Sebuah ruangan yang bernuansa Silver, hitam dan gold itu, Kini tengah duduk seorang pria tampan, jari pria itu terus bergerak mengetuk-ngetuk meja kerja dihadapannya.
Pikiran pria itu, menerawang jauh mengingat kembali kejadian beberapa jam lalu, Bukan Soal meeting nya yang di diganggu Seorang gadis tetapi Lebih tepatnya tangan yang bergetar dan tatapan takut itu yang berhasil mengusik Pikirannya saat ini.
" Siapa gadis itu? apa aku se-menyeramkan itu, sampai membuatnya begitu ketakutan." Pria itu bertanya pada dirinya sendiri sembari memutar-mutar kursi kebesarannya.
Tok tok tok
Hingga ketukan pada pintu ruang kerjanya, membuyarkan lamunannya. " Masuk." Pintanya pada orang yang ada di balik pintu, Setelah memperbaiki posisi duduk serta penampilannya.
Pintu ruangan itu pun perlahan-lahan didorong kedalam hingga terbuka sempurna. Kini tampaklah seorang wanita yang tidak lain adalah Sekertaris nya, sendiri. " Permisi Pak ini ada beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani." Katanya sambil meletakkan Berkas-berkas itu dihadapan pria yang tidak lain adalah atasannya itu. Kemudian wanita itu pun pamit.
" Permisi." Pamit sang sekertaris, setelah mendapat anggukan dari bosnya.
Setelah sekertarisnya pergi, lelaki itu mulai membuka beberapa berkas yang di antar Sekertarisnya barusan, membaca dan menimbang-nimbang isi berkas itu, sebelum menggoreskan tinta hitam ditempat yang telah di sediakan.
Kreettk
Pintu ruangan itu kembali terbuka, kali ini tanpa di ketuk terlebih dahulu, Lelaki itu sudah bisa menebak siapa yang datang," Ada apa?" Tanyanya tanpa menatap kepada orang yang baru masuk itu.
" Sorry bro jangan terlalu serius begitu."
" Ada apa." Lelaki itu kembali mengulang pertanyaan yang sama, matanya tidak sedikit pun berpindah dari tumpukan berkas yang ada di hadapannya.
Lelaki yang di tanya itupun, menggeleng kepalanya, sudah biasa baginya, melihat lelaki yang ada di hadapannya itu seperti ini, ya bisa di bilang terlalu serius menjalani hidupnya," Iyad! aku Cuma mau kasih tahu kamu, Tadi Tante telpon aku, Tante minta kamu balik ke rumah malam ini." Pria itu menarik salah satu Kursi dan Duduk di hadapan pria yang menjadi atasan sekaligus sepupunya sendiri.
Ya! Riyadh Abraham Gemilang. 28 tahun Penerus dari MEGAGEMILANG CROP. Anak Kedua dari 2 bersaudara, Kakaknya Perempuan. Sedangkan Lelaki yang duduk di hadapannya saat ini, bernama Dimaz Rezky Saputra. Usianya terpaut satu tahun dengan Riyadh.
" Katakan Sama Mama, Aku sibuk belum bisa balik, Nanti kalau Ada waktu pasti aku pulang."Sahut Riyadh sembari menutup berkas-berkas yang telah dia tanda tangani dan menyusunnya di Atas meja sedikit agak ke samping.
" Tap.."
" Ayolah Ky, Aku malas pulang! karena Aku yakin, Mama Akan membahas masalah yang sama."
" Iyad, itu semua kan untuk kebaikan kamu juga! Apa salahnya kamu nurut apa kata Tante." Dimaz mencoba memberi pengertian kepada sepupunya.
" Kamu kok lama-lama jadi mirip sama Mama." Keluh Riyadh, jarinya menekan tombol telpon yang terhubung dengan meja Sekertaris." Lusi keruangan saya sekarang." Pinta Riyadh kepada Sekertaris Nya.
" Huuffh, Kamu emang susah di bilangin! lagian Kamu juga nggak akan jatuh miskin, Jika kamu tidak kerja sehari." Dimaz berdiri dari duduknya, iya keluar dari ruangan itu, karena percuma sepupunya itu tidak akan mendengar ucapannya.
Setelah kepergian Dimaz! Riyadh kembali berpikir tentang permintaan mamanya, Entah apa yang di rencanakan mamanya itu sampai memintanya untuk segera menikah, jika Alasan karena pengen cepat-cepat ingin memiliki cucu darinya. Itu sungguh tidak mungkin sebab kakaknya sendiri sudah memberinya 4 orang cucu, 2 laki laki dan 2 lagi perempuan. Tapi kenapa mama masih ingin cucu darinya, sungguh permintaan yang sangat memusingkan kepalanya. lebih baik dia berpikir untuk menaikkan saham perusahaan keluarganya dari pada dia harus memikirkan permintaan Mamanya itu.
...🥀🥀🥀🥀🥀...
Ketiga Sahabat itu telah selesai dengan tugas kamus mereka dan Persiapan untuk meeting besok pun sudah mereka siapkan dengan baik, walaupun mereka masih sedikit grogi, mengingat ini pertama kalinya mereka berkerja sama dengan perusahaan besar, apalagi perusahaan itu merupakan perusahaan yang cukup terkenal di dalam maupun luar negeri.
" Deal nih? Aku sama Nadia yang hadir di meeting besok! emang kamu nggak takut aku hancurin usaha kita dengan sikap aku." Mimi meminta kepastian dari Icha berharap Sahabatnya itu berubah Pikiran. Sebab Semua desain yang mereka bawa untuk meeting besok itu hasil dari kerja keras Icha sedangkan Mimi dan Nadia Hanya menambahkan poin-poin kecilnya saja untuk menyempurnakan hasil desain Icha.
" Nggak! Kalau pun proyek kita gagal, berarti itu belum Rejeki kita." Sahut Icha, wanita itu memang sepasrah itu jalanin hidupnya.
" Udahlah yang penting besok kamu jangan emosian seperti tadi." Sahut Nadia dengan terus mengisi cemilan kedalam mulutnya.
" Aku usahain."
" Harus." Timpal Nadia lagi.
" Iya-iya, bawel banget yang punya Desain aja bodoh amat." Ucap Mimi dengan ketusnya tetapi hanya di balas cengiran oleh Icha.
Obrolan Mereka terus berlanjut hingga petang. Icha dan kedua sahabatnya, memutuskan memasak makan malam untuk mereka nikmati bersama Ayah Rifky nanti.
" Wah anak-anak ayah rajin sekali, kalian lagi masak apa sayang." Tanya Ayah Rifky Dengan Ramahnya ketika dia menghampiri ketiga wanita yang tengah Asyik bergulat di dapur itu.
" Ayah sudah pulang? ko hari ini telat, biasanya siang udah di rumah." Bukannya menjawab Icha Mala balik bertanya kepada Ayahnya.
" Ini Ayah minum dulu." Nadia menyerahkan segelas Air putih kepada Ayah Rifky." Kamu tuh ya cha, Ayah baru pulang bukannya nyediain Air putih malah ditanya-tanya kaya gitu." lanjut Nadia, menegur sahabatnya itu.
" Tau nih sih Icha, udah kaya polisi aja, ayah yang jelas-jelas Anggota polisi Aja nggak banyak tanya kaya kamu." Timpal Mimi.
" Udah Nak, Ayah nggak papa ko! lagian Icha udah biasa seperti ini." Sahut Ayah Rifky.
" Ayah Aja Nggak papa aku tanya tanya kaya gitu, Weekk." Icha yang di bela ayahnya merasa senang dan mengejek kedua sahabatnya itu.
sementara ayah Rifky tersenyum bahagia, melihat Icha bisa kembali bercanda bersama kedua temannya itu, Ia bersyukur kedua Anak ini mau menerima Icha disaat orang lain menghinanya, walaupun mereka tahu Anaknya adalah korban kejadian kelam itu tetap saja dia yang di pandang sebelah mata.
Icha dan kedua sahabatnya menyiapkan menu makanan sederhananya di meja makan sedangkan Ayah Rifky telah kembali ke kamarnya.
" Kita mandi dulu yuk, habis itu baru kita panggil Ayah untuk makan sama sama." Icha dan Mimi pun mengangguk, ketiganya kembali ke kamar Icha, Mimi dan Nadia mandi di kamar Icha, sedang Icha mandi di kamarnya Rista, kakaknya.
Setengah jam kemudian mereka semua telah berkumpul di meja makan bersama Ayah Rifky, Icha menyiapkan makanan di piring untuk ayahnya terlebih dahulu, barulah dia dan kedua sahabatnya. Selama makan malam tidak ada yang bercerita. bukan karena mereka tidak punya pembicaraan sama sekali, tetapi sudah menjadi Aturan di rumah itu, dilarang bercerita pada saat makan.
Sehabis makan malam, Nadia dan Mimi pamit untuk pulang. Sebenarnya Icha dan Ayah sudah menahan mereka berdua untuk tidur disini, tetapi karena besok ada meeting penting terpaksa mereka harus pulang. Setelah kepulangan Nadia dan Mimi, Icha langsung kembali ke kamarnya, dia kembali mengecek tugas dan membuat Desain baru. Jika malam pada umumnya orang Akan memilih untuk tidur sehingga mereka dapat mengistirahatkan tubuh mereka setelah seharian beraktivitas, tetapi sayangnya hal itu tidak berlaku untuk Icha, dia begitu takut memejamkan matanya, setiap matanya terpejam dia akan teringat dengan wajah orang itu berserta kejadian mengerikan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Fiera
ada apa dengan Icha
2023-03-07
0
cim
knaoa semua pemeran cewe di novel author lin selalu jadi korban pemerkosan atau kejahatan seksual sih aku paling ga bisa baca ginian thor
2022-11-06
1
Elviza mela
sebenarnya apa yg terjadi dg icha...
2022-09-17
0