Di hospital kota, Diandra yang terbaring mulai mengerjap-kan matanya, samar-samar ia melihat di sekelilingnya, sebuah bangunan dan sedikit aneh, dan dipenuhi tirai, dan juga banyak tempat tidur, tiba-tiba ia sedikit merasa pusing lalu memegang kepalanya, ia baru sadar jika dirinya tengah berada di rumah sakit, karena sebuah infus telah menyatu dengan tangannya. "Auh...."ringisnya, Diandra bangun dari brankar dan turun tidak lupa pula ia membawa cairan infus di tiang, dan berjalan menuju jendela, ia dengan jelas melihat kalau dirinya tengah berada bangunan yang tinggi.
"Lepaskan tanganmu,"ucap tajam Kenan pada Daniel.
"Lepaskan saja wanita itu, ada banyak wanita yang cantik yang sesuai selera-mu, mereka semua mengantri, tapi kau memilih Wanita itu,"balas Daniel melepaskan tangannya
"Dia telah membuatku marah, dan aku bersumpah tidak akan melepas-nya bagaimanapun caranya,"Kenan sangat marah, karena menurutnya wanita itu sudah menghinanya, dan dia bukanlah laki-laki yang mudah melepaskan begitu saja, apalagi Kenan terkenal dengan ambisi dan kekejaman yang besar saat kejadian waktu itu, hati kenan sangatlah keras, dia tidak bisa diam begitu saja setelah apa yang ia lewati tadi malam dan itu jelas membuatnya pusing dan malu sendiri, karena wanita seperti itu tidak bisa ia tangani.
Kenan dengan cepat meninggalkan Daniel, dan ia melajukan mobilnya seorang diri, sedang Daniel juga pergi, bukan mengikuti tuannya namun ia menuju ke kantor.
Diandra berniat meninggalkan ruangan itu,. sebelumnya ia terlebih dahulu melepaskan selang infus yang masih melekat di vena jarinya, ia terlihat meringis saat melepasnya, baru ia melangkah seorang perawat dan melihatnya,
"maaf nona, anda tidak dibiarkan meninggalkan tempat ini sebelum administrasinya di lunasi,"ucap perawat itu dan mencatat kondisi pasien dan setelah itu ia pergi.
Diandra tidak bisa berbuat apa-apa, karena saat ini ia tak membawa uang, dan ia tidak punya kerabat, semuanya telah pergi meninggalkannya, lalu siapa yang akan membayarnya. "Hah...aku terjebak,"sesalnya.
Kenan telah sampai pada tempat tujuannya, ia turun dan akan masuk ke dalam hotel Kilau Bintang, namun dua orang penjaga telah menghalanginya sebelum Kenan masuk, melihat dirinya telah dihalangi, ia terlihat marah dengan tatapan tajam, "kau menghalangiku, apa kau tidak
tahu siapa aku?"bentaknya kasar.
"Kami tidak tahu siapa tuan, tapi yang jelas tidak ada yang diperbolehkan masuk, ini masih pagi,"ucap salah satunya, ia mengira jika pria itu hendak sarapan pagi di hotel. "Kau! berani sekali, aku bisa saja membuatmu di pecat,"sahut tajam Kenan sambil mencekik penjaga itu dan membuatnya susah bernafas, dan sesaat ia melepaskan tangannya.
Sedang di dalam telah berjalan wanita cantik saat mendengar suara keributan di luar, matanya berbinar tidak percaya seorang Kenan samudra datang sepagi ini, ia tidak percaya orang seperti Kenan menurutnya, orang yang paling sibuk dan hanya sekali datang dalam sebulan itupun hanya sebentar, tapi ini dia datang pagi-pagi mujur, "mimpi apa aku semalam?"
"Apa yang kalian lakukan, kalian tahu tuan itu tamu terhormat, kalian berdua bisa di marahi Bu Weni,"
"Maaf pak, kami tidak tahu,"ucap penjaga itu terlihat sangat ketakutan.
"Minggir kalian,"kedua minggir karena perintah dea wanita yang cukup disukai Bu Weni, karena terbilang ia memiliki banyak pelanggan setia.
"Pagi pak Kenan,"sahut Dea menunjukkan senyum paling indah nya, namun Kenan hanya datar memandanginya, apalagi ia tidak suka wanita yang curi-curi pandang dengannya, apalagi ia tahu seperti apa cara mainnya, karena mereka dulunya pernah menjalin kasih sebelum Dea menikah dan pada akhirnya ia menjadi wanita lihai setelah diceraikan, sungguh malam nasibnya, begitulah jika menjadi wanita penggoda, untung saja bukan Kenan suaminya saat itu, kalau tidak! sudah pasti Kenan duda.
Tanpa berpikir lama Kenan menarik Dea pergi dengan mobilnya.
Beberapa saat berlalu, Kenan sudah berada dalam ruangan kerjanya, ia sekarang tengah berada di kantor, wajahnya tampak suram dan tidak memiliki kehidupan, ia mengacak-acak wajahnya, "ah... sial,"ia tidak mendapat informasi apapun dari Dea, ia hanya mengantongi namanya, wanita itu sangat misterius ia hidup tanpa identitas. Dan pekerjaannya tidak selesai hanya Karena mengurusi wanita tidak jelas.
Kenan pulang lebih cepat dan datang terlambat, siapa yang bisa melarangnya itu kantornya. Saat sampai di apartemen kenan menghempaskan tubuhnya di atas sofa lalu menutup matanya, untuk merefleksikan otaknya yang berpikir seharian, bukan urusan kantor namun urusan yang tidak penting. Baru saja memejamkan matanya bayangan Diandra datang menghantuinya dan mengingatkan saat kejadian di mana ia akan segera menancapkan pisaunya, jika ia tidak cepat, mungkin dirinya akan menyusul orang tuanya, berani sekali ada seseorang yang memperlakukan nya tidak sopan. Ia lalu bangun dari tidurnya sambil memukul-mukul kepalanya.
Hari sudah semakin sore, sebuah mobil terdengar dari luar, dan masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, tidak punya sopan santun, tuan dan bawahan sama saja, sebelas dua belas.
Daniel melihat Kenan sedang memukuli kepalanya, "apa kau sudah gila,"bentaknya melepaskan tangan kenan.
"Kamu pergi saja, tidak ada urusan denganmu, kau sama sekali tidak bisa membantu,"ucapnya terdengar sedikit putus asa, dan Daniel duduk disampingnya.
"Aku pastinya membantumu, tapi bukan seperti ini, jika kau ingin urusanmu terselesaikan kau harus tenang dan berpikir jernih, baru kau bisa mencari solusinya,"sahut nya, karena ia juga pernah berada dalam masalah, namun bukan masalah wanita seperti dirinya, dan Daniel bukankah orang pendendam.
Perkataan Daniel ada benar, menurutnya dengan berpikir tenang mungkin solusinya bisa terselesaikan, tapi bagaimana caranya.
"Bagaimana aku bisa tenang, jika wanita itu tidak memiliki identitas,"
"Rumahnya?"
"Dia tidak punya rumah, dia hanya numpang di hotel."
"Hah...kau tidak punya solusi sama sekali untuk membantuku, lebih baik kau pergi saja,"sahut Kenan bangkit hendak menuju kamarnya di lantai atas.
"Tunggu,"tiba-tiba saja Daniel merasa ada yang aneh, ia penasaran dengan kejadian tadi malam, dan Kenan berbalik dan melihat dingin ke arahnya.
"Ada apa lagi."
"Kamu ingat kejadian tadi malam!"sahutnya.
"Yah, ingat sekali, saat ia melukai tanganku,"balasnya mengangkat serta menunjuk bagian tangan yang terluka dan masih dibalut kain kasa.
"Bukan yang itu! kamu ingat kecelakaan itu, korban tabrak itu seorang wanita!"ucap Daniel dan membuat Kenan melotot.
"Korban kecelakaan wanita!"pikirnya dan ia tiba-tiba juga mengingat sesuatu.
"Dia benar wanita itu!"ucap Kenan yang sudah merasa sedikit tenang karena sekilas ia melihat korban kecelakaan itu, mengenakan celana pendek dan juga baju kaos, tidak salah lagi pikirnya.
"Ikut denganku!" ucap Kenan dan Daniel menurut meski merasa lelah daripada tuannya mengamuk lagi seperti orang gila.
Hari menjelang malam, "Mau lari ke mana lagi kamu,"teriak Kenan saat membuka sebuah pintu dan melihat hanya ada ruangan kosong.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Aidah Djafar
Kenan hargai Diandra yg mempertahankan kesuciannya donk🤔🤦
2023-11-11
0