejumlah informasi mengenai tempat tinggalnya. Dia juga beruntung ada sejumlah uang tunai disana.
Kate sudah berada di kedai penjual makanan cepat saji. Pandangannya terus mengedarkan pada sekitar, dia merasa takjub. Dihidupkan di masa depan mungkin tak seburuk pikirannya. Semua lamunan itu memudar di kala ponselnya berbunyi. “S-sayang-ku?”
Kate mengucapkan nama si penelpon dengan bergetar tidak percaya. Tubuhnya bergidik ngeri, dia tidak ingin berfantasi liar atas kemungkinan hubungannya. Kate mematikan sambungan bahkan berpikir untuk mematikan ponselnya. Dia tidak ingin diganggu siapapun saat ini. Hanya saja, dia kemudian urung. Sebuah pesan masuk ke dalam aplikasi chat miliknya. “Debora?”
Gadis itu kembali menarik sudut bibirnya lebar.
Debora Anastasya adalah orang yang Kate anggap sebagai sahabat terbaiknya. Dimana ada dia di situ pasti ada Debora. Debora menerimanya apa adanya, ya— walau sejujurnya Debora akan selalu meminta bantuan atas semua tek tek bengek urusan akademis padanya. Seperti mencontek jawaban pekerjaan rumah, atau menyalin jawaban soal ujian. Semua orang mengatakan bahwa Debora mau berteman dengannya hanya untuk memanfaatkan kepintaran Kate semata.
Bagi Kate semua itu tidak masalah, semua ada timbal baliknya. Jika kamu ingin menerima lebih maka kamu harus memberi lebih. Seperti Debora mau menerimanya menjadi teman, maka Kate akan memberi tahu semua jawaban soal mata pelajaran. Filosofi yang sederhana yang selalu dijunjung tinggi oleh Kate. Entah menguntungkan baginya atau sejujurnya menjebaknya dia tidak ingin berpikir lebih.
Kate melengkungkan senyumnya, sejujurnya dia ingin segera menghubungi sahabatnya itu namun dia urungkan. Saat ini Kate butuh mengistirahatkan tubuhnya. Kate bergegas menuju dimana alamat itu tercantum di kontak miliknya.
***
Kate membuka mulutnya lebar menatap bangunan tinggi yang merupakan apartemen miliknya. “Puja kerang ajaib!”
Saat tengah mengagumi betapa beruntungnya dia di waktu sekarang, sebuah mobil mewah berjenis Koenigsegg Agera meluncur dengan sangat cepat dan menghentikannya sembarangan tepat di depan jarak pandang Kate.
Kate terdiam sejenak, dia menatap tajam berusaha memperhatikan siapa di balik orang yang urakan dalam berkendaraan itu. Wajah Kate pucat saat dia melihat pria yang dipukul dengan pintu olehnya dan yang ada di wallpaper ponselnya telah berada di halaman apartemen miliknya saat ini. Kate mundur teratur, dia bahkan dengan spontan melompat ke dalam semak saat pria itu menoleh ke arah tempatnya berdiri saat ini.
“Ya Tuhaaan, cobaan apa lagi yang harus aku cobain sekarang…” gumam Kate lirih, dia menggigit kukunya cemas.
Pria yang ingin dihindari Kate justru mendekat bukannya menjauh. Dia sepertinya melihat seseorang dan ingin memastikan. Kate semakin berkeringat hebat, tubuhnya bahkan bergetar ketakutan. Dia berharap tidak mengompol sekarang, dia jadi ingat masa lalunya. Pernah satu ketika dia di bully temannya dengan penampakan hantu jadi-jadian. Gadis itu berteriak kencang dan mengompol di tempat disusul pingsan setelahnya.
Hanya saja, Kate bukan sedang berhadapan dengan hantu jadi-jadian. Dia justru sedang beruntung dihadapkan dengan pria yang kemungkinan kemunculannya hanya sekali dalam satu tahun kabisat!
Bunyi sepatu kulit bermerek yang mengkilat yang diperkirakan Kate berukuran empat puluh lima itu semakin terdengar mendekat ke arahnya. Kate menelan ludah, harum semerbak parfume pria yang baru ditemuinya bahkan masih bisa menusuk indera penciumannya sampai sejauh ini.
Bunyi langkah kaki itu berhenti tepat di depan tempat persembunyian Kate. Keringat dingin Kate semakin bercucuran bak air hujan. Kakinya sungguh lemas, walau dia tengah berjongkok saat ini, namun, tenaganya sungguh merosot tajam. Terlihat si pria tengah mengangkat ujung bibirnya, pria itu tengah menyeringai atas apa yang dia temukan.
"Berani juga kamu bermain petak umpet dengan ku, Kate!" gumam si pria bisa menyadari keberadaan Kate. Dia terus memikirkan alasan yang masuk akal atas perubahan sikap Kate sekarang. ‘Kamu pikir, berubah seperti ini bisa buat aku jatuh cinta padamu, Kate? Mimpi!!’
“Keluar sekarang atau aku seret secara paksa!”
Suara berat dan menekan kuat itu semakin membuat Kate ketakutan. Katerinna sebenarnya tidak konsen dengan apa yang diucapkan pria di depannya. Dia justru tengah harap-harap cemas sepertinya dia kedatangan tamu tidak di undang di bawah kakinya.
Binatang melata yang berbunyi “Sssstt” lirih terdengar dari bawah kaki Kate. Kate benar-benar merasa sangat sial hidupnya saat ini. Perlahan Kate membuka mata dan menatap ke bawah kemudian—
“Aaargh, ulaaaar!”
Secepatnya Kate melompat dari semak meluncur memeluk si pria yang tengah berkacak pinggang kesal karena diacuhkan olehnya. Kate memeluk si pria dengan eratnya. “Lontooong, seseorang tolooong, aku sangat takut ulaaar!”
Si pria yang tengah di peluk atau tepatnya tercekik oleh tubuh Kate berusaha mendorong tubuh Kate. “Kamu sudah bosan hidup, Kate?!!”
Saat itu lah, tiba-tiba tubuh Kate tersedot kembali menuju dimensi yang kosong seperti saat dia mati.
Selamat Tuan… Anda telah menyetujui misi sistem kehidupan!
“Mucul juga kau, bedebah!” Dengan cepat Kate memekik sarkas pada sistemnya. “Sini, kau!”
Sebaiknya anda tenang, karena— anda masih terus hidup saat ini.
“Pala bapakmu yang terus hidup!” Kate mencerca tanpa ampu. “Semenjak kesalahan sistemmu, hidupku sungguh sesial ini!”
“Kamu bisa lihat? Ini bukan tubuh gue!” Kate merentangkan kedua tangannya ingin menunjukan fisiknya saat ini. “Aku berusia tujuh belas tahun! Sedangkan wanita ini— dia berusia dua puluh lima tahun, yahoo baka-yarooo!”
Kate terus meluapkan emosinya di dalam ruang dimensi, dia sungguh lelah rasanya. Tak terasa air mata jatuh begitu saja.
Bukankah ini menguntungkan anda? Anda tidak perlu ikut ujian nasional untuk kelulusan.
Kate membuka mulutnya sangat lebar akan alibi sistemnya yang tidak masuk akal. “Ba-kaaa!”
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Septi Verawati
masih menyimak 💪💪👣👣👣
2022-10-18
1