Aku Bukan Pilihan.
" Tolong Lepaskan Icha! Icha takut." Teriaknya dengan Air Mata yang telah membasahi seluruh wajahnya.
Icha terus memohon dan berteriak, Berharap orang itu mau berbaik hati dan melepaskannya tetapi setiap teriakannya sia-sia, pria tetap pada tujuannya.
Tanpa memikirkan tubuh gadis kecil itu, tidaklah sebanding dengan tubuh tingginya. Ia layaknya orang kesetanan.
" Bruuk." Bunyi kursi yang di pukul pada punggung pria dewasa, yang saat ini sedang mengurung tubuh kecil Icha.
" Lepaskan Adikku brengsek." Teriak seorang pemuda dari Arah belakang.
Pria dewasa itu pun berbalik dan menatap pemuda yang memukulnya." Kamu anak kecil bisa apa? haah." Ucapnya penuh ejekan, Iya meraih pisau yang ada pada keranjang buah dan langsung menancapkan pada bagian dada, tepat Letak Jantungnya, pemuda itu hingga ia terjatuh berlumuran darah di lantai.
" Aaakkhh." Teriak Gadis Kecil itu. Saat melihat tubuh sang kakak tergeletak begitu saja di atas lantai.
Sebelum kesadaran pemuda itu menghilang, dia sempat meminta Icha, Untuk Lari, Lari sejauh yang dia bisa.
Icha dengan Tubuh gemetaran dan keringat dingin yang membasahi tubuhnya, hanya menurut permintaan kakaknya, gadis kecil itu berbalik dan berusaha untuk keluar dari rumah itu! tapi sayangnya tidak ada jalan keluar untuk Icha, sehingga gadis itu memilih bersembunyi di sebuah Lemari yang ia temui.
" Trak, triiiikk, ting." Bunyi pisau yang di seret-seret, saat mengenai meja, dinding ataupun kaca yang berada di rumah itu.
" Iicchaaaa." Panggil Pria itu dengan terus menyeret pisaunya.
" Icha sayaaang, dimana kamu." Dipanggilnya terus-menerus nama Icha membuat gadis Kecil itu semakin ketakutan dengan nafas yang mulai sesak karena lemari itu begitu sempit dan pengap.
Icha memberanikan diri untuk membuka sedikit Lemari itu, untuk mengintip pria itu. Saat dia merasa suasana mulai sepi dan tidak ada suara pria itu yang memanggil namanya.
Kreek.
Pintu Lemari itu terbuka dengan perlahan-lahan. Saat Icha mengeluarkan kepalanya untuk menengok sekitar, tatapannya langsung bertemu dengan pria itu, " Rupanya disitu kamu." Ucapnya, dengan secepat kilat tubuh Icha kini sudah berada dalam dekapannya.
Icha terus memberontak agar terlepas dari pria itu, tetapi semuanya sia-sia, karena kuatan seorang wanita tidak akan sebanding dengan seorang Pria.
" Aaakkhh." Teriak Icah saat tubuhnya dihempaskan di atas Ranjang dengan begitu kerasnya. Bertepatan dengan iya membuka kedua matanya.
" Mimpi Itu lagi." Gumam Icha sambil mengusap wajahnya, Tubuhnya Masih bergetar bahkan keringat dingin masih terus bercucuran membasahi seluruh wajahnya dengan nafas yang tersengal-sengal.
Icha meraih botol kecil yang ada di Laci nakas samping tempat tidurnya kemudian meneguknya, entah berapa biji yang masuk dalam tenggorokannya.
Icha POV
Namaku Raicha Indrawati, Umurku 23 tahun, Aku Anak ketiga dari tiga bersaudara.
Kakak pertama ku bernama Raista Indriyani. Dan kakak keduaku bernama Raihan Indrawan, Sayangnya dia sudah meninggal 10 tahun yang lalu, saat dia baru berusia 16 tahun.
Ayahku bernama Rifky ananda Permana, Beliau adalah seorang Anggota polisi. Dan Ibuku bernama Rindu Anggraeni Putri. Ibuku Adalah seorang Guru. Ibu juga telah meninggal 1 tahun yang lalu karena Sakit.
Di rumah ini tinggal Aku dan Ayah saja karena kak Ista telah menikah dan di bawah pergi suaminya.
Kesibukan aku sehari-hari mengurus bisnis yang aku dan kedua Sahabatku rintis dari nol. selain sibuk dengan bisnis yang kami jalani kami juga tengah mengejar S2 di salah satu universitas yang ada di kota ini.
Kedua sahabatku bernama Nadia Atmarin 23 tahun Dan Mimi Samna Handoyo, Sebenarnya Kami juga memiliki seorang teman lelaki, Lebih tepatnya dia Sahabat Kak Raihan, Dia seorang Atlet pencak silat, Namanya Akbar Radika Firdaus.
•
•
•
Author POV.
Icha turun dari ranjang setelah melihat jam yang ada di samping tempat tidurnya, wanita itu kemudian turun dari ranjang dan langsung melangkah dengan cepat Masuk kedalam kamar mandi, karena hari ini dia Ada mata kuliah pagi.
20 menit berlalu, Icha kini telah siap dengan menggunakan Jumpsuit Back Ribboni berwarna coklat muda sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih, Rambutnya di kepang panjang. Membuat dia terlihat lebih muda dan cantik pastinya.
Icha keluar dari kamar menemui ayahnya untuk sarapan bersama sebelum iya berangkat ke kampus.
" Selamat pagi Ayah." Sapa Icha sembari mengecup pipi kanan sang ayah.
" Pagi juga sayang." Balas Ayah Rifky, kemudian melipat koran yang sejak tadi iya baca. " Masih mimpi yang sama?"
" Hmmm." Gumam Icha.
" Mau Ke dokter lagi?" Tanya Ayahnya.
Icha meletakan roti yang telah di olesi selai coklat nautella itu. " Yah Icha baik-baik saja Yah."
" Maafkan ayah, ayah hanya khawatir sama kamu nak." Ucap Ayah Rifky membuat Icha merasa bersalah kepada Ayahnya.
" Ayah nggak salah Ko! Icha tahu Ayah khawatir sama Icha." Sahutnya sambil menggenggam tangan Ayah Rifki. " Sekarang kita sarapan dulu oke." Lanjutnya lagi.
Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, kedua orang itu sarapan dalam diam. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar di ruangan itu.
•
•
•
Tepat pukul 8:30, Icha sampai di kampusnya, di antara oleh Ayahnya. " Yah Icha kuliah dulu ya, Ayah jangan lupa makan siang dan minum vitaminnya." Ucap Icha sambil mencium punggung tangan Ayah Rifki.
" Iya sayang, kamu juga jangan lupa makan." Papa Rifky mengusap kepala putrinya itu. Dan di Iyakan Icha.
Setelah mendapatkan Izin dari Ayahnya Icha langsung bergegas masuk ke kelasnya. sedangkan Ayahnya langsung meninggalkan kampus itu karena hari ini Ayah ada Rifky piket pagi.
Icha berlari, melewati koridor kampus sampai di kelasnya dan dia begitu bersyukur karena dosen yang akan mengajar mata kuliah pagi itu belum datang.
Icha menghampiri kedua sahabatnya, Kursi pojokan belakang adalah pilihan duduk ketiga wanita itu.
Bukan karena mereka malas tetapi karena kondisi Icha lah, yang menyebabkan mereka harus memilih kursi pojokan atau yang paling belakang.
" Mi kenapa dosennya belum masuk?" Tanya Icha, mendaratkan bokongnya di kursi yang telah di sediakan Mimi dan Nadia.
" Aku juga nggak tahu cha, kita berdua juga baru datang." Jelas mimi.
" Kirain kalian udah dari tadi." Seru Icha.
" Tuh gara gara si Mee, tuh susah banget di bangunin." Aduh Nadia pada Icha.
" Bodoh Amat yang penting kita nggak telat weeekk." sahut Mimi sambil mengeluarkan lidahnya.
" Keluarin aja terus, Aku sumpahin semoga lidah kamu jadi seperti see dasi biar tahu rasa." Ucap Nadia.
" huussh jangan ngomong gitu." Tegur Icha.
" Tau nih si nadia omongannya horor banget, jadi merinding kan." Mimi melihat bulu tangannya yang berdiri.
" Udah diam,Tuh dosennya udah masuk." Akhirnya perdebatan itu berakhir.
Begitulah yang dinamakan sahabat, kalau sudah bersama pasti Ada canda dan tawa.
Kebersamaan itu tak butuh tempat yang spesial, cukup saling melengkapi dan mendengarkan di saat susah mau pun senang, seperti yang di lakukan Icha dan kedua sahabatnya ini.
Ketiganya begitu Fokus, memperhatikan dosen yang tengah menyampaikan materi kepada mereka.
Kegiatan tatap muka antara dosen dan mahasiswa itu berjalan selama 50 menit, setelah selesai memberi materi dan menjelaskan poin-poin penting Serta memberikan tugas tentang materi yang di bawakan, Dosen itu pun mengakhiri kelasnya Untuk hari ini.
" Tuh Dosen ya, setiap ketemu pasti ngasih tugas." Keluh Mimi kepada kedua sahabatnya.
Icha dan Nadia yang mendengar keluhan Mimi hanya tersenyum sambil menggeleng kepala mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Fiera
melipir disini dulu...
2023-03-07
0
Mhyta
mmpir di karymu lg yah
2023-02-05
0
Kendarsih Keken
aq mampir thor
ini pertama x baca karya mu , setelah dpt notif karya terbaru nya author
nyimakkk
2022-12-11
0